Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ekonomi akan sulit, tapi mereka... dengarlah rakyat bicara ekonomi akan sulit, tapi mereka...

Pool pendapat Tempo untuk melihat kesan umum mengenai apa yang terjadi pada tahun lalu dan bayangan th 1983 mendatang, dimana keadaan ekonomi diduga akan lebih sulit. (nas)

8 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ATANG Sumarna 36 tahun, melongok tahun 1983 dengan kecut. Pedagang susu di Jalan Banceuy, Bandung ini dengan sendirinya mendasarkan perhitungannya dari penjualan susunya. "Banyak langganan yang sudah mengatakan akan berhenti," keluhnya. Dulu tiap hari ia bisa menjual 60 liter susu, "sekarang bisa menjual 30 liter saja susah." Ia meramalkan, bila harga BBM naik, harga susu pasti ikut naik dan langganannya pasti akan makin berkurang. "Mungkin saya akan terpaksa menjadi tukang ojek sepeda," ujar ayah dari dua anak ini. Tapi buat Zulkifli, 51 tahun, 1982 dianggapnya tahun yang bersinar. Di tahun yang baru kita lewati, pedagang buku bekas di Yogyakarta ini bukan saja bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari rumah tangganya. Ia malah bisa membeli televisi, mesin jahit dan memenuhi kebutuhan sekolah tujuh anaknya. Ia pun melihat 1983 dengan optimistis. "Saya yakin tahun ini keadaan ekonomi saya tidak akan menurun," katanya. Pendapat Atang dan Zulkifli tampaknya mencerminkan perbedaan pandangan masyarakat Indonesia mengenai yang terjadi pada 1982 serta prospek 1983. Ada yang menganggapnya suram, namun ada juga yang optimistis. Di tengah bayangan resesi ekonomi dunia, memang penting untuk mengetahui pengaruh ancaman itu pada masyarakat Indonesia. Seberapa jauh kelesuan ekonomi dunia mempengaruhi ekonomi rumah tangga masyarakat Indonesia? Bagaimana orang Indonesia memandang prospek 1983? Bidang mana yang dianggap paling maju pada 1982? Agar bisa menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan lebih berbobot untuk kesekian kalinya TEMPO mengadakan pengumpulan pendapat umum (poll). Tentu saja ini bukan poll yang sempurna, karena pelaksanaannya yang dilakukan sendiri oleh staf TEMPO -- dibatasi oleh waktu dan jaringan yang terbatas. Pemilihan responden dilakukan secara acak (random), terutama di beberapa kota besar di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Sebagian besar mereka berasal dari golongan menengah, sekalipun cukup banyak responden dari kelompok pengrajin, tukang becak, buruh kasar, dan pedagang kaki lima. Sekitar 80% dari 950 kuestioner yang disebarkan diisi dan dikembalikan. Hanya 10% kuestioner yang tidak kembali, sedang sekitar 10% sisanya terlambat masuk, sehingga tidak diperhitungkan. Hampir separuh responden berusia antara 21-30 tahun. Sekitar 34% tamat SMA dan 41% pernah duduk di perguruan tinggi. Sebagian besar di antara mereka mempunyai tanggungan keluarga: ada 29% yang tanggungan keluarganya sampai dua orang, 3 8% yang sampai empat orang dan 22% sebanyak enam orang. Hampir semua responden tersebut menjawab 13 pertanyaan dalam kuestioner. Banyak yang menginginkan agar pengumpulan pendapat umum seperti itu bisa dilakukan secara rutin. "Lewat poll semacam ini bisa terungkap kelemahan-kelemahan yang ada, dan yang terkena bisa mengambil hikmah," kata Yusnan Nawawi, pengacara muda yang tergabung dalam Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta. Yang dianggap paling mundur: ekonomi (25,18%), walau ada 17% responden yang menganggapnya bidang paling maju. Keamanan juga dianggap mundur. "Sekarang ini pembunuhan, perampokan, penodongan dan berbagai kejahatan lainnya makin merajalela," tutur seorang mahasiswi dari Jakarta. Cukup besar responden yang menganggap olahraga bidang yang paling mundur tahun lalu. "Runtuhnya prestasi olahraga kita, kecuali bridge dan tenis, karena kurangnya pembinaan. Pimpinan terlalu santai, hanya mengerahkan tenaga dan pikiran pada saat menjelang pertandingan," ucap Budi L. Worang, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Yang menarik, lebih 10% responden menganggap kelestarian lingkungan merupakan bidang yang paling maju pada 1982. Alasan yang paling menonjol adalah suksesnya Operasi Ganesha: pemindahan lebih dari 230 gajah di Sumatera Selatan yang belum lama ini selesai. YANG PALING MAJU DAN MUNDUR Dalam 1982, bidang ketahanan nasional ternyata yang dianggap paling maju: 31,47% responden memilihnya. "Dalam tahun itu pemerintah berhasil mengatasi bahaya laten PKI yang mulai bergerak lagi, juga mengatasi kelompok-kelompok yang ekstrim," kata H. Aswir Dainy Tara, salah seorang tokoh Hipmi Pusat. Namun seorang responden Yogya menganggap makin mantapnya ketahanan nasional bisa dilihat dari adanya siskamling dan penataran P-4. "Itu merupakan prestasi besar yang harus dicatat dunia," kata seorang mahasiswa Surabaya. Mungkin patut dipertimbangkan, pilihan ini boleh jadi karena poll diadakan saat peristiwa penggiringan gajah tersebut masih hangat, hingga masih segar di ingatan para responden. Hasil pengumpulan pendapat TEMPO adalah: Bidang yang pada 1982 dianggap paling maju Ketahanan nasional31,47% Ekonomi 17,14% Politik 14,87% Pendidikan 14,01% Kelestarian lingkungan12,24% Bidang yang dianggap paling mundur Ekonomi 25,18% Olah raga 17,23% Keamanan 15,78% Politik 12,20% Hukum 11,83% Pendapat di atas segaris dengan jawaban pada pertanyaan yang lebih khusus: Dibanding 1982, bidangmana yang pada 1981 lebih baik? Pilihan para responden: Tahun 1981 lebih baik Olah raga71,25% Ekonomi 67,00% Politik 44,67% Sebagian besar responden yang ditanya umumnya menuding resesi ekonomi dunia sebagai penyebab makin lesunya ekonomi Indonesia tahun lalu. Yang menarik, cukup banyak responden yang ternyata mengerti tentang masalah resesi ekonomi ini. Situasi ekonomi pada 1982 yang kurang cerah tercermin juga pada jawaban para responden pada pertanyaan: Bagaimana pendapat Anda mengenai keadaan sandang pangan selama 1982? Jawabannya: Sandang pangan banyak, tapi harganya meningkat terus 48,33% Sandang pangan banyak, tapi daya beli berkurang 38,45% Sandang pangan banyak dan harganya tetap seperti tahun-tahun sebelumnya 12,61% Sandang pangan susah didapat di pasaran 0,61 % Anggapan bahwa di bidang politik tahun 1981 lebih baik dibanding 1982 mungkin karena ekses Pemilu 1982 walau pemilu sendiri dianggap suatu prestasi. KEADAAN EKONOMI Namun resesi ekonomi ternyata tidak terlalu menghantam dan mempengaruhi ekonomi pribadi masyarakat Indonesia. Ini bisa diketahui dari jawaban atas pertanyaan: Dibanding tahun-tahun sebelumnya? bagaimana keadaan ekonomi rumah tangga Anda dalam tahun 1982 Dibanding 1 tahun yang lalu Sama saja47,30% Lebih baik36 62% Lebih buruk16 08% Dibanding 2 tahun yang lalu Lebih baik41,64% Sama saja41,50% Lebih buruk16,86% Dibanding 5 tahun yang lalu Lebih baik57,50% Lebih buruk24,16% Sama saja18,34% Jawaban ini mirip sekali dengan hasil poll pendapat umum TEMPO pada 1980 (TEMPO, 16 Agustus 1980). Bisa disimpulkan secara umum keadaan ekonomi rumah tangga masyarakat Indonesia selama 5 tahun terakhir sejek, tidak mengalami penurunan. Dalam suasana kelesuan ekonomi saat ini, mungkin ini bisa dianggap prestasi yang bisa dicatat. MENILAI 1983 Kesimpulan di atas diperkuat poll kali ini: sebagian besar masyarakat Indonesia ternyata tidak pesimistis menghadapi 1983, Tahun Babi, yang mungkinakan lebih kurus dibanding 1982. Jawaban atas pertanyaan TEMPO Bagaimana perkiraan Anda tentang keadaan ekonomi rumah tangga Anda di tabun 1983 ini? Sama saja 41,23% Lebih baik 36,21% Lebih buruk 22,56% Yang paling pesimistis memandang prospek 1983 nampaknya masyarakat Sumatera Barat. Hampir separuh (48,66%) responden dari provinsi ini menduga keadaan ekonomi rumah tangga mereka akan lebih buruk pada 1983. Yang paling optimistis masyarakat Jawa Tengah (50,80%), disusul Jawa Timur (39,42%) dan Jawa Barat (38,05%) Sedang yang mengira prospek ekonomi rumah tangga mereka pada 1983 sama saja dengan 1982 adalah masyarakat Jakarta (48,13%) dan Sumatera Utara (44,44%) Satu hal harus dicatat: walau sebagian besar masyarakat Indonesia memperkirakan eknomi rumah tangga mereka sama atau malah lebih baik dibanding 1982, perkiraan mereka pada keadaan ekonomi nasional lebih suram. Tercatat 46,34% responden yang menduga ekonomi nasional pada 1983 akan lebih buruk. Pendapat ini sama dengan hasil poll TEMPO 1980. Waktu itu sekitar 30% responden memperkirakan masa depan ekonomi Indonesia suram dan merisaukan (dibanding 27% yang menduganya cerah dan baik). Hasil ini agaknya menempatkan Indonesia di deretan bangsa-bangsa yang optimistis menghadapi 1983. Dalam suatu survei yang dilakukan oleh Gallup International buat harian Inggris The Daily Telegraph di akhir 1982, beberapa negara Asia, seperti Korea Selatan. Jepang, India dan Filipina, ternyata optimistis dalam memandang 1983. Mungkin karena negara-negara Asia ini tidak terlalu terpukul oleh kelesuan ekonomi dunia dibandingkan negara-negara Industri. Di bidang mana masyarakat Indonesia optimistis akan adanya perbaikan? Jawaban yang masuk: Akan lebih baik Usaha pelestarian lingkungan66,67% Pelayanan kesehatan 50,74% Pendidikan 44,39% Keamanan 43,39% Akan sama saja Pelayanan kantor pemerintah61,42% Seni budaya 56,26% Politik dalam negeri 53,40% Pengawasan pembangunan50,39% Hukum 49,85% Olah raga 49,01% PELAYANAN PADA MASYARAKAT Keluhan masyarakat pada berbagai instansi dan perusahaan yang memberikan jasa pelayanan umum selama ini terus menumpuk. Walau sebagian besar pelayanannya dianggap buruk, ternyata ada beberapa instansi yang dianggap baik. Yang sudah baik Kantor pos 80,56% Kantor telepon 63,64% Kantor Agama (nikah, talak rujuk)63,23% Perusahaan Listrik Negara 59,89% Sekolah/pendidikan 53,45% Rumah sakit/puskesmas 48,55% Yang kurang baik/buruk DLLAJR 76,93% Urusan perpajakan74,48% Urusan izin bangunan73,69% Urusan izin usaha72,82% Imigrasi 67,82% Kepolisian 66,51% Agraria 62,70% Pengadilan 62,31% Kejaksaan 60,33% Angkutan kereta api57,97% Beberapa responden yang ditanya memberikan alasan bahwa pelayanan DLLAJR terbukti kurang baik, hingga Pangkopkamtib/Ketua Opstib Pusat harus menggebraknya. Ini sekali lagi menunjukkan pengaruh faktor kehangatan peristiwa pada pilihan para responden. Jawaban para responden umumnya berdasarkan pengamatan atau pengalaman pribadi mereka. Seorang responden dari Yogyakarta, Ny. Ida Chamidah, menanyakan mengapa tidak ada pilihan "paling buruk" di bidang pelayanan umum. "Jika ada kolom 'paling buruk' pasti angkutan kereta api akan saya tuding," ujarnya. Nyonya itu beranggapan bahwa pemerintah kurang serius menangani transportasi ini. Sedang transportasi jalan raya dinilainya sudah baik, "mungkin karena banyak swasta yang ikut berperan," katanya. INFORMASI Dalam pengumpulan pendapat umum kali ini, TEMPO juga ingin mengetahui seberapa jauh masyarakat mengetahui mengenai berbagai peristiwa internasional dan nasional yang terjadi. Hasilnya? Sebagian besar masyarakat ternyata cukup banyak tahu (well informed). Bisa jadi ini karena sebagian besar responden tergolong kelas menengah yang berpendidikan cukup. Tapi boleh jadi faktor komunikasi yang makin baik menjadi penyebabnya. Yang ditanyakan TEMPO: Apakah Anda pernah mendengar tentang: Perang Malvinas 95,05% Kekalahan Liem Swie King di Asian Games IX 92,44% Menipisnya cadangan devisa negara 90,12% Dinaikkannya harga dasar gabah 86,94% Keterangan pemerintah tentang subsidi BBM 83,26% Lesunya ekspor nonminyak karena resesi dunia 79,77% Anjuran Presiden Soeharto untuk mengetatkan 'ikat pinggang' 79,25% Operasi pasar Bulog untuk menekan harga beras 71,81% Surat kabar dan majalah rupanya merupakan sumber informasi utama masyarakat, sedang siaran berita radio yang paling kecil. Hasil poll TEMPO: Dari mana Anda mendengar hal-hal di atas? Surat kabar/majalah, radio dan tv 23,78% Dari banyak sumber (media massa, pejabat, teman, dan sebagainya) 17,62% Dari surat kabar/majalah saja 3,51% Dari surat kabar dan televisi 12,76% Dari televisi saja 11,57% Dari radio saja 7,78% Dari pejabat pemerintah 1,84% Bahwa masyarakat kita ternyata banyak tahu terlihat juga dari jawaban atas pertanyaan: Menurut Anda, apa alasan pemerintah menaikkan harga BBM? Jawaban yang masuk: Untuk menutupi kekurangan anggaran belanja negara 34,97% Untuk memperkecil subsidi 33,24% Agar harga barang-barang lainnya naik 10,24% Agar pemakaian BBM berkurang 6,65% Untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi 4,12% PENGGUNAAN PENGHASILAN Poll TEMPO akhir 1982 ini juga mengungkapkan bahwa minat menabung pada masyarakat Indonesia masih lumayan: lebih separuh (57,16%) responden menabung. Dan sebagian besar dari mereka tidak lagi menyimpan uang mereka di bawah kasur, dalam bambu atau celengan. Tercatat ada 61% yang menabungnya di bank, kantor pos atau koperasi. Bagaimana masyarakat kita menggunakan penghasilan mereka. Hasil pengumpulan pendapat TEMPO menunjukkan, hampir separuh (48,54%) responden menggunakan 50% penghasilannya untuk pangan. Hanya sekitar 3% yang memakai seluruh penghasilannya untuk pangan, dan yang menggunakan tiga perempat penghasilannya untuk kebutuhan pokok tersebut ada 17%. Hasil itu menunjukkan bahwa pengeluaran untuk pangan masih merupakan bagian terbesar buat sebagian besar masyarakat Indonesia. Sandang, salah satu kebutuhan pokok, ternyata tak begitu menyita penghasilan: hampir 39% responden menggunakan sepersepuluh penghasilannya untuk keperluan ini. Begitu juga untuk papan/perumahan: 46% responden menggunakan sepersepuluh penghasilannya untuk pos tersebut. Bidang rekreasi/hiburan: 66% responden menyatakan bahwa mereka menggunakan kurang dari 5% penghasilannya untuk ini. Yang menarik: hubungan keluarga dan tradisi saling membantu dalam masyarakat Indonesia masih kuat. Ada sekitar 56% responden yang menggunakan kurang dari 5% penghasilannya untuk membantu keluarga. Sedang yang menggunakan 10% dari penghasilannya untuk membantu keluarga tercatat 24%. Pertanyaan terakhir: jika belum mempunyai rumah, apakah Anda optimistis akan mendapatkannya pada 1983? Seperti sudah diduga, sebagian besar yang ditanya merasa pesimistis. Ada 58,54% yang menjawab tidak. Memiliki rumah ternyata akan tetap merupakan idaman. BOKS 1983: KEADAAN EKONOMI RUMAH TANGGA, menurut pendapat orang beberapa daerah: LEBIH BAIK JAWA TENGAH 50,80% JAWA TIMUR 39,42 JAWA BARAT 38,05% SAMA SAJA JAKARTA RAYA 48,13% SUMATERA UTARA 44,44% LEBIH BURUK SUMATERA BARAT 48,66%

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus