PADA mulanya adalah sederet nama. Pahlawan Perang Teluk Jenderal Norman Schwarzkopf, Gubernur New York Mario Cuomo, dan beberapa nama lagi. Akhirnya adalah Al Gore, senator dari Tennessee berusia 44 tahun. "Setiap kali habis berdiskusi dengan Gore, Clinton selalu bilang: ia benar benar jago," tutur seorang penasihat Clinton. Itulah antara lain yang menyebabkan Gore diputuskan menjadi calon wakil presiden dari Demokrat. Dalam banyak hal Al Gore memang cocok dengan Clinton. Mereka sama-sama berambisi masuk Gedung Putih, sama-sama dari daerah Selatan, sama-sama anti-Perang Vietnam. Putra Senator dan anggota Kongres Albert Gore Sr ini lahir dan tumbuh di lingkungan yang akrab dengan para politikus terkenal Di Washington DC. Karena lingkungannya itulah Al Gore peka terhadap masalah politik: ia bisa mengantisipasi persoalan lebih dini. "Sebelum politikus lain menyadari suatu hal, Al Gore sudah berada di sana," tutur seorang pengamat Gore yang tak mau disebutkan namanya. Mungkin karena pengalamannya Gore tanggap terhadap masalah persenjataan, terutama. Misalnya, di awal 1970-an ia tak cuma ikut-ikutan anti-Perang Vietnam. Meski ia dengan dukungan ayahnya menolak masuk wajib militer untuk Perang Vietnam, akhirnya Gore sampai juga di Saigon. Bukan sebagai tentara, melainkan sebagai reporter militer. Laporannya ia kirimkan kepada istrinya, yang kemudian menyerahkannya pada surat kabar Tennessean. Sepulang dari Vietnam ia ditawari bekerja di surat kabar itu. Mungkin berkat pengalaman jurnalistiknya itu, ditambah lingkungannya di Washington DC, Gore mampu mengantisipasi masalah persenjataan. Misalnya, dikenal sebagai pencinta perdamaian, tiba-tiba Gore bikin kejutan mendukung proyek penelitian rudal MX berkepala nuklir yang menghabiskan dana US$ 625 juta di tahun 1983. Alasannya waktu itu, persetujuannya merupakan barter bahwa Washington akan lebih luwes dalam pengurangan senjata nuklir. Selain itu ia percaya, Soviet tak akan memulai perang nuklir bila tahu lawannya punya nuklir yang bisa juga menghancurkan Soviet. Lalu, setelah rudal MX diproduksi besar-besaran dua tahun kemudian, Gore mendesak pemerintah AS untuk mengurangi penyebaran rudal nuklir tersebut sampai 40%. Dalam politik luar negeri, mungkin pasangan Clinton-Gore tak begitu mengenakkan pihak Arab. Terutama Gore, punya lobi kuat dengan masyarakat Yahudi. "Ia dan Clinton merupakan tim yang lebih condong ke Israel," kata Thomas Dine, Direktur Eksekutif Amerika-Israel. Yang sudah dikenal secara luas adalah Gore pejuang lingkungan hidup yang gigih, hingga ia dijuluki "Manusia Ozone". Ia menulis buku Earth in Balance, yang naskahnya ia tulis ketika menunggui putranya, Albert III, yang harus dirawat di rumah sakit karena ditabrak mobil. Isi buku itu, antara lain, mengusulkan kepada dunia untuk mengurangi produk-produk kimia yang dapat merusakkan lapisan Ozone. Menyarankan kebijaksanaan membatasi penggunaan karbon dioksida yang menyebabkan bumi makin panas. Orang menduga kebijaksanaan lingkungan hidup pemerintah AS nanti tak akan jauh dari isi buku itu. Sebab kata Clinton, "Saya akan banyak belajar dari Gore." DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini