PRAKTEK-PRAKTEK kotor beberapa perusahaan raksasa, di AS kini
dibongkar terus. Permainan "T.S.T." (Tahu Sama-Tahu) ternyata
banyak dilakukan antara perusahaan itu dengan para pemimpin di
pelbagai negeri -- guna memperoleh keuntungan yang tebal.
Mula-mula Maret 1972: kolumnis terkemuka Jack Anderson
membongkar adanya campur-tangan pemerintah AS dan perusahaan ITT
dalam pemilu di Chili, Amerika Selatan. Sejak itu, pembongkaran
"permainan" perusahaan multinasional terus berlangsung. United
Brands mengaku telah membayar suap AS $ 1.250 000 kepada seorang
pejabat tinggi Honduras, dalam usaha mendapatkan potongan pajak
ekspor pisang. Kepala Golf Oil, Bob Dorsey, mengakui bahwa
perusahaannya sudah melakukan pembayaran rahasia hampir $ 5 Juta
untuk tujuan-tujuan politik -- termasuk $ 50.000 buat propaganda
Arab di AS. Setelah dihadapkan pada bukti bahwa kira-kira $ 12
juta telah dipakai Gulf Oil untuk pembayaran rahasia kepada para
pemimpir di AS dan di negeri lain, dewan direkturnya memecat
tiga orang pimpinan tertinggi dalam perusahaan.
Kini berita skandal lain menyusul pula. Berkat penyelidikan yang
dilakukan Senat AS, perusahaan kapal terbang Lockheed diketahui
telah menyuap banyak tokoh di Eropa dan Asia, dengan harapan
produksi mereka dibeli oleh negeri-negeri itu. Di bawah ini
adalah beberapa (tidak semuanya) kisah penyogokan yang
disebut-sebut Senat,yang punya gema di mana-mana:
Belanda:
"Kalau semua itu kemudian ternyata benar, maka kita pun bisa
mengucapkan selamat tinggal kepada sistim monarsi" Begitu
seorang wanita pengacara Belanda memberi reaksi terhadap berita
keterlibatan Pangeran Bernhard, suami Ratu Belanda Yuliana,
dalam skandal penyogokan pabrik kapal terbang Amerika, Lockheed.
Pangeran berdarah Jerman itu sendiri dikabarkan tenang saja
meskipun secara resmi pemerintah Belanda telah menyebut namanya
sebagai 'pejabat tinggi Belanda yang disebut-sebut menerima uang
dari Lockheed". Dalam pidato televisinya hari Minggu dua pekan
silam, Perdana Menteri Belanda, Joop den Uyl, secara terbuka
berkata: "Dari pembicaraan saya dengan pangeran Bernhard, serta
kesaksian A.C. Kotchian di Washington, pemerintah telah menarik
kesimpulan bahwa pejabat Belanda yang dimaksud itu adalah
Bernhard".
Bahkan sebelum kabinet memutuskan untuk membentuk komite
penyelidik Bernhard, yang juga Inspektur Jenderai Angkatan
Perang Belanda, mendesak agar terhadap tuduhan yang diarahkan
pada dirinya supaya segera dilakukan pemeriksaan. Ketika panitia
tiga orang pemeriksa itu dibentuk pekan silam, dari Swiss
tersiar keterangan Hubert Weisbrod, pengacara Lockheed yang
melakukan pembayaran uang pelancar dari tahun 1958 hingga 1962.
Tidak membantah berita penyogokan 1,1 juta dollar kepada
pembesar Belanda, Weisbrod juga berkata: "Saya yakin bahwa uang
itu tidak masuk dalam saku sang pangeran".
Lalu ke saku siapa? Pertanyaan ini sukar dijawab. Dan Bernhard
juga dalam posisi sulit. Sebagai seorang pilot mahir dan
keluarga istana, sejak lama pangeran ini menduduki posisi
penting dalam pabrik kapal terbang Fokker -- yang merakit Star
Fighter F-104 buatan Lockheed -- dan perusahaan penerbangan KLM
Dalam posisi itulah konon sang pangeran mendapatkan sejumlah
uang dari Lockheed, agar Belanda memilih kapal terbang buatan
Amerika itu dan menyisih kan pesawat buatan pabrik lain.
Ketika mengumumkan rencana pembentukan panitia penyelidik itu,
Joop den Uyl secara hati-hati juga berkata: "Ini tidak lalu
berarti bahwa Pangeran Bernhard bersalah". Keterangan ini
nampaknya perlu dikeluarkan sang perdana enteri, untuk
mengakomodir perasaan banyak orang di negeri Belanda yang
mengalami kejutan berita buruk terhadap keluarga istana. Secara
amat di luar kebiasaan, orang-orang Belanda yang biasanya suka
ribut terhadap soal-soal yang dianggapnya aib, kali ini lebih
banyak macam orang bingung.
Iltu semua tentulah harus dihubungkan dengan keharuman nama
Bernhard di mata rakyatnya. Pangeran yang masih memegang
kewarganegaraan Jerman sebelum menikah dengan Yuliana di tahun
1937 itu, mula-mula merebut hati rakyatnya ketika sebagai pilot
pada Perang Dunia ke-II, ia ikut bertempur melawan Jerman Nazi.
Dan kedudukannya di Fokker dan KLM tidak pula dengan mudah
dipisahkan dengan masa lalunya. Menurut catatan, Bernhard pernah
mewakili perusahaan Jerman I.G. Faber di Paris, ketika ia masih
bujangan. Hingga sekarang, pangeran ini konon masih mempunyai
hubungan dengan banyak perusahaan dan bersahabat dengan hampir
semua orang kaya dan politikus terkemuka di dunia.
Sampai awal pekan ini, hasil pemeriksaan komisi 3 orang di Den
Haag itu belum juga ketahuan. Suasana cukup tegang meliputi
negeri Belanda, bukan saja karena simpati banyak orang terhadap
Bernhard, tapi juga terhadap hari depan tahta dan Yuliana
sendiri. Para pengamat politik di Holland meramalkan bahwa
minimal Yuliana akan mengundurkan diri -- digantikan oleh
anaknya, Beatrix, 38 tahun -- jika memang Bernhard terbukti
bersalah. Maksimal: rongrongan makin seru terhadap sistim
monarki di negeri itu.
Italia:
Di Roma, Menteri Dalam Negeri Italia, Luigi Gui, pekan silam
memberi perintah kepada jaksa untuk menyelidiki berita
penyogokan Lockheed tersebut. Di Italia, orang yang
didesas-desuskan sebagai menerima sogok adalah Luigi sendiri.
Karena itu ia amat marah. Awal pekan silam, pembesar Italia ini
muncul di depan pers dengan pernyataan: "Saya telah menerima
laporan dari suatu komisi Kongres Amerika yang menyelidiki
penyuapan Lockheed di luar negeri. Di sana tidak ada petunjuk
yang melibatkan saya".
Seperti di Holland, juga di Italia belum ketahuan hasil
pemeriksaan heboh penyogokan tersebut. Koran-koran Italia
baru-baru ini menuduh seorang "menteri pertahanan dan seorang
bekas menteri lainnya" telah menerima 1,5 juta dollar dari
Lockheed di tahun 1970 dan 1971. Uang itu konon untuk
melancarkan penjualan 14 buah pesawat Hercules TC 130 yang
dibutuhkan oleh Angkatan Udara Italia. Salah satu dari tokoh
yang disebut-sebut koran Italia itu adalah Luigi Gui itulah.
Jerman Barat:
Laporan Angkatan Udara Jerman Barat menyebut bergugurannya
pesawat-pesawat Star Fighter yang dirakit oleh Fokker Negeri
Belanda. "Daam waktu 15 tahun kami melihat 178 pesawat jenis
itu jatuh dengan 85 pilot sebagai korbannya". Karena banyak
korban itulah maka konon di kalangan Angkatan Udara Republik
Federasi Jerman, Star Fihter itu dikenal pula sebagai "Pembuat
Janda".
Ternyata bukan saja menciptakan banyak janda, pesawat tempur
buatan Lockheed ini juga menjadi penyebab ketegangan dalam tubuh
NATO, terutama antara Perancis dengan Jerman. Ini adalah akibat
dari urusan dagang juga. Perancis yang membuat pesawat tempur
Mirage sebenarnya ingin melihat NATO tidak usah tergantung pada
senjata buatan Amerika Serikat. Begitu bernafsunya orang-orang
Perancis ini hingga mereka pun berniat melakukan penyogokan.
Barangkali saja uang sogoknya kurang dari yang ditawarkan oleh
Lockheed. Buktinya: Mirage kalah bersaing dengan Star Fighter
yang suka bikin janda itu. Dan akibat makin banyaknya janda
Jerman, Laksamana Udara Werner Panitzki dipecat dari jabatan
Inspektur Jenderal Angkatan Udara Jerman. Di awal tahun tujuh
puluhan, pemerintah Bonn bahkan menghentikan penggunaan pesawat
yang gemar jatuh itu.
Hongkong:
Pernah lihat iklan Cathay Pacific Airways (CPA) yang
memperagakan scorang pilot yang memuji-muji pesawa TriStar
Lockheed? Pilot itu berpangkat kapten bernama E.B. Smith. Nah,
orang yang berkebangsaan Inggeris itu juga terlibat skandal
penyuapan. Sekarang Smith dikabarkan sudah berada di Eropa
setelah mengundurkan dari jabatan Direktur perasi Penerbangan
CPA Senin pekan silam. Presiden Lockheed, A.C Kotchian, menyebut
jumlah 80 ribu dollar yang telah ia serahkan kepada "seorang
pejabat penting di CPA". Penyelidikan yang saksamalah yang
kemudian menemukan Smith sebagai terlibat dalam pembelian
pesawat TriStar buatan Lockheed. Begitu jelas duduk soalnya,
Smith mengundurkan diri dan langsung terbang meninggalkan
Hongkong ke Eropa. Dan uang yang diterima oleh Smith, dalam
waktu dekat akan dibayarkan kembali oleh CPA kepada Lockheed.
Belom ada penjelasan mengenai akan dituntut tidaknya Smith
itu.
Jepang:
Nama bekas Perdana Menteri Kakuci Tanaka tiba-tiba muncul
kembali di koran-koran Jepang pekan silam. Dalam suatu
konperensi pers, Wakil Direktur Jenderal Pertahanan Jepang, Kubo
Takuya, mengungkapkan keputusan Tanaka di tahun 1972 untuk
membeli pesawat anti kapal selam bagi pasukan Bela Diri Jepang.
Pihak Pasukan Bela Diri Jepang pada mulanya berhasrat membeli
pesawat-pesawat buatan dalam negeri, tapi Tanaka menginginkan
buatan luar negeri. Sebulan kemudian, Nopember 1972, Lockheed
memenangkan tender penjualan pesawat ke Jepang, setelah
mengalahkan penawaran yang dimajukan oleh McDonnell Douglas Air
Craft yang juga milik Amerika.
Soal heboh sogokan Lockheed di Jepang ini sebenarnya tidak
bermula pada keputusan Kakuei Tanaka. Nopember 1959, pemerintah
Jepang akhirnya memutuskan untuk membeli sejumlah Star Fighter
F-104 setelah sebelumnya diketahui luas bahwa pesawat F-11 -F
keluaran Grumman yang dipilih. Kemudian terbukti bahwa di balik
terpilihnya pesawat buatan Lockheed itu, berputar uang sebesar 7
juta dollar. Uang sogokan itu konon dibayarkan lewat Kodama --
seorang Godfather golongan kanan Jepang. Kabarnya Kodama ini
juga yang bermain ketika di tahun 1970 All Nippon Air Lines
membeli pesawat TriStar.
Pihak oposisi Jepang amat sibuk dengan soal skandal ini. Hasrat
mereka untuk menjatuhkan kabinet Takeo Miki mendapatkan jalan
terbuka. Dengan mendesak agar sejumlah tokoh LDP Partai yang
berkuasa -- dimintai kesaksian di depan sidang parlemen,
golongan Oposisi yang dimotori oleh Partai Sosialis Jepang
menghendaki ditelanjanginya permainan pihak pemerintah. Kodama
yang sejak lama dianggap orang yang amat berpengaruh terhadap
pemimpin LP, adalah musuh utama pihak oposisi. Tapi karena
orang itu tidak terlibat di permukaan politik, sulit juga
menjebaknya.
Sebelum selnuanya menjadi terlambat, Takeo Miki buru-buru
membentuk panitia penyelidik. Pekan silam, LDP mengirimkan
Bunsei Sato dan Eichi Naguse ke Amerika Serikat. Kotchian
kabarnya tidak bersedia memberikan nama-nama pasti yang
terlibat penyogokan itu di Jepang. "Ini atas permintan Deparlu
Amerika yang disetujui oleh komite penyelidik Senat", kata
Presiden Lockheed itu. Terhadap tekanan kepada Miki untuk
mengambil tindakan dana ribut Lockheed ini, di Tokyo pekan silam
Miyazawa, Menlu Jepang, berkata: "Pemerintah sekarang ini
hendaknya jangan mengambil tindakan khusus sehubungan dengan
ribut penyuapan itu" Alasannya? "Suara yang terdengar itu masih
bukan suara resmi pemerintah Amerika Serikat".
AS & Di Mana-Mana:
Siapa bilang pemerintah Amerika tinggal diam? Lewat juru
bicaranya Ron Nessen, Presiden Ford pekan silam muncul di
halaman-halaman surat kabar dengan kemarahan terhadap perusahaan
Amerika yang menyogok di luar negeri. "Ford mengutuk dengan
kata-kata tajam tindakan semacam itu", kata Nessen. Bukan cuma
mengutuk. Ford juga berjanji untuk menghapus nama-nama
perusahaan yang main kotor itu dari daftar perusahaan yang jadi
leveransir pemerintah Amerika Serikat.
Sementara kemarahan Ford itu masih belum mendapatkan wujud
kongkrit heboh terus saja melanda Jepang, Hongkong, Jerman,
Belanda, Italia, Turki. Swedia dan Meksiko. Bagaimana di
Indonesia? Indonesia memang pernah membeli pesawat-pesawat
Lockheed sejak zaman Sukarno. Tapi pemerintah kini rupanya tak
menganggap perlu ada penyelidikan perkara itu. Tak perlu
ribut-ribut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini