Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Warsawa habis nato bubar ?

Organisasi kerja sama pertahanan negara-negara eropa timur, pakta warsawa bubar. polandia, ceko-slovakia, dan hungaria bermaksud bergabung dalam nato. mereka tak ingin dijadikan kembali satelit soviet.

6 April 1991 | 00.00 WIB

Warsawa habis nato bubar ?
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MENURUT umur manusia, Pakta Warsawa berusia pendek. Senin pekan ini, dalam usia 36 tahun kurang satu bulan, didahului oleh keadaan "lumpuh" selama dua tahun, Organisasi Kerja Sama Pertahanan Negara-Negara (Komunis) Eropa Timur tinggal nama. Tapi bubarnya pakta tersebut justru memberikan kelegaan pada anggota-anggotanya, setidaknya bagi Polandia, Ceko-Slovakia, dan Hungaria. Ketiga bekas negara komunis Eropa Timur itu diam-diam rupanya memendam keinginan serupa: lepas dari Pakta Warsawa dan berlindung di dalam NATO, Pakta Pertahanan Atlantik Utara, bekas musuh Pakta Warsawa. Alasannya, ketiganya khawatir bila Uni Soviet, bos Pakta Warsawa, jatuh kembali di tangan kubu garis keras, dan kembali menjadikan ketiga negara ini sebagai satelit Uni Soviet. Kekhawatiran semacam ini muncul, khususnya setelah orang nomor satu Kremlin Mikhail Gorbachev mengambil jalan keras untuk memadamkan aksi separatisme di Lithuania, Februari silam. (Dalam peristiwa itu belasan warga Lithuania tewas, ratusan cedera, digasak pasukan Baret Hitam Soviet.) Dikhawatirkan, Gorbachev akan semakin condong ke kubu garis keras militer Soviet, atau terjadi kudeta militer. Sebenarnya, tahun-tahun belakangan ini sudah tak dilangsungkan kegiatan militer di kalangan Pakta Warsawa. Tak ada latihan militer bersama. Para jenderal negara anggota juga tak lagi membicarakan strategi pertahanan, dan tak lagi bertukar sandi-sandi intelijen militer. Bahkan Polandia sudah mengubah program pendidikan militernya, berbeda dengan gaya militer Soviet. Penarikan pasukan Soviet dari (bekas) negara-negara Pakta Warsawa pun sudah dijadwalkan. Penarikan 360.000 tentara Kremlin dari Jerman Timur bakal tuntas pada 1994. Ceko-Slovakia bakal bebas militer Soviet Juli depan. Demikian pula Hungaria. Cuma di Polandia, yang "dititipi" 50.000 tentara Soviet, terjadi ketegangan. Pemerintah Warsawa menuntut agar keseluruhan pasukan Soviet sudah hengkang akhir tahun ini. Tapi pihak Soviet menetapkan baru 1994. Itu pun setelah tentara yang diposkan di Jerman Timur sudah seluruhnya pulang kandang. Soalnya, militer Soviet bersikeras untuk mengurus sendiri pasukannya yang ditarik dari Jerman Timur, yang harus melewati wilayah Polandia. Sedang pihak Polandia -- masih dicekam trauma peristiwa "musim semi Warsawa" 1968 -- menuntut agar pasukan Soviet yang lewat wilayahnya dilucuti dan diurus oleh pihak Polandia. Tentu saja Kremlin menolak, karena "kami akan pergi dengan kepala tegak, bukan seperti kriminal," kata Jenderal Victor Dubinin, komandan pasukan Soviet di Polandia. Semangat Polandia, Hungaria, serta Ceko-Slovakia sebenarnya menyimpang dari garis Soviet. Soviet menuntut NATO mengambil langkah serupa, yakni bubar jalan. "Saya kecewa pada para pemimpin NATO yang tidak menunjukkan kebijaksanaan dan sikap kenegarawanan para pemimpin Pakta Warsawa," ujar Jenderal Vladimir Lobov, Kepala Staf Gabungan Pakta Warsawa. Tapi Presiden Ceko-Slovakia Vaklav Havel, yang Kamis pekan lalu berkunjung ke markas besar NATO di Brussel, menyebut pakta pertahanan Barat itu sebagai "satu-satunya struktur keamanan demokratis yang berfungsi di Eropa." Havel, pemimpin negara Eropa Timur pertama yang berkunjung ke markas besar NATO, mengimbau agar, "NATO tidak menutup diri selamanya pada negara tetangga yang demokratis." Memang NATO sejauh ini menolak menambah anggota baru dari Eropa Timur, terutama untuk menghindari ketegangan dengan Kremlin, yang sedang diguncang berbagai krisis itu. "Yang ada dalam agenda kami yakni perbaikan hubungan bilateral dengan negara-negara Eropa Timur," ujar Manfred Worner, Sekjen NATO. Secara de facto, bubarnya Pakta Warsawa tak mengubah kekuatan Soviet. Beruang Merah ini tetap menjadi kekuatan nuklir di Eropa. Sedang tanpa NATO Eropa Barat bakal ditinggalkan AS, karena itu tanpa pelindung nuklir. Dari pandangan ini, memang sulit mengharapkan NATO bubar. Toh tetap terbuka jalan -- betapapun anehnya -- untuk menggalang perdamaian. Yakni, Soviet masuk NATO. Suatu hal yang oleh Washington dianggap tak mungkin, karena dengan masuk NATO Soviet harus tunduk di bawah pimpinan AS. Yang pasti, setelah menang dalam Perang Teluk II dan sesudah Pakta Warsawa habis, hanya Amerikalah kini yang bisa disebut negara superkuat. Tapi biaya mesin perang AS di Teluk diongkosi rame-rame. Masalahnya, bisakah selalu ada ongkos gotong-royong itu. Paman Sam sendiri tentulah tak mampu memikulnya. Farida Sendjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus