Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Yang hilang tak tentu rimba

Pencarian tentara AS yang hilang atau missing in action tersendat-sendat. AS menuduh Vietnam kurang serius cu dinh ba beralasan karena hambatan teknis. Tim dari AS sudah diizinkan meneliti di GIA LAM. (ln)

27 April 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MIA alias missing in action sampai kini tetap saja merupakan hambatan yang mengganjal dalam upaya normalisasi hubungan Vietnam-AS. Kegiatan mencari MIA, orang-orang Amerika yang hilang semasa Perang Vietnam, tiap kali mengalami pasang surut, sangat bergantung pada, misalnya, suasana perundingan. Sekalipun Cu Dinh Ba, kepala bagian urusan MIA pada Kementerian Luar Negeri Vietnam berkalikali menegaskan urusan MIA adalah urusan kemanusiaan dan bukan politis, paling tidak harus diakui bahwa kepentingan strategis kedua belah pihak tidaklah bisa ditepiskan begitu saja. Karena itu, proses penyelidikan MIA tersendat-sendat, apalagi hambatan teknis kadang kala sukar diatasi. Menjelang genap 10 tahun kejatuhan Saigon (sekarang: Kota Ho Chi Minh) ke tangan tentara Vietnam 30 April depan, pendekatan Hanoi-Washington, khususnya soal MIA, ditingkatkan kembali. Delegasi AS pimpinan Kolonel Joe Harvey pekan silam berunding selama dua hari dengan delegasi Vietnam yang dipimpin Cu Dinh Ba. Seperti yang dilaporkan Yuli Ismartono dari Hanoi, AS rada kecewa karena Vietnam "tidak serius" menangani kasus MIA. Sebaliknya, Dinh Ba menyesalkan Amerika yang "tidak mau mengerti bahwa masalahnya rumit sekali". Menurut Harvey, dari 600 lokasi yang diajukan pihak AS untuk diteliti, hanya 10% yang mendapat persetujuan Vietnam. "Tapi apa boleh buat, kita bergantung pada mereka," kata perwira yang mengaku tidak tahumenahu segi-segi politis masalah MIA. Di pihak lain, Menlu Nguyen Co Thach tidak melihat adanya peluang bagi orang Amerika untuk bebas meneliti berbagai lokasi. Diingatkannya, ia sendiri bila berkunjung ke negeri Paman Sam, geraknya terbatas cuma di New York. Ditegaskannya pula, luka-luka perang sama-sama dirasakan rakyat Vietnam dan Amerika, satu isyarat ke alamat Amerika agar tidak terlalu cerewet. Jumlah MIA tidaklah banyak. Menurut catatan Pentagon, 2.477 orang dengan perincian 1.291 sebagai orang-orang hilang ataupun tawanan perang, dan 1.186 dipastikan mati dalam pertempuran tapi jenazahnya belum ditemukan. Jika dirinci berdasarkan lokasi, ada 718 orang di Vietnam Utara, 1.102 di Vietnam Selatan, 569 di Laos, 82 di Kamboja, 6 di RRC - 42 di antara MIA itu orang sipil. Dalam keterangannya kepada P. Nasution, pembantu TEMPO di Washington, Mayor Schneider, petugas Pentagon, menyatakan, dalam perundingan MIA sejak 1982, Vietnam paling sedikit sudah dua kali "mogok" karena AS dinilai "bermusuhan". Tapi belakangan kontak AS-Vietnam yang menyangkut urusan MIA sudah ditingkatkan enam kali setahun. Selama itu ada beberapa kerangka ienazah yang dikembalikan, bahkan baru-baru ini Vietnam telah setuju menyerahkan enam jenazah lagi. Jumlah itu tidak ada artinya kalau dibandingkan onggokan 400 kerangka jenazah tentara AS yangditumpuk di dalam sebuah gudang di Hanoi. Washington percaya, onggokan itu benar ada karena dilaporkan oleh seorang pengungsi Vietnam yang tugasnya memang mengurusi tulang-tulang itu. Tapi untuk memperolehnya kembali, perlu kesabaran yang tinggi. Dalam kata lain, AS mesti menunggu, sebelum akhirnya tulang-tulang berserakan itu dapat diidentifikasikan pada sebuah laboratorium khusus di Hawaii. Menurut Schneider, sejak 1947, laboratorium itu sudah mengembangkan cara pengenalan tulang sedemikian rupa hingga jenazah yang kurang dari 1,6 kg masih bisa dilacak asal usulnya. Tapi kesempatan uji coba seperti itu entah kapan bisa dilaksanakan. Yang jelas, sementara ini AS boleh sedikit lega, karena tim ahlinya diizinkan mengadakan penelitian pendahuluan di Gia Lam, 40 km sebelah utara Hanoi. Di situ pernah jatuh sebuah pesawat B-52, dua awak lolos, empat lainnya tewas. Tapi Gia Lam hanya satu dari 600 lokasi, sementara Kolonel Harvey yakin sekali, "Vietnam belum membeberkan semua informasi yang ada pada mereka." Perwira AS ini kesal, apalagi kalau mengingat dari segi teknis pihak AS boleh dikatakan tidak mengalami kesulitan. Sebaliknya, Viemam dihadang setumpuk hambatan teknis. Dari segi peralatan mereka miskin, belum lagi "partisipasi rakyat" yang konon tidak selalu bisa diharapkan. Selain itu, seperti kata Dinh Ba, penemuan lokasi jatuhnya pesawat tidak mudah, penelitian sangat bergantung pada cuaca dan 1.001 hambatan teknis lainnya. Atau ada hal tak terduga. Pernah pada tahun 1982, sebuah tim menyelidiki sisa MIA di Provinsi Ki Anh menemukan lokasi kejadian sudah berubah jadi danau. Sekalipun begitu, AS tampaknya tidak patah semangat. Mengingat keprihatinan rakyatnya dan beban masa lampau itu akan "dipikul" juga biarpun berat dan meletihkan. I.S Laporan Yuli Ismartono (Hanoi) P. Nasution (Washington)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus