Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mozambik menjadi sorotan akibat adanya kerusuhan setelah pemilu pada Oktober 2024. Pemilu tersebut memenangkan Partai Frelimo yang sudah lama berkuasa meraih 65 persen suara dengan kandidat mereka, Daniel Chapo. Hasil pemilu ini ditolak oleh oposisi, terutama oleh Venancio Mondlane yang menganggap pemilu tersebut curang. Ketegangan meningkat setelah Mahkamah Konstitusi Mozambik mengesahkan hasil pemilu yang memicu protes dan aksi kekerasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Narapidana Kabur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 25 Desember 2024, kerusuhan Mozambik mencapai puncaknya dengan pemberontakan di Penjara Sentral Maputo. Lebih dari 6.000 narapidana kabur setelah terjadi bentrokan besar antara mereka dan pasukan keamanan.
Kerusuhan ini dimulai saat kelompok demonstran di luar penjara menghasut. Narapidana mengambil kesempatan untuk merobohkan tembok penjara dan merebut senjata dari petugas. Laporan ABC News, setidaknya 33 narapidana tewas dalam bentrokan tersebut, dan 15 lainnya terluka. Adapun di antara para narapidana yang kabur terdapat 29 orang yang dikenakan hukuman terkait terorisme.
2. Kerusuhan Menyebar
Setelah hasil pemilu diumumkan dan disahkan oleh Mahkamah Konstitusi pada awal Desember, gelombang kerusuhan dan kekerasan makin meluas. Ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes hasil pemilu dengan banyak di antaranya membakar ban, merusak kantor polisi, dan menyerang infrastruktur pemerintah dan bisnis swasta.
Protes ini terutama dipimpin oleh pendukung Mondlane yang menuntut pembatalan hasil pemilu dan melakukan aksi kekerasan untuk menunjukkan ketidakpuasan mereka.
Keadaan semakin buruk dengan bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan yang membubarkan massa. Kerusuhan ini menyebabkan lebih dari 250 orang tewas, dengan banyak orang lainnya terluka. Industri pariwisata merosot drastis karena wisatawan takut untuk pelesiran.
3. Mengungsi ke Malawi
Otoritas Malawi melaporkan bahwa lebih dari 2.000 rumah tangga telah menyeberang ke distrik Nsanje di Malawi, yang berbatasan langsung dengan Mozambik. Dikutip dari Reuters, keadaan para pengungsi membutuhkan bantuan makanan, tempat tinggal, dan perawatan medis.
Pemerintah Malawi telah mengimbau komunitas internasional untuk memberikan bantuan kepada para pengungsi, yang kini berada dalam situasi darurat. Pengungsi sebagian besar terdiri atas keluarga dengan anak-anak. Mereka terpaksa meninggalkan rumah akibat kekhawatiran kekerasan berlanjut.
4. Sumber Kerusuhan
Komandan Jenderal Polisi Bernardino Rafael menjelaskan 150 tahanan yang melarikan diri dari penjara di Maputo telah ditangkap kembali. “Konfrontasi setelah itu mengakibatkan 33 orang tewas dan 15 orang terluka di sekitar penjara,” kata Rafael, Rabu, 25 Desember 2024.
Rafael menyalahkan protes di luar penjara yang mendorong kerusuhan. Namun, Menteri Kehakiman Helena Kida berkata kepada stasiun televisi swasta lokal Miramar TV bahwa kerusuhan dimulai di dalam penjara dan tidak ada hubungannya dengan protes di luar.
5. Narapidana Mengalahkan Penjaga Penjara
Laporan dari South African Broadcasting Corporation (SABC) mengatakan para narapidana mengalahkan penjaga dan menyita senapan AK-47, sehingga mereka melarikan diri dari lembaga pemasyarakatan.
Jurnalis Mozambik Clemente Carlos mengatakan kepada SABC bahwa mereka yang kabur memanfaatkan musim liburan Natal. Ketika sedikit penjaga yang bertugas dibandingkan dengan hari kerja biasa mereka memanfaatkan momentum tersebut.
“Insiden mengejutkan ini menimbulkan pertanyaan mendesak mengenai keadaan keamanan dan sistem peradilan di Mozambik,” kata Adriano Nuvunga, Direktur Pusat Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Mozambik, menulis di X pada Rabu, 25 Desember 2024.
Sita Planasari turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: 33 Tewas dan Ribuan Tahanan Kabur dari Penjara di Mozambik