Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Yang hitam,yang putih,yang kelabu

Negara-negara arab sulit untuk bersatu. situasi & kondisi beberapa negara di timur tengah sehubungan dengan krisis irak-kuwait. antara lain, yordania, mesir, turki, libya, iran, arab saudi, dan yaman.

18 Agustus 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ARAB bersatu seolah cuma mitos. Bukankah Israel selama ini diuntungkan oleh sulitnya negeri-negeri Arab menyatukan pendapat? Dalam krisis Irak-Kuwait (Amerika) kini, hal itu sekali lagi terbukti. YORDANIA Inilah negeri kecil, lemah, dan letak geografisnya menyebabkan rawan caplokan. Yordania dikelilingi negara-negara besar yang dalam krisis bukannya tak mungkin, salah satu negara itu melindasnya. Di barat ia dijaga Israel, di utara berdiri Syria, sedangkan Irak dan Arab Saudi ada di utaranya. Maka, Raja Hussein tak mengeluarkan pernyatan apa pun ketika Irak masuk Kuwait. Ketika Kuwait digabungkan ke Irak, baru Raja Hussein menentang penyatuan itu. Tapi dalam sidang darurat KTT Liga Arab, yang memutuskan mengirimkan pasukan Arab untuk melindungi Saudi, Yordania setuju dengan syarat. Di dalam negeri sendiri kelompok fundamentalis jelas-jelas mendukung Irak. Sudah sekitar 40.000 orang Yordania mendaftarkan diri untuk berjuang di pihak Irak. Yordania dengan 3 juta penduduk, 89.000 tentara, 1.130 tank, dan 110 pesawat tempur, serta ekonominya tergantung Arab Saudi, memang mendapat tekanan dari Irak dan lawan Irak. MESIR Presiden Husni Mubarak adalah orang yang dipermalukan oleh gebrakan Saddam. Sembilan hari sebelum tank-tank Irak mendobrak perbatasan Kuwait, Saddam meyakinkannya bahwa kekerasan senjata tak akan dipilihnya dalam pertikaian dengan Kuwait. Tapi Saddam melanggar janji. Karena itu sikap Mesir cukup jelas. Mubaraklah yang berprakarsa menyelenggarakan sidang darurat Liga Arab. Sialnya, "Tak ada harapan untuk mendapat jalan keluar secara damai dalam pertentangan Irak-Kuwait," katanya, setelah KTT selesai. Di dunia Arab, Mesir dipandang negeri moderat. Negeri berpenduduk 54 juta itu memiliki 392.000 tentara, 2.425 tank, 520 pesawat tempur, dan 8 rudal. TURKI Dengan berakhirnya perang dingin, berakhir pula fungsi Turki sebagai "benteng terdepan" menentang komunisme. Dalam krisis kini, Turki yang berpenduduk lebih dari 54 juta dengan 760.300 tentara, 3.730 tank, dan 500 pesawat tempur itu punya potensi sebagai pengimbang Irak. Tindakan Turki menutup pipa yang mengalir ke Irak ini juga membuka jalan masuk ke Masyarakat Eropa (ME) -- hal yang bisa mendatangkan bantuan ekonomi dari Barat. Tapi sikap pro-boikot itu tetap diimbangi sikap hati-hati. Turki tetap tak mengizinkan instalasi-instalasi militernya digunakan untuk menggempur Irak walaupun ada sekitar 5 .000 tentara NATO di situ. Lain soalnya la Irak terlebih dahulu yang bertindak -- NATO akan mendapatkan pengesahan membela Turki. LIBYA Libya bisa menjadi "pengacau" dalam permainan kekuatan di Timur Tengah. Dengan penduduknya yang 4,3 juta, 71.500 tentara, 1.960 tank, dan 510 pesawat pemburu ia termasuk kekuatan yang perlu diperhitungkan. Apalagi Qadhafi, yang selalu berubah pendirian, sukar ditebak. Dalam sidang Liga Arab, Qadhafi tidak mendukung resolusi pengiriman tentara ke Arab Saudi. Ini mungkin karena hubungannya dengan Baghdad yang selalu baik lantaran keduanya adalah negara Arab radikal. Dan perkembangan di dalam negeri Libya sendiri mendukung Saddam. Sejak Saddam mengumandangkan jihad menentang Amerika, di negeri ini telah terjadi serentetan demonstrasi mendukung Saddam. Melihat itu, bisa dikatakan Libya akan pro-Irak. Persoalannya sekarang, apakah Qadhafi masih punya nyali menghadapi Amerika, karena pernah digenjot oleh pengebom F-111 Amerika. Juga, ketergantungannya kepada Uni Soviet dalam persenjataan merupakan sektor yang merugikan. Uni Soviet sendiri kini dalam kesulitan, dan sedang berbaikan dengan Barat. IRAN Mula-mula negeri para mullah ini ikut mengecam masuknya Irak ke Kuwait. Begitu tentara Amerika berdatangan ke Saudi, Iran menyerukan agar masalah di Timur Tengah diselesaikan Timur Tengah. Tapi setelah KTT Liga Arab memutuskan membantu Saudi dengan pasukan Arab, Iran tak menanggapi "masalah Arab diselesaikan Arab sendiri" -- mungkin karena telanjur ada Amerika? Yang diserukan Teheran, tak akan mengirimkan tentaranya (kini hampir 860.000 orang) ke mana pun. Sambil sekali lagi menyerukan penarikan pasukan dan seluruh kapal dan persenjataan Barat dari Timur Tengah. Iran, dengan penduduknya yang hampir 53 juta serta memiliki 500 tank, 520 pesawat tempur, dan 50 rudal, yang berhasil menahan ambisi Saddam untuk menjadi penguasa Teluk dalam Perang Iran-Irak delapan tahun, kini rupanya cukup hati-hati untuk melibatkan diri dalam konflik bersenjata dengan Barat. Suara kaum moderat, yang tampaknya di atas angin, menyerukan hubungan baik dengan Barat, karena ekonomi Iran butuh bantuan. SYRIA Syria sudah jelas berdiri di pihak lawan Irak. Negeri inilah yang dalam Perang Teluk memihak Iran. Dengan 17,6 juta penduduk, 478.000 tentara 4.050 tank, 510 pesawat tempur, dan 18 radar, kekuatannya harus diperhitungkan. ARAB SAUDI Dengan penduduknya 14 juta, 108.000 tentara, 550 tank, 180 pesawat tempur, dan 9 rudal, Arab Saudi bukan saingan Irak. Tapi, dengan minyaknya, ia kaya dan menjadi salah satu "cukong" Timur Tengah. Saudi pula yang menjadi kasir Irak -- di samping Kuwait -- ketika Saddam bertempur lawan Iran. Ia adalah sekutu Barat paling terpercaya di Timur Tengah, dan tak heran apabila Amerika membelanya mati-matian. YAMAN, OMAN, UNI EMIRAT ARAB Inilah negara-negara yang memainkan peranan yunior di kawasan itu. Tapi ketiganya punya kekayaan melimpah. Yaman yang terkuat, karena memiliki hampir 12 juta penduduk, 99.000 tentara, 1.140 tank, 230 pesawat tempur, dan 6 rudal. Negeri ini untuk tahun ini menjadi anggota tak tetap Dewan Keamanan PBB. Dalam KTT Liga Arab pekan lalu, bersama Aljazair, Yaman tak memberikan suara alias abstain. Pada urutan kedua adalah UEA dengan 1,5 juta penduduk, 43.000 tentara, 130 tank, dan 60 pesawat tempur. Kemudian Oman dengan 1,4 juta penduduk, 29.000 tentara, 39 tank, dan 62 pesawat tempur. A. Dahana, Indrayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus