Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Wanita di gedung putih

Hillary rodham clinton,45, dikenal sebagai wanita karir yang sukses dan mandiri. kini ia menjadi ibu negara as yang harus menurut pada aturan gedung putih.

14 November 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEDUNG Putih punya aturan bagi seorang ibu negara. Aturan yang ditulis oleh Eleanor Roosevelt, ibu negara tahun 1933 1945 itu, antara lain menyebutkan bahwa seorang istri presiden harus: tepat waktu, dilarang melibatkan urusan pribadi, berbicara yang wajar-wajar saja, berada di urutan belakang agar rakyat melihat presidennya, cepat menyingkir jika tak dibutuhkan lagi." Syahdan, kini muncul di Amerika pertanyaan ini: bisakah Hillary Clinton menjadi ibu negara yang baik menurut aturan itu. Richard Nixon, presiden AS dari Partai Republik yang mengundurkan diri karena skandal Watergate tahun 1974, pernah menyatakan pendapatnya tentang Hillary. Katanya, "Hillary akan menggebrak piano keras-keras sehingga Bill Clinton diam membisu." Dan pada masa kampanye, banyak yang terkesan bahwa Hillary lebih piawai dan lebih dominan dari pada Bill Clinton. Karena itu, mereka berpendapat bahwa Hillary pun layak menjadi presiden AS. Bahkan Bill Clinton sendiri membenarkan pendapat itu: "Saya juga sering mengatakan, ia bisa menjadi presiden." Memang, sebagai wanita karier, Hillary tak kepalang tanggung. Dua kali ia terpilih sebagai salah satu dari 100 pengacara paling berpengaruh di AS oleh majalah The National Law Journal, majalah hukum yang prestisius. Wanita yang kini berusia 45 tahun itu menjabat direktur di lima perusahaan dengan gaji total sekitar US$ 160.000 setahun, dua tahun lalu. Bandingkan dengan gaji Clinton sebagai gubernur Arkansas yang cuma US$ 35.000 setahun itu. Tak heran bila ada yang bilang, Hillarylah yang bertanggung jawab dalam keuangan keluarga. Dengan latar belakang seperti itulah orang bertanya-tanya, bisakah ia berdiri di belakang, bukannya di depan Bill Clinton. Ketika ditanya wartawan majalah Vanity Fair, apakah ia bersedia jika dipilih menjadi wakil presiden, Hillary cemberut. "Aku ingin lebih terlibat dalam sejumlah masalah, ketimbang menghadiri sejumlah upacara pemakaman para pemimpin dunia," katanya. Di Amerika, orang melihat fungsi wakil presiden memang lebih seremonial. Hillary tampaknya tak suka didudukkan di kursi itu. Hillary Rodham Clinton memang dikenal pendobrak tradisi. Dan wanita yang bisa berdiri sendiri dalam arti kata sesungguhnya ini tak merasa harus terikat suami dan keluarga. Ia menghadiri misa di gereja yang berlainan dengan gereja suaminya. Ia menyimpan gajinya di bank yang berlainan dengan bank suaminya. Tapi cintanya pada Bill Clinton tampaknya tak diragukan. Bahkan ketika tersiar skandal Clinton karena Gennifer Flowers, seorang penyanyi kabaret, mengaku sebagai kekasih gelap Clinton dan mengungkapkan skandal cintanya di jaringan televisi CNN, Hillary tidak goyah. Tanpa banyak bicara, ia menarik Clinton yang waktu itu segan menanggapi berita tersebut, untuk muncul di televisi dan membantah omongan pe nyanyi itu. Hillary sendiri menjelaskan kehadirannya di TV itu demikian: "Saya duduk di sini, karena ingin membela suami yang saya cintai." Tampaknya, hubungan Hillary-Bill memang lebih dimotori oleh Hillary. Sahabat mereka sependapat bahwa Hillary adalah wanita yang tahu apa yang dimauinya, dan tahu cara mewujudkan kemauannya. Hillarylah, dengan kepintarannya di fakultas hukum Universitas Yale, sanggup memikat Bill Clinton, perjaka berambut pirang yang baru pulang dari Oxford, Inggris, dan disukai banyak gadis itu. Persahabatan keduanya berlanjut ketika Hillary bekerja di Washington. Hillary jugalah yang meyakinkan Clinton untuk ikut mencalonkan diri sebagai anggota Kongres Arkansas, dengan memberi info bahwa seorang anggota Kongres Arkansas bakal dicopot gara-gara skandal Watergate. Sebagai wanita yang mengejar karier, anak gadis industriwan kaya dari Park Ridge, Chicago, ini tampaknya sering lupa memikirkan penampilan dirinya, dan ia memang dikenal sebagai wanita berpakaian buruk, waktu itu. Pada malam sebelum hari pernikahan, tahun 1975, bila ibunya tak menanyakan soal gaun pengantin, pasti Hillary lupa menyediakannya. Buru-buru, kedua ibu dan anak itu membeli gaun pengantin di sebuah toko yang hampir tutup. Tapi dalam hal lain, Hillary sangat disiplin. Ia tak punya kebiasaan seperti suaminya yang gemar bergadang dan meng obrol sampai tengah malam. Ia tidur pukul setengah sebelas malam, apa pun yang terjadi -- termasuk bila ada telepon untuknya, ia tak mau menerimanya. Esok banyak yang masih harus dikerjakannya, katanya selalu. Kini Hillary Rodham Clinton berpenampilan lain. Mungkin ia tahu, inilah salah satu cara kampanye juga. Kaca mata hitam bergagang tebal telah berganti dengan mata birunya yang berlensa kontak. Dengan rambutnya yang pirang dan pakaiannya yang tertata rapi, Hillary menjadi salah satu ibu negara Amerika Serikat yang berparas ayu, selain Jacqueline Kennedy. Dan ia pun mungkin akan menjadi penasihat presiden Amerika yang paling piawai. "Apa salahnya kalau istri presiden berotak cerdas yang penuh dengan ide cemerlang dan kreatif?" kata seorang pendukung Partai Demokrat dari Colorado. DP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus