Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SURAT Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departe-men Kesehatan, Farid W. Husain, ikut memicu kisruh infus. Surat berkop Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik itu jelas-jelas meminta rumah sakit memperhatikan infus yang hanya dipanaskan pada suhu 121 derajat selama 15 menit dengan metode overkill.
Farid memang tak menyebut merek, tapi siapa pun di pasar infus tahu persis bahwa yang disterilkan dengan metode overkill hanyalah produk Sanbe. Pabrik lain menggunakan metode bioburden. Namun, kepada Tempo yang menemuinya dua pekan lalu, Farid membantah jika dikatakan bahwa suratnya punya niat mematikan infus Otsuka.
Kenapa Anda menulis surat itu?
Untuk mengingatkan. Di koran ada ahli farmakologi yang bilang bahwa pemanasan infus paling steril memakai 121 derajat Celsius selama 15 menit. Saya tulis surat ke rumah sakit vertikal agar memperhatikan berita itu.
Masalahnya, metode pemanasan itu mengacu ke infus Sanbe Farma?
Saya tidak tahu. Saya cuma minta rumah sakit berhati-hati.
Farmakolog Iwan Darmansjah yang Anda kutip mengaku tidak pernah menyebut spesifik pemanasan 121 derajat?
Buktinya di koran bilang begitu. Berita di koran itu jangan dipercaya sebelum dibuktikan. Maka saya tulis surat agar rumah sakit membuktikannya. Apa tidak boleh memperingatkan? Harus. Itu pekerjaan saya. Karena infus masuk ke tubuh, kalau tidak steril, virus bisa ikut masuk.
Jadi, surat itu cuma mengingatkan?
Betul. Yang berhak melarang obat adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan, bukan saya. Kalau kemudian ada orang memakai surat saya untuk kepentingannya, itu hak dia. Saya tidak bisa mencegah.
Nah, itu dia masalahnya. Beberapa rumah sakit daerah mengaku menerima surat itu.
Saya cuma mengirim ke rumah sakit vertikal. Rumah sakit tipe A, bukan rumah sakit daerah. Cuma ada 28 rumah sakit besar yang pengawasannya langsung di bawah Departemen Kesehatan. Jika surat itu sampai ke rumah sakit daerah, saya tidak tahu bagaimana sampainya. Mungkin dimanfaatkan orang. Saya tidak suka orang memanfaatkan orang lain untuk mencari keuntungan.
Apakah tidak terpikir ketika membuat surat itu akan dimanfaatkan orang untuk keuntungannya?
Tidak. Saya cuma ingin mengingatkan karena ada berita itu. Sama saja dengan berita busung lapar. Saya kirim surat ke pemerintah daerah supaya mengeceknya.
Lazimkah surat edaran resmi pemerintah hanya berdasarkan berita koran?
Boleh saja. Saya banyak menulis surat berdasarkan berita koran.
Menteri Kesehatan yang disebut dalam tembusan mengaku tidak mendapatkan surat itu?
Mungkin beliau sibuk.
Anda tidak akan menarik kembali surat itu?
Buat apa? Surat saya tidak melarang infus tertentu. Cuma minta perhatian.
Baik Menteri Kesehatan maupun Badan POM menyatakan bioburden juga steril?
Tidak soal. Saya juga bisa menulis surat bahwa pemanasan di bawah 121 derajat bisa dipakai.
Menteri Kesehatan mengaku ditelepon beberapa rumah sakit yang bingung dengan surat Anda. Mereka merasa diarahkan memilih infus Sanbe?
Siapa yang suruh dia pakai Sanbe? Dokter itu bodoh menganalisis surat saya. Surat saya normatif. Saya orang kampus yang terbiasa mengecek berita. Tidak ada maksud apa-apa.
Masalahnya, sehari setelah surat Anda, Badan POM memperingat-kan Otsuka bahwa infusnya tidak steril. Alasannya menyesuaikan dengan Harmonisasi ASEAN?
Dari mana mereka tahu? Saya tidak tahu ada kesepakatan ASEAN.
Ketika dihentikan itulah, infus langka di pasar.
Saya baru tahu itu. Kelangkaan obat generik memang pernah terjadi. Sekali lagi, surat saya cuma mengimbau.
Apakah Jahja Santosa, pemilik Sanbe, pernah mendatangi Anda?
Sering. Semua orang datang. Sewaktu rumah sakitnya mau diresmikan, dia datang. Saya bilang, oke saya akan datang ke peresmian rumah sakit Anda, tapi ada dua syarat. Pertama, rumah sakitmu harus jadi tempat pembelajaran dokter. Kedua, ada tempat buat orang miskin. Deal, kami jabat tangan.
Dia bilang soal infus tidak steril atau semacamnya?
Pasti. Dia cerita mau buka pabrik. Semua orang diundang. Masak, orang datang tidak diterima. Setiap orang yang datang membawa rezeki.
Apa dia minta dukungan?
Tidak. Dia cuma bilang mau bikin infus dengan teknologi Prancis. Saya bilang bagus, teruskan saja. Tidak ada lain-lainnya. Yang meresmikan juga Menteri Kesehatan. Dia maunya Wakil Presiden Jusuf Kalla. Saya bilang susah. Jadwal Wakil Presiden itu ketat. Lagi pula itu terlalu kecil buat Wakil Presiden.
Berapa kali Anda berkunjung ke Sanbe?
Dua kali ke rumah sakitnya, sekali ke pabriknya. Cuma berkunjung, tak ada penjelasan teknis tentang pemanasan dan lain-lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo