Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang dingin belum usai

Wawancara tempo dengan eks menlu as alexander haig tentang keberadaan nato setelah perubahan yang terjadi di eropa timur dan uni soviet, tentang gorbachev, asia pasifik, dan perang dingin.

21 Juli 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NATO masih diperlukan nasib Gorbachev ditentukan tahun depan. Wawancara dengan Alexander Haig. IA bekas panglima NATO (1974-1979), juga bekas menteri luar negeri AS (1981-1982). Sebagai negarawan ia sering diundang berbagai universitas sebagai dosen tamu. Jenderal (purnawirawan) Alexander M. Haig, 76 tahun, tokoh itu, salah seorang dari Partai Republik yang lama berkecimpung di eselon atas pemerintahan AS. Pada 1984 ia terbitkan buku pertamanya, Caveat: Realism, Reagan and Foreign Policy. Dalam perubahan dunia kini, Haig, bapak tiga anak, termasuk orang Amerika yang hati-hati memandang perubahan di Eropa Timur, termasuk akibatnya: benarkah perang dingin sudah habis, pakta militer perlu diubah Gorbachev memang ingin damai, dan lain sebagainya. Berikut wawancara wartawan TEMPO Yudhi Soerjoatmodjo dengan Haig, yang pekan lalu diundang berbicara dalam Forum Indonesia -- sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Tentang NATO NATO masih dibutuhkan, bahkan lebih dari sebelumnya. Pertama, perubahan yang terjadi di Eropa Timur dan Uni Soviet, meski penting dan menggembirakan, menumbuhkan ketidakpastian baru. Dan secara mendasar, tidak ada perubahan pasukan di Eropa Timur atau Uni Soviet. Uni Soviet akan tetap mempunyai angkatan darat terbesar di Eropa, apakah ia berubah atau tidak. Mereka akan tetap menguasai persenjataan nuklir terbesar di Eropa. Mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan "pukulan pertama". Kalau kita melihat sejarah, selalu saja ada gelombang imperialisme Soviet -- apakah itu ketika di bawah para tsar ataupun Soviet. Ini merupakan peringatan di wajah Eropa yang sedang mengalami euphoria, kegembiraan besar. Revolusi yang terjadi di Eropa Timur berlandaskan segala yang negatif dan anti: anti-marxist, anti-Rusia, anti-kelompok minoritas, bahkan anti-Yahudi. Dengan begitu, pada saat ini, tidak dijamin bahwa demokrasi akan lahir dari perubahan-perubahan tersebut. Perkembangan di Eropa Timur semestinya sejajar dengan perkembangan Eropa Barat sesudah Perang Dunia II: harus ada kepentingan bersama. Dalam suasana seperti ini, NATO yang dihormati dan stabil sangatlah dibutuhkan kehadirannya. Peran NATO adalah menjaga keseimbangan dan stabilitas Eropa. Karena itu, anggapan bahwa NATO telah tak ada lagi kegunaannya dan tujuannya sangat berbahaya. Apalagi, perubahan kekuasaan di Uni Soviet -- yang dapat dilancarkan bukan saja oleh pihak konservatif, tapi juga oleh gerakan reaksioner -- kapan saja bisa terjadi. Tentang Gorbachev Gorbachev saya anggap sebagai svengali, seorang genius di bidang politik. Ia bukan saja mampu meraih kekuasaan tapi juga menjaga kekuasaan itu. Tapi kekuasaan seperti apa? Ia telah berhasil, dan terus berupaya melemahkan kekuatan Partai Komunis Uni Soviet. Amatlah sulit bagi seorang anggota Politbiro untuk menyikutnya dari kekuasaan. Ia memindahkan kekuasaan dari organ negara sehingga satu-satunya cara untuk mendepak Gorbachev, selain pembunuhan, adalah melalui pemberontakan parlemen. Namun, pada saat ia meningkatkan kekuasaan pribadinya di dalam struktur aparat, dan mempengaruhi aparat itu sendiri, pemerintah sedikit demi sedikit kehilangan kontrolnya terhadap republik-republik Soviet -- tuntutan separatisme dari rakyatnya datang bertubi-tubi. Kesimpulannya, Gorbachev menghadapi masalah yang sangat berat. Ditambah lagi, perestroika malah membuat parah -- dan bukannya memperbaiki -- ekonomi Uni Soviet. Menurut saya, tahun depan merupakan tahun yang menentukan bagi Gorbachev. Semua pengamat yang berakal sehat mengharapkan Gorbachev bisa terus bertahan dan berhasil, sepanjang ia terus pada kebijaksanaannya selama ini. Namun, sangatlah berbahaya membuat kebijaksanaan berdasarkan kemampuan satu orang untuk terus berkuasa. Sejarah membuktikannya. Selain itu, apa pun motivasi Gorbachev, pada akhirnya ia akan mewakili suara pihak mapan: partai dan status quo. Di pihak lain adalah orang-orang yang betul-betul menuntut perombakan, seperti yang dilakukan wali kota Moskow, Leningrad, dan Boris Yeltsin. Saya tidak percaya pada Gorbachev? Pertanyaannya bukan apakah saya percaya atau tidak padanya. Saya hanya menengok sejarah dan menyadari bahwa tujuan Gorbachev sama sekali bukan untuk membuat lemah Uni Soviet. Di Timur Jauh, Soviet menempatkan 30% dari strategic missilesnya, 390 ribu pasukan terbagi dalam 45 divisi, 100 kapal perang, 140 kapal selam, dan 2.400 pesawat tempur. Selain itu, senjata Soviet digunakan dalam pertempuran di Kamboja, Vietnam, Korea, dan oleh gerilyawan komunis di Filipina. Uni Soviet juga masih menguasai empat pulau di utara Jepang. Tentang Asia Pasifik Para pemimpin di Asia Pasifik tampaknya mempunyai kesadaran sejarah yang lebih tinggi daripada para pemimpin politik di Eropa, atau Amerika Serikat. Maksud saya dengan AS bukanlah Presiden Bush tapi Kongres, media cetak, dan masyarakat AS pada umumnya. Kawasan Asia Pasifik lebih skeptis mengenai perubahan yang terjadi di Uni Soviet. Saya rasa itu sikap yang sehat dan tepat. Tentang proteksionisme AS terhadap ekspor Asia? Ekonomi dan pasar AS terbesar di dunia, AS harus mewakili suara perdagangan bebas. Saya rasa dalam hal ini Presiden Bush dan saya mempunyai pandangan yang sama, seperti juga Ronald Reagan. Terkadang retorika itu tidak ditopang oleh kebijaksanaan yang tepat di masa pemerintahan Reagan. Soal proteksionisme, jawabannya ialah tidak ada hal yang sempurna. Begitu pula Indonesia juga bukan merupakan pasar yang terbuka dan bebas. Tentang perang dingin Perang dingin belum usai. Hanya bentuknya yang berubah. Merupakan suatu tindakan gegabah bagi dunia bebas untuk mengatakan bahwa persaingan antara Barat dan Timur telah tidak ada lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus