Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Clintonomics atau konsep ekonomi robin hood?

Bagaimana membuat orang amerika sejahtera, partai demokrat menjawab dengan resep clintonomics. di kertas,perhitungannya sangat optimistis. tapi kubu clintonomics ini pun terpecah dua: yang ingin cepat dan bertahap.

14 November 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BILL Clinton adalah sinar laser. Itulah perumpamaan yang dikatakan sendiri oleh gubernur yang pekan lalu menang pemilihan presiden itu, bila ia harus memecahkan masalah ekonomi. Maksudnya mungkin, ia akan mengebor sampai sedalam mungkin apa yang menjadi hambatan hingga ekonomi negara superkuat satu-satunya ini tak menggembirakan. Apa boleh buat, ia memang telanjur berjanji dalam kampanyenya, bahwa ia bakal menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru, sehari setelah pelantikannya sebagai presiden 20 Januari tahun depan. Padahal, semua tahu, soal ekonomi bukan soal dua atau tiga bulan. Maka, Ross Perot, calon independen yang tak menang di satu negara bagian pun, mengatakan, bila dalam dua tahun ekonomi AS tak juga membaik, ia bakal menawarkan konsepnya. Lalu apa saja yang dijanjikan Bill Clinton, yang konon akan membentuk tim ekonomi dari kalangan generasi muda? INVESTASI & LAPANGAN KERJA Untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, menurut Clintonomics, pengeluaran pemerintah untuk investasi harus ditingkatkan. Angka yang disebutkan oleh Partai Demokrat dalam kampanyenya adalah US$ 220 milyar untuk empat tahun. Tapi inisiatif hanya dari Gedung Putih dianggap tak cukup. Pihak swasta mesti dirangsang untuk ikut melakukan investasi. Usul Clinton, pajak untuk kelas menengah akan dikurangi, dan dalam perhitungan para ahli ekonominya, itu akan menghasilkan dana US$ 60 milyar untuk diinvestasikan. Tak hanya itu, penggalakan investasi baru akan makin didorong dengan keringanan pajak usaha baru. Itulah dana investasi yang sebagian akan digunakan untuk yang disebut Clinton "membangun kembali Amerika Serikat". Yakni, soal perbaikan infrastruktur, pendidikan, dan latihan kerja. Dengan dukungan program ini, bidang usaha baru di kertas Partai Demokrat akan mengalami pertumbuhan produksi yang cukup, dan bakal menyerap banyak tenaga kerja. Harapannya, angka pengangguran yang kini mencapai 7% dari jumlah tenaga kerja bakal menyusut. Kata Clinton semasa kampanye, "Investasi ini akan menciptakan jutaan lapangan kerja berpendapatan tinggi, dan yang akan membantu Amerika bersaing dalam ekonomi global." Tapi tak adakah konsekuensinya? Misalnya yang berkaitan dengan soal defisit, bila Clinton berniat memperbesar pengeluaran pemerintah untuk investasi? DEFISIT Coba disimak. Problem yang dihadapi perekonomian AS untuk jangka panjang yakni masalah defisit anggaran, yang tiap tahun kian membengkak. Untuk tahun fiskal 1992 yang baru berakhir, defisit anggaran mencapai rekor: US$ 290 milyar. Konsep Clintonomics untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan program penciptaan lapangan kerja baru mestinya justru bakal memperbesar angka defisit anggaran. Diramalkan, program pertumbuhan ekonomi Clinton itu bakal membengkakkan defisit anggaran tahun fiskal 1993-1994 sebesar US$ 10-20 milyar. Jika itu terjadi, popularitas Clinton mau tak mau bakal melorot. Kesempatan buat Perot? Tentu, Clinton pun punya jurus penangkal. Yang pasti, anggaran sektor pertahanan bakal banyak disunat, dialihkan ke kebutuhan dalam negeri. Clinton mengusulkan pemotongan anggaran pertahanan US$ 100 milyar dalam empat tahun. Namun, soal anggaran bukan masalah yang sama sekali berdiri sendiri. Tiap anggaran punya kaitannya, yang mau tak mau bakal terkena dampaknya. Penyunatan anggaran pertahanan ini bakal besar dampaknya pada perusahaan-perusahaan elektronik perangkat pertahanan. Ini bisa dibaca lewat wakil presidennya, Al Gore, yang tampaknya punya intuisi kuat untuk menyetop persenjataan berteknologi tinggi. Maka, proyek Ronald Reagan yang lalu, proyek Perang Bintang, tampaknya bakal berakhir di tangan Clinton. Ia akan menggunakan dana militer untuk menolong mengubah perusahaan pertahanan ke industri berteknologi tinggi biasa. Bukankah zaman sudah berubah, dan musuh Amerika tak ada lagi? Soalnya tak begitu sekadar membuat kalkulasi, lalu memutuskan. Perubahan ini mengandung banyak persoalan. Mau diubah menjadi industri sipil apa industri pertahanan itu? Sesuaikah keterampilan karyawan dengan kebutuhan baru pabrik? Jika ada pendidikan keterampilan, adakah semuanya akan tertampung? Membandingkannya dengan pengalaman industri militer di republik-republik bekas Uni Soviet, mengubah pabrik itu bisa saja, tapi mengubah keterampilan karyawan ahli di bidangnya, itu yang susah. Bukankah pabrik pesawat tempur MiG di Rusia kini menawarkan kerja sama dengan RRC, guna menampung karyawan industri MiG yang terancam tak berproduksi? Pengangguran, itulah yang cepat terbayang dalam kebijaksanaan ini. PAJAK Sumber penghasilan lain untuk menjinakkan defisit adalah dengan pajak. Clinton sejak awal sudah menyatakan niatnya meningkatkan pajak untuk masyarakat kelas atas, yang berpenghasilan US$ 200.000 ke atas per tahun. Dalam peraturan pajak baru itu, kelompok kaya, yang jumlahnya diperkirakan 2% dari 200 juta warga Amerika Serikat, bakal digebuk pajak rata-rata 36% per tahun. Juga bakal ada pajak khusus untuk para jutawan AS. Dengan kedua pajak kelas atas itu, diharapkan bakal terjaring dana US$ 92 milyar dalam empat tahun. Selain itu, perusahaan asing yang beroperasi di AS juga bakal kena tambahan pajak. Dari pengetatan peraturan investasi asing ini, Clinton sesumbar bakal menangguk dana US$ 45 milyar dalam empat tahun. Di samping itu, masih ada US$ 9 milyar yang diharapkan bakal dikejar dari para penggelap pajak. Ini baru perhitungan di kertas, memang. Cara Clinton menggebuk orang berduit dengan pajak, dan meringankan kelas menengah dari pajak, membuat karikaturis di surat kabar International Herald Tribune menggambarkan Clinton bagai bajak laut. Mestinya lebih tepat bagaikan Robin Hood -- tapi tokoh legenda pembela si miskin dan perampok si kaya itu bukan orang Amerika melainkan Inggris. BERTAHAP ATAU SEKETIKA Dan sesungguhnya di kubu Demokrat ini ada juga yang dihinggapi keraguan soal persisnya angka-angka yang kata sebagian orang Amerika kelewat optimistis itu. Buktinya, para penasihat ekonomi Clinton pun kini seperti terpecah. Yakni mereka yang memprioritaskan perbaikan ekonomi kilat (untuk segera memuaskan rakyat), dan yang mendukung program penyembuhan ekonomi secara bertahap. Kelompok pertama, yang optimistis, mendesak Clinton agar segera menjalankan paket penciptaan lapangan kerja secara besar-besaran. Artinya, pengeluaran anggaran besar-besaran juga, yang itu berarti defisit. Ini dimaksudkan untuk meyakinkan para pemberi suara, bahwa sang presiden menepati janjinya dan tetap memprioritaskan kepentingan rakyat menengah ke bawah. Di sini faktor citra kepemimpinan presiden baru yang peduli pada masalah ekonomi, ketimbang pendahulunya, dinilai sangat penting. Sosok kuat sang presiden dianggap mampu mengatrol keyakinan diri para kon sumer Amerika -- yang pada akhirnya diharapkan bakal mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jadi, siapa tahu, misalnya perusahaan yang tadinya menahan untuk menanamkan modalnya dalam usaha bakal memutuskan untuk mulai berusaha lagi. Jadi, tampaknya, tugas Clinton yang utama adalah mengubah bayangan buruk mayoritas rakyat Amerika soal suramnya perekonomian mereka. Dengan kata lain, perhitungan angka-angka itu cumalah pegangan, yang penting menumbuhkan keyakinan bahwa orang Amerika bisa bangkit lagi, siapa pun dia. Memang logis, tapi apakah realistis atau tidak, itu soal lain. Sedangkan kelompok program ekonomi bertahap lebih khawatir bakal meroketnya angka inflasi bila terjadi obral pengeluaran. Dampak selanjutnya, bisa mengatrol tingkat suku bunga, dan kemudian bakal mencekik investasi swasta. Mengapa risiko ini mesti diambil? "Bukankah yang penting justru membaiknya perekonomian pada akhir masa jabatan, ketimbang pada awal pemerintahan?" kata seorang pendukung program ekonomi bertahap Clinton. Kelompok mana yang menang, bakal diketahui dari susunan tim ekonomi yang jadi prioritas utama dalam jadwal 100 hari pertama kerja seorang presiden baru. Bisa jadi, Clinton, yang mengaku "demokrat baru" dan yang bergeser lebih ke tengah, mengambil jalan tengah: mengombinasikan tim ekonominya dari dua kelompok itu: yang kilat dan bertahap. Ini bukan hal yang mustahil. Dalam pidato kemenangannya, Clinton menyebut-nyebut bakal merangkul orang dari Partai Republik dan kubu independen. Apakah tim tersebut bisa jalan atau tidak, itu mestinya soal lain. Dan sebagai gubernur Arkansas, Clinton memang sudah dikenal sebagai pencetus ide yang kreatif, dan banyak gagasannya yang tetap berstatus gagasan. PERTUMBUHAN EKONOMI Bagaimanapun, Dewi Fortuna tampaknya masih bakal berpihak pada Clinton. Perekonomian AS, seperti diramalkan oleh para ekonom pendukung George Bush, belakangan justru kian pulih. Yakni adanya pertumbuhan 2,7% produk domestik pada semester ketiga tahun ini -- bahkan diramalkan pada semester terakhir tahun ini pertumbuhan GDP bisa 3%. Dan kalau ini terjadi, kata kubu Bush, itu bukan hasil kebijaksanaan baru presiden baru. Tapi ini efek dari kebijaksanaan hari-hari terakhir Bush di Gedung Putih. Juga ada tanda-tanda bahwa Bank Sentral Amerika bakal menurunkan tingkat suku bunga, Desember depan. Walhasil, pemerintahan baru Clinton bakal banyak dibantu oleh perkembangan roda bisnis yang normal -- yang datangnya kelewat terlambat untuk menolong George Bush. Lalu masih ada masalah, umpamanya upaya pahit perusahaan raksasa General Motor. Ini bisa dijadikan simbol kegagalan industri Amerika dalam bersaing dengan pihak luar. Belum lagi ancaman tindakan balasan berbagai negara yang investasinya di Amerika kena gebuk berbagai peraturan dan pajak, nanti. Ini semua baru akan dirasakan nanti, setelah Clinton duduk di Ruang Oval. Hari-hari ini, yang penting bagi orang Amerika tampaknya hanya satu kata: perubahan. Itulah yang menguntungkan Clinton, ketika tanda-tanda ekonomi membaik belakangan ini hampir saja mengatrol suara untuk Bush. Jika saja dalam Clintonomics memang terkandung nasib baik itu. Farida Senjaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus