Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Warga Venezuela Rayakan Hari Natal di Tengah Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi di Venezuela membuat warga kesulitan berbelanja kebutuhan Hari Natal karena inflasi melambung hingga 2400 persen.

25 Desember 2017 | 06.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga mengangkut tabung gas kosong saat mencoba membeli gas di stasiun pengisian gas San Cristobal, Venezuela, 3 Agustus 2017. Kelangkaan gas ini merupakan salah satu akibat dari krisis politik Venezuela yang telah terjadi sejak beberapa bulan. REUTERS/William Urdaneta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Caracas – Perayaan Hari Natal 2017 di Caracas, Venezuela, menjadi berbeda bagi Marilyn Pitre, seorang ibu berusia 40 tahun dengan dua anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pitre masih teringat kenangan berjalan pada liburan Natal di Altamira Plaza, yang saat itu dipenuhi cahaya lampu dan pohon Natal raksasa. Semarak suasana di plaza ini membuatnya sempat dibandingkan dengan Gedung Rockefeller Center di Kota New York. Tapi itu sebelum krisis ekonomi menerpa negara yang kaya akan minyak karena kejatuhan harga minyak mentah tiga tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca:  Seperti Apa Perayaan Hari Natal di Cina?

 

Sekarang Pitre mengaku khawatir dengan kriminal jika berjalan-jalan di plaza itu menjelang malam. Dan pada perayaan Natal tahun ini, Altamira Plaza tidak menampilkan pertunjukan lampu dan pohon Natal.

“Sebagai orang Katholik, kami merayakan kelahiran Yesus,” kata Pitre. “Tapi suasananya tidak sama seperti sebelumnya.”

 

Baca: Penganut Kristen India Alami Kekerasan Jelang Hari Natal

 

Menjelang perayaan Natal di Cina dan India, warga Kristen setempat juga merasa tekanan meskipun bukan bersifat kebutuhan ekonomi.

Pemerintah setempat, lewat Liga Pemuda Partai Komunis Cina, melarang warga untuk merayakan Hari Natal dengan tudingan itu bersifat takhyul dan candu dari budaya Barat.

Di India, polisi dan kelompok gari keras Hindu mengganggu warga Kristen yang sedang beribadah di rumahnya seperti berdoa ataupun menyanyikan lagu reliji.

Dan kembali ke Venezuela, apa yang dialami Pitre ini mencerminkan kondisi kalangan kelas menengah di Venezuela. Mereka harus mengurangi pengeluaran hadiah, dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti membuat masakan tradisional Natal.

Kelompok masyarakat bawah mengalami kesulitan terparah. Banyak diantara mereka yang harus mengais-ngais sampah untuk makannya.

 Pitre mengaku dia mencoba melihat lebih jauh tidak sekadar menyoroti kekurangan yang ada dan konflik politik yang terjadi untuk memaknai Natal tahun ini.

Venezuela, yang berpenduduk 30 juta orang, memiliki cadangan minyak sangat besar. Tapi kejatuhan harga minyak mentah tiga tahun lalu membuat perekonomian negara ambruk dan memicu konflik sosial.

Warga mengalami kekurangan uang, harga barang melambung karena inflasi dan obat-obatan yang tak terjangkau.

Pada awal tahun ini, masyarakat Venezuela yang merasa jengkel dengan kebijakan Presiden Nicolas Maduro bentrok dengan polisi antihuru-hara di Altamira Plaza dan jalan-jalan di berbagai kota. Sekitar 120 orang pengunjuk rasa tewas dan ribuan lainnya terluka.

“Inflasi bakal mencapai 2400 persen pada akhir tahun ini,” kata Henkel Garcia, direktur perusahaan konsultan Econometrica, yang berbasis di Caracas. Dan daya beli publik dari gaji minimum yang diperoleh hanya memiliki daya beli seperlima dibandigkan dua dekade lalu. Saat itu, Presiden Hugo Chavez, yag telah meninggal, melancarkan revolusi sosialis di Venezuela.

“Ini adalah Natal tergelap yang pernah kami alami,” kata Guianfranco Perozo, 23 tahun, yang memiliki dua pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhannya.

Perozo mengaku tidak akan membeli hadiah Natal tahun ini. Sisa uang dari membeli bahan kebutuhan pokok akan dibelikan popok untuk bayinya, yang berusia 8 bulan.

“Tidak ada yang perlu dirayakan,” kata dia. “Terlalu banyak orang kelaparan dan terlalu banyak orang makan sampah.”

Menjelang perayaan Natal, keresahan merebak di Venezuela. Warga di dua negara bagian harus mengantri panjang di pom bensin. Dan sebuah komunias di luar kota Caracas menggelar protes karena kekurangan makanan dengan  membakar sampah.

Warga mengalami kekurangan air bersih, dan pemadaman listrik siang hari bisa berlangsung selama lima jam di Caracas.

Sebagian warga terpaksa datang ke negara lain untuk mencari pekerjaan. Antonieta Lopez, 35 tahun, berpisah dengan suaminya, yang harus pergi ke Chili untuk mencari pekerjaan setahun lalu.

Lopez mengaku dia mengalami kesulitan uang dan hanya bisa membelikan dua mainan untuk anaknya yaitu boneka Kapten Amerika dan sepasang topeng Star Wars.

Ibu Lopez, Evelyn Avellaneda, 70 tahun, mengatakan dia tidak bisa membeli beberapa kebutuhan rutin Hari Natal seperti sebotol anggur merah. Jika mereka berhasil mencari barang dengan harga terjangkau, ada antrian panjang di depannya. “Ada antrian di mana-mana,” kata Lopez.

ABC NEWS | GUARDIAN | SCMP

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus