Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kuda Hitam dari Indiana

Pete Buttigieg menjadi kandidat presiden pertama yang secara terbuka mengaku gay. Dia unggul sementara dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat melampaui Bernie Sanders dan Joe Biden.

29 Februari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pete Buttigieg merupakan kandidat presiden pertama yang secara terbuka mengaku gay.

  • Dia unggul atas calon-calon lain dari Partai Demokrat, seperti Bernie Sanders dan Joe Biden.

  • Dua kali menjabat Wali Kota South Bend dan pernah bertugas sebagai tentara.

PERANG kata-kata dua kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Amy Klobuchar dan Peter Buttigieg, pecah di panggung debat Demokrat di Las Vegas, Nevada, Rabu, 19 Februari lalu. Debat ini bagian dari kaukus, satu dari dua model pemilihan pendahuluan yang digelar bergiliran di semua negara bagian untuk memilih calon presiden dari Demokrat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pete—sapaan Peter Buttigieg—membidik Klobuchar, yang lupa akan nama presiden dan kebijakan Meksiko dalam sebuah wawancara televisi. “Klobuchar,” katanya, “tak bisa ngomong lancar soal politik negara kita terhadap tetangga di selatan.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Anda bilang saya bodoh?” Klobuchar menyahut. “Atau Anda menertawai saya, Pete? Saya bilang, saya memang keliru. Orang kadang-kadang lupa.”

Selain Carolina Selatan, yang dua pertiga pemilik suaranya dalam pemilihan primer adalah orang kulit hitam, Nevada merupakan salah satu negara bagian penting bagi para kandidat presiden karena banyak penduduknya keturunan Latin dan Afro-Amerika. Di sini, dukungan dari kelompok minoritas bagi para kandidat bisa dilihat.

Buttigieg, yang belakangan ini masuk papan atas dalam pemilihan lingkup internal Demokrat, berjuang meraih dukungan dari kelompok minoritas, khususnya kaum kulit hitam. Dia telah sepuluh kali berkunjung ke Carolina Selatan serta menayangkan iklan di radio dan surat kabar yang punya pelanggan warga kulit hitam di negara bagian itu sejak musim gugur tahun lalu.

Dia juga mencari dukungan dari tokoh kulit hitam, seperti Walter A. Clyburn Reed dan Abe Jenkins—cucu pejuang hak-hak sipil, Esau Jenkins. Iklannya di YouTube dan Facebook berusaha menjangkau para pemilih muda kulit hitam khususnya di kampus, seperti South Carolina State University dan Claflin University.

Reed mengatakan para mahasiswa tertarik pada Douglass Plan, program utama yang ditawarkan Buttigieg untuk mengakhiri rasisme sistemik di Negeri Abang Sam dengan memperbaiki berbagai kebijakan buat menciptakan keadilan sosial dan ekonomi bagi semua orang. “Itu belum pernah mereka dengar dari seorang kandidat,” ujar Reed kepada Associated Press. “Ketika dia mulai mengangkat pesan itu, pemilih dari perguruan tinggi sangat tertarik kepadanya.”

Tapi Buttigieg menghadapi pertanyaan ujian lain mengenai pemilih kulit hitam yang lebih tua baik di Carolina Selatan maupun di Nevada: maukah mereka memilih kandidat gay seperti Buttigieg?

Peter Paul Montgomery Buttigieg (baca: bute-jej)—nama lengkapnya—lahir di South Bend, Indiana, Amerika Serikat, pada 19 Januari 1982. Dia anak tunggal pasangan Jennifer Anne Montgomery dan Joseph A. Buttigieg, guru besar sastra Inggris di University of Notre Dame, South Bend. Buttigieg mengambil jurusan sejarah dan sastra di Harvard University serta meraih gelar master di bidang filsafat, politik, dan ekonomi di Pembroke College, University of Oxford, Inggris, pada 2007.

Saat kuliah, Buttigieg sudah terlibat dalam politik. Dia membantu Jill Long Thompson dari Partai Demokrat dalam pemilihan anggota Kongres pada 2002. Dia juga menyokong kampanye John Kerry dalam pemilihan presiden pada 2004 dan menolak tawaran membantu kampanye Barack Obama dalam pemilihan senat pada tahun yang sama.

Buttigieg kemudian maju sebagai calon Bendahara Negara Bagian Indiana dari Partai Demokrat pada 2010. Dia kalah, tapi setahun kemudian maju sebagai calon Wali Kota South Bend dan menang dengan perolehan 74 persen suara. Dia menjabat wali kota saat berusia 29 tahun, yang menjadikannya wali kota termuda kedua dalam sejarah kota itu.

Pada 2014, Buttigieg kembali maju sebagai calon wali kota. Sebelum pemilihan, Gubernur Indiana Mike Pence meneken Undang-Undang Restorasi Kebebasan Agama, yang memungkinkan perusahaan lokal di negara bagiannya menolak mempekerjakan kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) serta kelompok lain dengan dalih melindungi kebebasan beragama. Kebijakan ini memicu protes dan pemogokan di mana-mana.

Saat itulah Buttigieg menulis artikel di surat kabar South Bend Tribune dan berterus terang bahwa dia gay. Kepada majalah Time, dia mengaku bahwa hal itu dilakukannya atas pertimbangan pribadi ketimbang politik. Bahkan dia sebetulnya khawatir langkahnya sebagai calon wali kota periode kedua akan terganjal. Di luar dugaannya, pada November tahun itu, dia terpilih kembali sebagai wali kota dengan 80 persen suara.

Dua tahun kemudian, Buttigieg mengumumkan pertunangannya dengan calon suaminya, Chasten Glezman, seorang guru sekolah menengah atas. Mereka menikah pada 16 Juni 2018 di Katedral St. James di South Bend.

Menurut Time, itu menjadi indikasi betapa cepat opini publik tentang isu LGBT berubah. Pada 1996, hanya 27 persen orang Amerika yang mendukung pernikahan sesama jenis. Pada 2019, angkanya naik menjadi 67 persen, termasuk 44 persen kaum Republikan, yang dianggap konservatif.

Setahun sebelum menjadi wali kota, Buttigieg masuk dinas ketentaraan dan bertugas sebagai intelijen Angkatan Laut. Pada 2014, dia cuti sebagai wali kota dan bertugas di Afganistan selama tujuh bulan. Dia bertugas mengidentifikasi dan menghancurkan jaringan keuangan teroris.

Pada 23 Januari 2019, Buttigieg menyatakan akan maju sebagai calon Presiden Amerika melalui Partai Demokrat. Bila terpilih sebagai presiden, dia akan menjadi presiden kedua termuda dan yang pertama secara terbuka mengaku gay.

Sejak itu, Buttigieg diserang berbagai komentar homofobia dari Rush Limbaugh, penyiar radio konservatif yang terkenal dengan The Rush Limbaugh Show, acara bincang-bincang yang disiarkan ke seluruh dunia. Limbaugh mengatakan pendengarnya “belum siap memilih seorang gay yang akan mencium suaminya di panggung debat presiden”. Limbaugh, yang secara kontroversial baru mendapat medali kebebasan dari Presiden Donald Trump, mengklaim bahwa Trump mengatakan kepadanya agar tak pernah meminta maaf atas komentar-komentarnya tersebut.

Buttigieg berkomentar santai mengenai sikap Trump dan Limbaugh itu. “Masak, gagasan dari orang semacam Limbaugh atau Trump akan mengajari orang tentang nilai-nilai keluarga?” katanya dalam wawancara dengan CNN di Las Vegas.

Dia menyebutkan soal uang yang dibayar Trump lewat bekas pengacaranya, Michael Cohen, kepada bintang film porno Stormy Daniels. “Maksud saya, maaf, satu hal tentang pernikahan saya..., hal tersebut tak pernah membuat saya mengirimkan uang tutup mulut kepada seorang bintang film porno setelah berbohong kepada pasangan saya,” tuturnya. “Jadi mereka mau berdebat tentang nilai-nilai keluarga? Mari berdebat. Saya siap.”

Sejauh ini, perolehan suara Buttigieg dalam pemilihan primer dan kaukus Demokrat menempatkannya di atas calon-calon kuat, seperti Bernie Sanders dan Joe Biden. Namun perjalanannya baru separuh. Putaran pemilihan pendahuluan Demokrat masih berlanjut hingga Juni nanti sebelum konvensi nasional digelar untuk memilih calon presiden yang akan menantang Donald Trump dari Partai Republik.

IWAN KURNIAWAN (CNN, AP, CBS NEWS, THE GUARDIAN)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus