SEPERTI biasa pemuda bujangan Leindhard Odek menghibur diri
di panti pijat dan mandi uap. Jatuh pilihannya ke Angel di
lantai II Pasar Baru, Jakarta. Sama sekali tak dia sangka bahwa
niatnya bermandi uap akan berakhir dengan bermandi darah. Kurang
dari dua jam menjelang hari terakhir bulan yang lalu, Leindhard
ternyata telah didatangi 4 pemuda tanggung. Mereka nampaknya
sudah beberapa waktu mencarinya. "Mana Leindhard, mana
Leindhard", itulah antara lain yang meluncur dari mulut
pemuda-pemuda itu sebelum memukul dan menusuk Leindhard dan dua
temannya. Kekerasan itu berjalan beruntun dan cepat sekali.
Banyaknya tusukan di tubuh Leindhard membuat ia tidak bisa
bernafas lagi setelah ambruk ke lantai. Dua kawan yang
menemaninya ikut terkena tusukan dan pukulan lit tapi jiwa
mereka masih tertolong.
Dalam keributan maut itu terlibat 8 pemuda tanggung dari Pelbak
Kebayoran. Mereka mengaku anggota "gang" yang sebenarnya sudah
dibubarkan, "Bagados" alias Bagadang Anti Dosa. Dari mereka,
empat orang saja yang naik ke lantai 2, antara lain Boy dan lit
alias Ritman. Lalu empat lainnya menunggu di bawah. Secepat
kilat anak-anak berandalan itu meninggalkan korbannya. Tujuh
orang naik sedan President Taxi nomor 728, dan yang satu lagi
naik sepeda motor. Rombongan bertujuh itu bukannya kembali ke
rumah masing-masing di Kebayoran tetapi mampir di panti pijat
Forty One di Jatibaru. Yongki -- yang bersepeda motor juga
mampir ke tempat hiburan di Jatibaru itu. Mereka bertemu lagi.
Dengan kelihayannya Boy dan lit berhasil meminjam motor Yongki.
Keduanya berboncengan menuju Kebayoran. Tapi Yongki pun tidak
sabar lagi lalu bergegas pulang. Ia naik taksi dan setelah
sampai di Kebayoran ia bukannya membayar ongkos taksi tapi
menyuruh sopirnya pergi begitu saja.
Sekitar 100 Orang
Lalu apa tindakan polisi? Dengan cekatan polisi bergerak menuju
ke tempat kejadian mengumpulkan bahan-bahan. Tidaklah heran bila
polisi segera menyingsingkan lengan baju, sebab yang tewas malam
itu kebetulan adalah anak seorang letnan kolonel di Komdak.
Dari' Kadapol sampai ke polisi pakaian preman, semuanya sibuk
malam itu. Yang dituding mula-mula adalah daerah Jalan
Siliwangi, kompleks yang banyak punya anak muda yang beken bikin
ribut. Mengapa Siliwangi? Sebab dari beberapa perusuh di Angel
itu ada yang berteriak "Kenal nggak nih pemuda Siliwangi", lalu
kabur. Tengah malam itu juga anak-anak Siliwangi dibangunkan.
Ternyata semua jagoannya tidur di rumah masing-masing.
Disebut-sebutnya Siliwangi, menyebabkan timbulnya kemarahan
anak-anak muda itu. Sekitar 100 orang segera menuju tempat
terjadinya keributan. Biarpun masih ada kemarahan pada diri
mereka, namun ada pula kesanggupan untuk membantu polisi. Sebab
pemuda yang tewas itu kenalan anak Siliwangi, meskipun bukan
anggota.
Polisi mengalihkan perhatian pada sasaran lain. Masih ada
petunjuk lagi. Salah seorang perusuh kabarnya berteriak: "Kenal
nggak nih pemuda Pelbak kebayoran", sambil melompat ke taksi.
Polisi-polisi berpakaian preman yang hiasa begadang itu cepat
tahu lokasi anak-anak muda Pelbak berkumpul. Perhatian
diarahkan kepada sebuah warung nasi. Di situ ada Nono, pemuda
yang biasa kumpul-kumpul dengan kawannya di sana. Ia tidur di
warung itu pada malam itu. Tatkala polisi datang, Nono kedapatan
menyimpan pistol angin, pisau berlumuran darah dan sepeda motor
yang beberapa saat sebelumnya mondar-mandir dari Kebayoran terus
ke Pasar Baru kemudian Forty One. Apa peranan Nono? Ia tetap
tinggal di warung sejak sore, tapi kemudian kedatangan Boy dan
lit. Keduanya menitipkan sepeda motor, pistol dan pisau. Setelah
kedua temannya itu pergi, Nono melihat-lihat pisau tersebut.
Kaget juga melihat senjata tajam itu berlumur darah. Namun ia
cenderung untuk menanyakan hal itu esok harinya saja. Sebab toh
yang menitipkan kawannya sendiri. Pun malam itu Nono tidak lapor
kepada polisi tapi tidur lagi sampai saat didatangi polisi.
E, Jangan Pergi
Apa cerita Boy dan lit? Keduanya memberitahu keluarga Yongki
bahwa sepeda notornya dipinjam dan dititipkan kepada Nono di
warung. Pemberitahuan ini sampai ke telinga Yongki setelah
pulang. Ia langsung menuju tempat Nono tidur, tapi di sana telah
siap polisi yang segera menangkapnya. Sedangkan lit berpesan
kepada adiknya Agustian, untuk mengambil pakaian yang
dititipkan di rumah Yongki. Tapi rupanya Agustian salah
dengar. Ia menuju ke tempat Nono. Keruan saja polisi
menangkapnya. Agustian mengatakan disuruh kakaknya sedangkan
polisi membutuhkan kakaknya. Sayang lit lebih dulu kabur. Dan
karena Agustian, yang pelajar SMP itu, memang hanya suruhan
kakaknya untuk ambil pakaian, maka ia kemudian dilepaskan lagi.
Sementara itu polisi telah menangkapi Budi, pemuda yang menjadi
tukang kebun di Jalan Paku Buwono.
Beberapa orang bisa ditangkap dala waktu beberapa jam setelah
kejadian. Sebabnya antara lain soal tempat. Warung nasi tempat
Nono dan kawan-kawan begadang tidak jauh dari rumah Yongki dan
lit. Ada pula faktor kebetulan yang membantu polisi menangkap
anak muda anggota "gang" itu. Senin sore 2 Pebruari yang lalu
Kisman nampak akan kabur. Namun ada seorang anggota Brimob yang
melihatnya. Sedangkan polisi tahu bahwa Kisman ada sangkutan
dengan keributan maut di Angel, 2 hari sebelumnya. "E, jangan
pergi", ujar polisi kepada Kisman. Tak berapa lama kebetulan
ada anggota Tekab. Maka anggota Brimob itu tinggal menyerahkan
Kisman kepada rekannya dari Komdak.
Namun ada juga hambatan. Antara lain karena berita koran.
Beberapa perwira yang menggarap peristiwa ini nampak dongkol
karena jaring-jaring yang mereka pasang tidak membawa hasil.
Sebab orang yang diincar ternyata kabur lantaran ada berita
yang terlalu cepat disiarkan. "Bisa sih bisa tapi makan waktu
lebih lama ujar seorang Letnan Kolonel. Ia sedikit mengeluh
karena anak buahnya meleset menangkap para pelaku yang tadinya
sudah di ambang jaring. Lolosnya dua pelaku utama Boy dan lit
inilah yang, masih menutup tabir mengapa sampai terjadi
kerusuhan yang menewaskan Leindhard. Sebelumnya ada kabar
bahwa almarhum semasa hidupnya sering berbuat tidak baik di
Angel. Misalnya emoh bayar. Keluhan itu beberapa kali keluar
dari Ayu, sang kasir kepada kawan-kawannya Dan hal ini rupanya
sampai ke telinga Boy, yang kebetulan berpacaran dengan Ayu.
Dalam pemeriksaan awal di muka polisi, Ayu mengingkari
keluhannya ini, sedangkan Boy sampai sekarang masih menjadi
buronan.
Almarhum Leindhard sendiri bulan ini sedianya akan
menikah. Hubungannya dengan ibu tiri dan saudara-saudara
tirinya juga baik Jumat pagi sebelum keributan itu terjadi
Leindhard memberikan sejumlah uang kepada ibu tirinya, untuk
merayakan ulang tahun saudara tirinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini