Waktu masih kecil, ia biasa dipanggil Bendol. Soeparto Tjirtodihardjo, kakak sulungnya, mengenangnya sebagai anak yang "keras kepala dan tak mau mengalah". Bagi keluarganya, Bendol juga kerap membawa kejutan. Pada 1965, misalnya, ketika berumur 21 tahun, ia menghilang dan membuat cemas seisi rumah. Dua bulan kemudian, ia pulang membawa undangan pelantikan prajurit taruna di Akademi Militer Nasional, Magelang.
Sebagai tentara, ia pernah menjadi Komandan Komando Resort Militer di Bogor, dan pada 1994 memperoleh predikat terbaik se-Indonesia untuk posisinya itu. Setelah itu, ia naik menjadi Wakil Komandan Jenderal Kopassus—korps pasukan elite Indonesia. Ia sempat kecewa karena gagal dipromosikan menjadi orang nomor satu di situ. Tapi dia beroleh posisi bagus ketika menjadi Panglima Komando Daerah Militer paling prestisius, yakni di Jakarta.
Sebagai panglima, pada 1997, ia terlibat dalam operasi militer tragedi 27 Juli, yang hingga kini para korbannya masih menuntut tanggung jawabnya. Tapi, setahun kemudian, seperti memperoleh hadiah untuk perannya menindas "pemberontakan" PDI Perjuangan itu, Sutiyoso justru terpilih menjadi Gubernur Jakarta.
Sutiyoso bertahan, meski Jenderal Besar Soeharto telah turun pada 1998. Tapi ironi terbesar justru terjadi sekarang-sekarang ini. Ia berpeluang kuat terpilih kembali untuk masa jabatan kedua berkat dukungan siapa lagi kalau bukan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz. Dia memang tak mudah menyerah, dan dia punya reputasi membalikkan ramalan banyak orang.
Di ruang kerjanya pekan lalu, Sutiyoso menerima Adi Prasetya dan Iwan Setiawan dari TEMPO serta Dimas Adityo dari Tempo News Room untuk wawancara. Berikut petikannya.
--------------------------------------------------------------------------------
Apa yang membuat Anda yakin maju lagi menjadi gubernur?
Karena Ibu Megawati dan Pak Hamzah Haz, dalam kapasitas mereka sebagai ketua partai, yang meminta. Tidak ada yang aneh. Artinya, mereka lebih percaya saya daripada kader partainya. Sah saja kan kalau mereka punya keyakinan pada saya?
Anda dekat dengan Megawati dan Hamzah Haz?
Saya berhubungan dengan mereka karena sering bertemu dalam acara protokoler Presiden dan Wakil Presiden. Tidak ada lobi apa pun.
Bagaimana dengan Taufiq Kiemas?
Orang bilang, saya memberi uang Rp 165 miliar kepada Taufiq untuk memperoleh dukungan Ibu Mega. Itu semua isu yang disebarkan lawan politik saya. Ada persaingan tak sehat di sini. Indonesia kan negara hukum. Silakan saja buktikan.
Ini menarik. Bukankah Anda berhadapan dengan PDIP dalam kasus 27 Juli?
Dalam kasus 27 Juli, bukan Sutiyoso (yang berhadapan), melainkan institusi TNI. Kebetulan saya menjadi Pangdam waktu itu. Tapi, ini masalah institusi dan sudah diselesaikan. Soal ini hanya diungkit kembali untuk merontokkan saya.
Apakah benar Anda bersedia membayar setengah miliar rupiah supaya anggota DPRD memilih Anda?
Mendingan uang itu saya pakai pensiun, jalan-jalan ke luar negeri bersama anak-anak. Lebih nikmat daripada saya harus menyuap seperti itu. Memimpin Jakarta itu tidak mudah dan capek. Saya memang mencalonkan, tapi kalau kalah pun akan saya syukuri.
Di bawah kepemimpinan Anda, Jakarta banyak masalah.
Wajar saja. Jakarta kan memang banyak masalah. Lagi pula, kalau orang sudah tidak suka, apa pun pasti salah. Saya kentut pun mungkin bisa masuk penjara.
Misalnya, kolusi seperti dalam pembangunan di Kelapa Gading.
Pemerintah daerah mau membangun gedung olahraga, tapi tak punya duit. Kita harus bekerja sama dengan pihak lain. Dan datanglah (kelompok bisnis) Mahaka. Perusahaan itu dipimpin orang muda yang mau mengorbankan duitnya untuk membangun sarana olahraga dan merawatnya. Supaya imbang, kami bolehkan ia mendirikan toko—bukan mal—sebagai sumber pendanaan sarana olahraga itu. Kerja sama ini diikat dalam perjanjian BTO (build, transfer, operate ). Dalam kurun tertentu, sarana itu akan langsung menjadi milik pemerintah daerah.
Kini DPRD justru mempertanyakan hilangnya aset yang pernah dimiliki.
Harus saya cek. Saya tidak hafal angka-angka.
Sementara itu, Anda terkesan membiarkan korupsi merajalela dalam pemerintahan.
Itu enggak benar. Saya membasmi korupsi dan kolusi dari awal. Tapi ini tidak mudah. Memangnya memberantas korupsi semudah membalikkan tangan? Tuduhan korupsi harus dibuktikan dan diperiksa, karena kadang banyak laporan hanya didasarkan pada fitnah atau persaingan pribadi. Kita tidak mau menghukum orang yang tak bersalah.
Tidakkah Rp 14 miliar terlalu mahal untuk renovasi air mancur Bundaran Hotel Indonesia, misalnya?
Silakan saja teliti. Saya enggak makan satu sen pun dari situ.
Bagaimana hubungan dekat Anda dengan raja judi Tommy Winata?
Saya tinggal di Jakarta sudah 20 tahun. Saya banyak kenal orang dan saya dekat dengan semuanya, enggak cuma Tommy. Dan Tommy, siapa enggak kenal dia?
Ada kabar, Tommy suka memberi upeti hasil judi ke Anda.
Ah, itu kan…. Siapa yang ngomong?! Silakan buktikan jika itu benar. Jangan cuma ngomong.
Anda belum mengembalikan formulir laporan kekayaan pejabat?
Sudah saya selesaikan. Maaf, ya, sebelum jadi gubernur, saya sudah kaya, karena pernah jadi Panglima Kodam, Komandan Korem, dan Kepala Staf Kodam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini