Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Boris yeltsin yang melarat

Profil presiden rusia boris yeltsin.

6 April 1991 | 00.00 WIB

Boris yeltsin yang melarat
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
IA dilahirkan di tengah keluarga miskin di Sverdlvosk pada 1931, dan hampir saja mati muda. Itulah gara-gara seorang pendeta Katolik Yunani Ortodoks yang agak teler. Pada upacara pembaptisannya, si pendeta yang sedang mabuk itu tiba-tiba menenggelamkan kepala si bayi dalam air suci pembatisan. Tentu saja si ibu menjerit kaget. Namun, dengan kalem pendeta itu berkhotbah, "Kalau anak ini bisa selamat dari siksaan hidup seperti ini, ia akan jadi orang hebat dan kunamakan dia Boris." Memang ia jadi orang hebat. Berpuluh tahun kemudian, bayi itu populer di seluruh dunia, dan Boris Yeltsin boleh dikata memang orang yang dilahirkan kembali. Kedudukannya dalam percaturan politik Soviet sungguh unik. Biasanya apabila seorang tokoh besar jatuh dari kedudukannya, ia akan ditelan sejarah. Tak demikian halnya dengan Yeltsin. Ia jatuh sebagai seorang komunis, tapi kemudian bangkit kembali sebagai tokoh liberal. Pada Oktober 1987 ia terlempar dari kedudukannya sebagai anggota Politbiro Partai Komunis Uni Soviet (PKUS). Namun, dalam bulan Maret dua tahun kemudian, ia berhasil mengumpulkan 89% suara dan mengalahkan orang yang dijagokan PKUS. Cerita tentang kelahiran kembali Yeltsin penuh dengan romantika dan dinamika. Sebagai pemuda, Boris bertubuh kuat, tinggi, dan besar. Di tengah keluarganya ia jadi anutan saudara-saudara laki-lakinya dan sebagai mahasiswa Institut Teknologi Ural, ia menjadi tokoh terkemuka. Ia menolak ketika hanya diberi pekerjaan sebagai mandor. Boris lalu belajar bagaimana cara mendirikan gedung. Sukses. Pada usia 32 tahun ia mengepalai suatu proyek industri, dan menjelang usia 45 tahun diangkat menjadi Sekretaris Partai di Provinsi Sverlovsk. Sepuluh tahun kemudian iapun ditunjuk masuk ke dalam politbiro, lembaga yang menentukan hitam putihnya Partai Komunis Uni Soviet dan negara Uni Soviet itu sendiri. Sebagai fungsionaris partai di provinsi kelahirannya, ia membuktikan diri sebagai aparatur yang benar-benar berfungsi. Ia pekerja keras dan berhasil menempatkan dirinya sebagai anggota elite partai. Ia juga memperhatikan hal-hal yang buruk dalam partai, tetapi dinilai tak berhasil menanamkan komunisme lebih dalam pada diri orang-orang di bawahnya. Kegagalannya tersebut terakhir itu boleh jadi dikendalikan oleh bawah sadarnya yang terbentuk oleh suasana wilayah kelahirannya, Provinsi Sverdlovsk, salah satu daerah miskin. Warga daerah ini sebagian besar hidup merana di bawah komunisme. Sebagai aparatchik (birokrat partai) di situ, tentu saja Boris melihat kontradiksi antara doktrin Partai dan kenyataan sehari-hari. Sebuah tulisan di majalah Glasnos News & Review nomor terakhir tahun lalu, menyimpulkan, ketika itulah mulai tumbuh sikap liberalnya. Karena keunikannya sebagai politisi, berbagai kelompok pemilih dan pengagumnya punya pendapat yang berbeda-beda tentang dirinya. Kaum buruh menganggapnya sebagai orang yang tidak birokratis. Ia bersedia menghadapi manajemen pabrik, misalnya, untuk membela buruh. Ibu-ibu rumah tangga memandangnya sebagai pahlawan lantaran keberaniannya menelanjangi kecurangan-kecurangan kaum birokrat. Sedangkan golongan intelektual menghargainya sebagai orang yang memperhatikan dan melindungi kehidupan kebudayaan. Golongan terakhir ini memandang Yeltsin sebagai tokoh yang bersikap Barat, mengabdikan dirinya untuk kemajuan pendidikan dan kehidupan kebudayaan yang bebas dan kreatif. Sebagai orang yang dilahirkan kembali dengan sikap-sikap liberalistis, Yeltsin ingin mendesentralisasikan kekuasaan. Ia punya gagasan agar pemerintah-pemerintah republik memiliki hakhak lebih besar dalam menentukan nasibnya. Ia mau agar republik-republik itu menikmati kekayaan yang dikandung buminya sendiri, dan tak hanya harus menaati perintah dari pusat untuk menggemukkan para birokrat partai dan pemerintahan di Kremlin. Ia juga menganjurkan liberalisasi ekonomi: mekanisme pasar sebagai barometer, dan pemilikan pribadi atas tanah. Menurut pendapatnya, angkatan bersenjata dan birokrasi harus dibebaskan dari aroma politik. Sedangkan dinas intelijen KGB dan polisi rahasia mesti dihapuskan. Hanya dengan demikian demokratisasi dan reformasi, yang sebenarnya didengungkan untuk pertama kalinya oleh Gorbachev, bisa berhasil, kata dia. Dalam dua tahun terakhir ini satu-satunya yang menjadi dasar kekuasaannya adalah dukungan rakyat. Kedudukan resminya hanyalah Ketua Dewan Soviet Tertinggi. Ia memang presiden Republik Rusia, tapi itu hanyalah kedudukan kosong lantaran segala sesuatu ditentukan oleh Kremlin, yang anehnya ada di Moskow -- yang memang ibu kota Rusia dan sekaligus Soviet. Oleh karena itulah dalam referendum lalu ia menanyakan kepada rakyat Moskow apakah mereka menginginkan pemilihan presiden secara langsung sehingga terpilih seorang presiden eksekutif. Menurut perhitungan, kalau sekarang ini di Republik Rusia diadakan pemilihan langsung untuk mengangkat presiden, tak kurang dari 80% akan lari ke Yeltsin. Tapi, itulah yang tampaknya ditakutkan oleh Gorbachev: pemilihan langsung akan memberi Yeltsin kekuasaan nyata yang lebih besar. Ia dianggap populis, demagog, intelektual kelas ringan. KGB pun tak henti-hentinya mengganggunya. Telepon dan surat-suratnya disadap. Kampanye KGB untuk mendiskreditkannya sebagian cukup berhasil, bahkan sampai di luar negeri. Pada waktu ia berkunjung ke Amerika, pemerintah Bush tak menganggapnya sebagai tamu penting, bahkan ia tak dianggap relevan mewakili Uni Soviet. Ia hanya dipandang sebagai orang aneh yang menentang program-program pembaruan Gorbachev. Namun, sikap politis agaknya memang bergerak seirama dengan perkembangan. Sikap Gedung Putih di Washington perlahan-lahan mulai berubah. Pers Amerika mulai menganggap Boris Yeltsin sebagai alternatif dari Gorbachev yang dianggap telah gagal dengan reformasinya dan telah kembali ke haribaan komunisme. Amerika, sebagaimana sejumlah orang yang mengagumi Yeltsin, kini menganggapnya sebagai lambang keberanian manusia menentang sistem yang begitu mapan. Ketika ia dengan beraninya mengkritik Partai, pada 1987, ia sebenarnya telah mempertaruhkan segala-galanya: kedudukannya, kariernya, dan malah jiwanya. Sebagian orang menganggap langkah itu sebagai "bunuh diri politik". Namun, Yeltsin selamat. Seandainya waktu itu yang berkuasa bukan Gorbachev, nasib Yeltsin tentu sudah habis. Stalin tentu tak akan membiarkan ia bernapas lebih lama. Bahkan, Khrushchev akan langsung memetieskan, dan boleh diharapkan namanya akan segera lenyap dari percaturan sosial dan politik Soviet. Yeltsin akan jadi warga negara biasa di antara berjuta rakyat. Namun, Gorby dengan glasnost dan perestroika-nya menjadikan Yeltsin pahlawan segala lapisan rakyat. Dan sungguh ironis, kepahlawanan Yeltsin muncul karena ia memusuhi Gorbachev. Memang, beberapa analisa melihatnya dari sisi lain. Yeltsin dan Gorby sebenarnya bukan saling memusuhi, tapi saling mendukung. Coba saja, seandainya tak ada Yeltsin, bagaimana Gorby melawan kelompok "konservatif"? Tidakkah ketegangan antara Yeltsin dan kelompok itu menyebabkan Gorbachev tetap bertahan? Memang, ada yang menilai, popularitas Yeltsin kemudian di kalangan orang banyak -- yang pada masa komunisme jaya disebut "massa rakyat" -- hampir menyamai Lenin di masa setelah Revolusi Oktober 1917 pecah. Itulah sebabnya ada yang menamakannya "Lenin baru", Lenin yang lebih demokrat, dan itu menjadi ancaman bagi Gorbachev. ADN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus