Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di antara pemilik rumah penggilingan padi di Karangsinom, Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, namanya cukup sohor. Lelaki 42 tahun ini-kita samarkan saja namanya sebagai Daksa-termasuk sukses mengembangkan sayap bisnisnya. Padahal sebelumnya Daksa cuma seorang petani biasa. "Saya sudah punya empat rumah penggilingan padi," katanya saat ditemui Tempo dua pekan lalu.
Kehidupannya memang jauh membaik ketimbang ketika dia masih menjadi petani. Setiap hari, empat rumah penggilingannya mampu menghasilkan 40 ton. Keuntungan kian berlipat lantaran dia ikut praktek pemolesan beras turun mutu (tumu) agar kualitas berasnya naik "kasta". Daksa menyiram beras dengan larutan klorin yang biasa dipakai untuk memutihkan pakaian ke beras yang tengah di-slep.
Praktek ini sudah jamak dilakukan di Karangsinom dan di sejumlah sentra beras di Indramayu, Bekasi, dan Karawang. Menurut Daksa, praktek pemutihan beras itu mulai marak sejak krisis ekonomi pada 1997. Namun sejumlah sumber Tempo mengungkapkan bahwa praktek lancung itu sudah dilakukan sejak 1980-an.
Sejak kapan terjun dalam bisnis penggilingan padi?
Sejak 1992. Sebelumnya saya petani.
Bagaimana ceritanya?
Awalnya hasil sawah saya tidak dapat menopang kebutuhan hidup keluarga. Tanaman padi kan tergantung pada banyak hal, terutama musim. Jika musim hujan lebih panjang atau terlambat, hasil sawah rusak. Belum lagi harga pupuk yang tinggi. Daripada terus merugi, sebagian sawah saya jual untuk modal usaha penggilingan padi.
Tetapi bukankah bisnis ini juga bergantung pada hasil sawah?
Betul. Kalau hasil sawah buruk, banyak usaha penggilingan bangkrut. Tapi itu bisa diakali dengan mencari gabah dari luar Indramayu.
Ke mana Anda mencarinya?
Sumatera, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Beberapa pekan lalu saya beli gabah dari Sragen (Jawa Tengah). Tetapi, karena sedang musim sulit, gabah itu kualitasnya jelek. Basah dan kusam.
Lalu bagaimana gabah semacam itu bisa dijual?
Dengan memolesnya. Setelah gabah dijemur, dimasukkan ke dalam mesin pengering. Setelah kering dimasukkan ke mesin slep-mesin yang membersihkan bulir padi dari kulitnya. Nah, jika beras itu berasal dari gabah bermutu rendah, proses ini dilakukan dua kali. Dalam proses yang kedua biasanya disemprotkan obat pemutih agar dihasilkan beras yang putih bersih.
Obat pemutih?
Ya, biasanya dipakai klorin untuk memoles beras agar jadi putih. Hampir semua rumah penggilingan di Indramayu menggunakan cara itu untuk memoles beras kusam. Tapi, jika kondisi beras bagus, terutama pada masa panen raya, penggunaan obat pemutih menjadi jarang.
Anda sering melakukan proses pemutihan?
Di luar musim panen, obat pemutih selalu saya gunakan.
Ke mana beras itu dijual?
Biasanya saya kirim ke Pasar Induk Cipinang atau ke sejumlah toko dan pasar tradisional di sekitar Jakarta.
Berapa banyak sekali kirim?
Saya punya empat rumah penggilingan yang masing-masing menghasilkan 10 ton beras setiap harinya. Jadi, semuanya kira-kira 40 ton. Pengiriman ke pedagang atau pasar induk di Jakarta biasanya pada Senin hingga Jumat.
Berapa ongkosnya?
Biasanya untuk satu kuintal beras mereka bayar Rp 60 ribu.
Banyak pedagang beras yang meminta berasnya dipoles?
Banyak. Biasanya mereka datang dari Jakarta dan langsung membawa berasnya. Paling sedikit mereka membawa 10 ton. Saya pernah menerima order pemolesan sampai 50 ton. Mereka bilang beras itu sisa stok dari departemen. Karena kelamaan, jadi kusam dan bau apak.
Departemen mana?
Mereka tidak bilang.
Kalau Bulog?
Ada juga teman saya yang mendapat kiriman beras timbunan dari Bulog untuk dipoles. Tapi, setahu saya, rekanan Bulog banyak tersebar di Karawang. Kalau di Indramayu dan Subang jarang.
Bisnis semacam ini selalu untung?
Betul, kalau bisnis pemolesan beras memang selalu untung. Sebab biasanya kita cari beras jelek dengan harga rendah lalu dipoles agar dapat dijual mahal. Jadi dari segi bisnis menguntungkan.
Dari tahun berapa kegiatan memoles beras marak di Indramayu?
Setahu saya sejak 2000-an. Mungkin ini dampak krisis moneter 1998. Waktu itu banyak konsumen yang mencari beras bagus dengan harga terjangkau. Maka yang terjadi beras bermutu rendah dipoles agar naik kelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo