Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dalam Cengkeraman Virus Corona

Penyebaran penyakit menular akibat virus corona Covid-19 kian luas dan sudah terkonfirmasi di lebih dari 50 negara. Dunia menghadapi potensi pandemi.

 

29 Februari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ribuan orang Indonesia batal berumrah setelah Arab Saudi menutup akses masuk terkait dengan wabah virus corona.

  • Penyebaran penyakit meluas secara global.

  • WHO meminta negara-negara lebih agresif dalam mengantisipasi penyakit menular.

JADWAL keberangkatan 2.393 calon anggota jemaah umrah Indonesia dengan delapan maskapai penerbangan ke Arab Saudi pada Kamis, 27 Februari lalu, dibatalkan. Sebanyak 1.685 lainnya yang lebih dulu pergi dan sebagian sedang singgah, antara lain di Singapura dan Abu Dhabi, juga tak bisa melanjutkan perjalanan ke Tanah Suci. Mereka terpaksa kembali ke Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Agenda religi mereka buyar setelah pemerintah Arab Saudi merilis maklumat yang menghentikan sementara pemberian izin masuk bagi orang asing yang ingin menjalankan umrah atau berziarah. Kebijakan ini bertujuan mencegah penyebaran penyakit menular akibat virus corona baru, Covid-19. “Situasi penghentian sementara yang sangat mendadak ini adalah keadaan kahar atau force majeure,” kata Menteri Agama Fachrul Razi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Saudi menyatakan jemaah yang kadung tiba di negara itu masih bisa melaksanakan umrah. Dalam siaran pers di Jeddah, Konsul Jenderal Eko Hartono menyebutkan jemaah umrah asal Indonesia mendarat pada 27 Februari lalu dengan tujuh penerbangan di Bandar Udara King Abdulaziz, Jeddah; dan di Bandar Udara Prince Muhammad bin Abdulaziz, Madinah. Tak satu pun anggota jemaah yang terjangkit virus corona.

Arab Saudi salah satu negara di Timur Tengah yang masih bersih dari terjangan corona. Sejumlah negara tetangganya, seperti Kuwait, Bahrain, Irak, dan Uni Emirat Arab, sudah memiliki puluhan kasus penyakit tersebut.

Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut penyebaran Covid-19 sebagai kondisi darurat global yang harus diawasi ketat. Virus itu telah membunuh lebih dari 2.800 orang dan menginfeksi 83 ribu orang di 51 negara. Cina menjadi negara yang paling menderita setelah virus itu menginfeksi sekitar 78 ribu orang dan merenggut lebih dari 2.500 nyawa. Penyakit karena virus corona sudah merambah tujuh negara baru hanya dalam 24 jam sejak 27 Februari lalu. “Situasi sekarang sangat rentan dan kondisinya tergantung cara kita menanganinya,” ucapnya.

Menurut Ghebreyesus, virus ini berpotensi memicu pandemi—wabah yang terjadi secara serentak di wilayah yang lebih luas dan sulit dikendalikan. Ia mengingatkan para pemimpin negara agar bertindak agresif untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini. Terakhir kali pandemi terjadi pada 2009, ketika virus influenza H1N1 atau flu burung membunuh sekitar 203 ribu orang di seluruh dunia. “Jangan sampai ada negara yang menganggap mereka tidak akan terkena kasus corona. Itu kesalahan fatal,” tuturnya.

Di Asia, Korea Selatan memiliki 2.000 kasus penyakit virus corona, terbanyak setelah Cina. Adapun Italia menjadi yang negara terparah di Eropa setelah mengumumkan lebih dari 640 kasus. Lebih dari 20 negara Eropa, terutama Spanyol, Prancis, dan Jerman, juga telah mengkonfirmasi kemunculan Covid-19.

Pola persebaran penyakit meluas setelah Brasil menjadi negara pertama di Amerika Selatan yang mengumumkan kasus Covid-19 pertamanya pada 27 Februari lalu. Laporan serupa datang dari sejumlah negara Afrika, seperti Aljazair, Mesir, dan Nigeria. Selandia Baru juga melaporkan adanya infeksi pada satu orang yang pulang dari Iran dan sempat singgah di Bali.

Kondisi di Iran juga buruk. Sejak kasus pertama terdeteksi di Qom, dua pekan lalu, angka kematian akibat infeksi virus corona menjadi yang tertinggi setelah Cina. Kementerian Kesehatan Iran menyatakan 388 kasus terkonfirmasi dan 34 pasien meninggal.

Pemerintah Iran bergejolak setelah sejumlah pejabatnya terjangkit wabah. Wakil Menteri Kesehatan Iraj Harirchi ternyata tertular sehari setelah menggelar konferensi pers di Teheran pada Senin, 24 Februari lalu, dan menyatakan wabah virus corona di negaranya bisa dikendalikan. Wakil Presiden Iran Bidang Perempuan dan Keluarga Masoumeh Ebtekar juga terinfeksi. Pada Rabu, 26 Februari lalu, Ebtekar mengikuti rapat dengan Presiden Iran Hassan Rouhani.

Iran terpaksa menangguhkan sidang parlemen tanpa batas waktu setelah dua anggota parlemen positif terkena virus corona. Sejumlah tempat ziarah religi yang biasanya ramai dikunjungi orang ditutup dan salat Jumat di beberapa lokasi dibatalkan. Meski demikian, Presiden Rouhani menyatakan tak ada rencana mengisolasi kota-kota yang terinfeksi virus corona.

Dengan kondisi seperti itu, kemampuan Iran mencegah penyebaran virus dipertanyakan. Menurut Direktur Eksekutif Program Kondisi Darurat WHO Mike Ryan, virus corona masuk ke Iran tanpa terdeteksi. “Penyebaran infeksi mungkin saja lebih luas dari yang sudah kita ketahui sekarang,” ucapnya seperti dilaporkan NBC News.

Sejumlah diplomat asing, menurut laporan Brisbane Times, juga ragu terhadap metode penanganan virus corona di Indonesia. Pemerintah Indonesia mengklaim wilayahnya bebas dari kasus virus tersebut. Laporan dari pertemuan sejumlah diplomat itu menyebutkan Indonesia seharusnya berusaha lebih keras mempersiapkan diri menghadapi ancaman virus dengan melakukan lebih banyak tes.

Dengan populasi sekitar 270 juta jiwa, Kementerian Kesehatan telah memeriksa 136 spesimen yang diduga terjangkit Covid-19. Hasilnya, semua bersih dari virus corona. Padahal sudah puluhan kasus Covid-19 ditemukan di negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia. Dengan populasi lebih sedikit, negara-negara itu melakukan pemeriksaan dengan jumlah spesimen setidaknya sepuluh kali lipat spesimen di Indonesia.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison, seperti dilaporkan The Sydney Morning Herald, mempertanyakan kemungkinan kasus virus corona yang belum terkonfirmasi di Indonesia. Meski demikian, Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menyatakan Indonesia sudah bekerja keras dalam melacak dan menangkal penyebaran penyakit tersebut.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA (WHO, SOUTH CHINA MORNING POST, THE GUARDIAN, AL JAZEERA, AP, CNN)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gabriel Wahyu Titiyoga

Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus