Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

?Saya Tidak Tahu Jual-Beli Hukum?

18 Oktober 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ASEP Tarwan, bekas Kepala Cabang Pembantu Bank Rakyat Indonesia Surya Kencana, Bogor, menjadi penghuni bui sejak Juli 2004. Dia dikurung karena divonis bersalah dalam kasus pembobolan kredit bank senilai Rp 93,5 miliar. Vonis itu ditebusnya dengan 19,5 tahun tahun penjara dan mengembalikan uang negara sebesar Rp 40 miliar. Kasus ini juga ?melambungkan? nama PT Jamsostek. Karena Asep dituduh mencairkan kredit di luar wewenangnya dengan memakai jaminan deposito biro Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta (DPKP) dan Yayasan Kesejahteraan Karyawan (YKK) PT Jamsostek.

Asep naik banding ke Pengadilan Tinggi Jawa Barat. Dia memberhentikan Else Susan sebagai pengacaranya pada awal Oktober bulan ini dan menggantinya dengan Kuswara Taryana. Asep memecahkan ?rekor? dalam ?Kasus BRI Surya Kencana?: seorang kepala cabang pembantu bisa menyelonong masuk ke BUMN sekelas Jamsostek dan mendapat penempatan deposito senilai hampir Rp 100 miliar.

Rekor lain yang juga dipecahkan Asep adalah antara surat penawaran BRI yang dia ajukan dan proses pendepositoan hanya berjarak satu hari?sesuatu yang amat tidak lazim dalam praktek perbankan maupun keuangan perusahaan (corporate finance). Alhasil, banyak yang bertanya, apa rahasia kehebatan si Asep? Betulkan dia pemain tunggal? Atau dia hanya ?tumbal? seperti yang pernah diduga mantan pengacaranya, Else Susan?

Selasa pekan lalu, Asep bersedia diwawancarai wartawan Tempo Eduardus Karel Dewanto di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin. Wawancara dilakukan setelah tawar-menawar dengan Asep yang sedang terbaring sakit gula melalui Bogel alias Suprapto, asistennya di tahanan.

Berikut petikannya:

Awal Oktober lalu Anda memecat Else Susan, pengacara Anda. Apa ada yang menekan?

Karena dia gagal saja. Jadi, buat apa dipakai lagi. Makanya saya ganti.

Jadi, tidak ada yang menekan Anda?

Ditekan sih tidak. Tapi dulu waktu saya menjadi tahanan kota, ada beberapa kali telepon masuk. Orang itu mengingatkan saya untuk berhati-hati dalam kasus ini. Apa maksudnya, saya juga tidak tahu.

Siapa orang yang menelepon Anda?

Saya tidak tahu persis orangnya. Nomor teleponnya selalu berganti-ganti dan sampai sekarang tidak terlacak.

Pernahkah Anda merasa dikorbankan oleh pihak tertentu?

Dikorbankan... (terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara meninggi) saya tidak tahu. Saya ini sarjana hukum jual-beli, tapi saya tidak pernah belajar jual-beli hukum. Saya belajar hukum di Universitas Padjadjaran, tapi kenapa ketika saya menghadapi kasus jadi seperti ini? Saya tidak tahu jual-beli hukum.

Jual-beli hukum? Apa maksud Anda?

Saya tidak tahu.Sebenarnya kan ada masalah dengan empat langkah (empat termin pengucuran kredit dari BRI, Red.) itu ya. Tapi kok jadi begini. Semua bilyet yang ada di pihak Jamsostek, dalam hal ini (bilyet) Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta (DPKP) serta Pembinaan Usaha Kecil dan/atau Koperasi (PUKK) maupun Yayasan Kesejahteraan Karyawan (YKK) yang diproduksi Haris Setiawan itu palsu. Sedangkan yang senilai Rp 3 miliar itu asli karena tidak menjadi jaminan kredit oleh Jamsostek. Lihat saja di memori banding. Semua jawaban saya ada di situ.

Siapa yang membantu Anda mendapatkan penempatan dana Jamsostek?

Ferdinand Dumais, bankir yang dekat dengan YKK, dan Haris Setiawan, utusan Jamsostek baik untuk DPKP, PUKK, maupun YKK Jamsostek.

Anda tahu di mana mereka sekarang?

Tidak tahu (menghela napas panjang). Mereka kan juga kabur, belum tertangkap sampai sekarang (dalam penyidikan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, dua tersangka itu dinyatakan buron).

Anda pernah mengadakan pertemuan di Hotel Kemang, Jakarta Selatan?

Saya sering melakukan pertemuan sejak awal Mei 2003 di saat saya mencari sumber dana untuk ditempatkan di Kantor Cabang Pembantu Surya Kencana.

Benarkah surat-surat pengucuran kredit itu palsu?

Saya sudah kurang bisa mengingat banyak. kalau masih kurang jelas tanya saja sama pengacara saya. Saya juga lagi sakit.

Anda sering ke luar sel?

Sudah tiga minggu saya tak pernah lagi keluar sel lagi karena sakit. Kadar gula saya 263. Dulu, waktu masuk tahanan 343. Lumayan turunnya. Berat badan tadinya 71 kilogram. Sekarang sudah turun delapan kilogram. Mau menunya itu-itu saja. Ngemil enggak bisa karena enggak ada duit.

Kabarnya orang tua Anda tak boleh menjenguk?

Orang tua saya kan sudah tua. Kasihan, Pak, usianya sudah 72 tahun. Biar di rumah saja.

Apa kegiatan Anda di dalam sel?

Paling olahraga-olahraga kecil saja.

Apa yang Anda harapkan dari proses banding nanti?

Semoga putusannya bisa lebih ringan. Umur saya masih muda, 38 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus