MASIH ingat Shintaro Ishihara? Ini bukan nama pemeran film samurai, tapi anggota parlemen Jepang mewakili Partai Demokratik Liberal, yang tahun lalu jadi pembicaraan karena bukunya Jepang yang Bisa Berkata Tidak. Kini, Tidak seri dua muncul. Dalam buku pertama -- yang ditulis bersama Akio Morita, bos perusahaan Sony -- ia memprovokasi orang Jepang agar berani berkata "tidak" pada Amerika, tapi buku Bagaimanapun Jepang Bisa Berkata Tidak -- demikian persisnya nama buku itu -- memberi banyak nasihat pada Amerika agar tak selalu kalah berdagang dengan orang Jepang. Ada 109 petunjuk bagi Amerika dalam buku ini. Antara lain: * Amerika mesti menginvestasikan sedikitnya 5% dari pendapatan nasionalnya untuk meningkatkan pendidikan, bila ingin ekonomi dan industrinya maju. * Amerika supaya menyelenggarakan tabungan lewat pos untuk mendidik agar rakyatnya hidup hemat. * Pemerintah AS agar secepatnya membuat program jangka pendek guna mengatasi defisit anggaran belanjanya. * Agar pangkalan AS di luar AS dikurangi. Yang tersebut terakhir memang ditujukan pada pangkalan AS di Jepang. Jepang, tulis Ishihara, 68 tahun, bukan negara bagian ke-51 dari Amerika Serikat. Maka, empat pangkalan militer di sekitar Tokyo -- yang harga tanahnya sangat tinggi, sampai ratusan juta rupiah per meter persegi -- harus segera dikembalikan pada Pemerintah Jepang, agar hubungan kedua negara bisa lebih baik. Melihat isinya, buku Ishihara kedua ini sebenarnya kurang cocok diberi judul Tidak. Mestinya judulnya, "Jepang yang bisa memaksa Amerika berkata ya." Buku pertama dalam beberapa minggu 80.000 eksemplar habis, sedangkan yang kedua lebih laris: sudah terjual 400.000 eksemplar. Dahulu, orang Amerika marah dan katanya, dengan bilang "tidak" tak menyelesaikan masalah. Kini, apa kata mereka? Mungkin begini: Hanya disuruh berkata "ya" apa salahnya, asal yen masuk kantung Amerika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini