Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Mandi Uap Dan Darah

Leindhard dibunuh di panti pijat angel lantai II pasar baru, pelakunya boy dan ut, anggota gang bagados dari pelbak kebayoran. Polisi belum dapat menangkap keduanya karena keburu kabur. (krim)

21 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI biasa pemuda bujangan Leindhard Odek menghibur diri di panti pijat dan mandi uap. Jatuh pilihannya ke Angel di lantai II Pasar Baru, Jakarta. Sama sekali tak dia sangka bahwa niatnya bermandi uap akan berakhir dengan bermandi darah. Kurang dari dua jam menjelang hari terakhir bulan yang lalu, Leindhard ternyata telah didatangi 4 pemuda tanggung. Mereka nampaknya sudah beberapa waktu mencarinya. "Mana Leindhard, mana Leindhard", itulah antara lain yang meluncur dari mulut pemuda-pemuda itu sebelum memukul dan menusuk Leindhard dan dua temannya. Kekerasan itu berjalan beruntun dan cepat sekali. Banyaknya tusukan di tubuh Leindhard membuat ia tidak bisa bernafas lagi setelah ambruk ke lantai. Dua kawan yang menemaninya ikut terkena tusukan dan pukulan lit tapi jiwa mereka masih tertolong. Dalam keributan maut itu terlibat 8 pemuda tanggung dari Pelbak Kebayoran. Mereka mengaku anggota "gang" yang sebenarnya sudah dibubarkan, "Bagados" alias Bagadang Anti Dosa. Dari mereka, empat orang saja yang naik ke lantai 2, antara lain Boy dan lit alias Ritman. Lalu empat lainnya menunggu di bawah. Secepat kilat anak-anak berandalan itu meninggalkan korbannya. Tujuh orang naik sedan President Taxi nomor 728, dan yang satu lagi naik sepeda motor. Rombongan bertujuh itu bukannya kembali ke rumah masing-masing di Kebayoran tetapi mampir di panti pijat Forty One di Jatibaru. Yongki -- yang bersepeda motor juga mampir ke tempat hiburan di Jatibaru itu. Mereka bertemu lagi. Dengan kelihayannya Boy dan lit berhasil meminjam motor Yongki. Keduanya berboncengan menuju Kebayoran. Tapi Yongki pun tidak sabar lagi lalu bergegas pulang. Ia naik taksi dan setelah sampai di Kebayoran ia bukannya membayar ongkos taksi tapi menyuruh sopirnya pergi begitu saja. Sekitar 100 Orang Lalu apa tindakan polisi? Dengan cekatan polisi bergerak menuju ke tempat kejadian mengumpulkan bahan-bahan. Tidaklah heran bila polisi segera menyingsingkan lengan baju, sebab yang tewas malam itu kebetulan adalah anak seorang letnan kolonel di Komdak. Dari' Kadapol sampai ke polisi pakaian preman, semuanya sibuk malam itu. Yang dituding mula-mula adalah daerah Jalan Siliwangi, kompleks yang banyak punya anak muda yang beken bikin ribut. Mengapa Siliwangi? Sebab dari beberapa perusuh di Angel itu ada yang berteriak "Kenal nggak nih pemuda Siliwangi", lalu kabur. Tengah malam itu juga anak-anak Siliwangi dibangunkan. Ternyata semua jagoannya tidur di rumah masing-masing. Disebut-sebutnya Siliwangi, menyebabkan timbulnya kemarahan anak-anak muda itu. Sekitar 100 orang segera menuju tempat terjadinya keributan. Biarpun masih ada kemarahan pada diri mereka, namun ada pula kesanggupan untuk membantu polisi. Sebab pemuda yang tewas itu kenalan anak Siliwangi, meskipun bukan anggota. Polisi mengalihkan perhatian pada sasaran lain. Masih ada petunjuk lagi. Salah seorang perusuh kabarnya berteriak: "Kenal nggak nih pemuda Pelbak kebayoran", sambil melompat ke taksi. Polisi-polisi berpakaian preman yang hiasa begadang itu cepat tahu lokasi anak-anak muda Pelbak berkumpul. Perhatian diarahkan kepada sebuah warung nasi. Di situ ada Nono, pemuda yang biasa kumpul-kumpul dengan kawannya di sana. Ia tidur di warung itu pada malam itu. Tatkala polisi datang, Nono kedapatan menyimpan pistol angin, pisau berlumuran darah dan sepeda motor yang beberapa saat sebelumnya mondar-mandir dari Kebayoran terus ke Pasar Baru kemudian Forty One. Apa peranan Nono? Ia tetap tinggal di warung sejak sore, tapi kemudian kedatangan Boy dan lit. Keduanya menitipkan sepeda motor, pistol dan pisau. Setelah kedua temannya itu pergi, Nono melihat-lihat pisau tersebut. Kaget juga melihat senjata tajam itu berlumur darah. Namun ia cenderung untuk menanyakan hal itu esok harinya saja. Sebab toh yang menitipkan kawannya sendiri. Pun malam itu Nono tidak lapor kepada polisi tapi tidur lagi sampai saat didatangi polisi. E, Jangan Pergi Apa cerita Boy dan lit? Keduanya memberitahu keluarga Yongki bahwa sepeda notornya dipinjam dan dititipkan kepada Nono di warung. Pemberitahuan ini sampai ke telinga Yongki setelah pulang. Ia langsung menuju tempat Nono tidur, tapi di sana telah siap polisi yang segera menangkapnya. Sedangkan lit berpesan kepada adiknya Agustian, untuk mengambil pakaian yang dititipkan di rumah Yongki. Tapi rupanya Agustian salah dengar. Ia menuju ke tempat Nono. Keruan saja polisi menangkapnya. Agustian mengatakan disuruh kakaknya sedangkan polisi membutuhkan kakaknya. Sayang lit lebih dulu kabur. Dan karena Agustian, yang pelajar SMP itu, memang hanya suruhan kakaknya untuk ambil pakaian, maka ia kemudian dilepaskan lagi. Sementara itu polisi telah menangkapi Budi, pemuda yang menjadi tukang kebun di Jalan Paku Buwono. Beberapa orang bisa ditangkap dala waktu beberapa jam setelah kejadian. Sebabnya antara lain soal tempat. Warung nasi tempat Nono dan kawan-kawan begadang tidak jauh dari rumah Yongki dan lit. Ada pula faktor kebetulan yang membantu polisi menangkap anak muda anggota "gang" itu. Senin sore 2 Pebruari yang lalu Kisman nampak akan kabur. Namun ada seorang anggota Brimob yang melihatnya. Sedangkan polisi tahu bahwa Kisman ada sangkutan dengan keributan maut di Angel, 2 hari sebelumnya. "E, jangan pergi", ujar polisi kepada Kisman. Tak berapa lama kebetulan ada anggota Tekab. Maka anggota Brimob itu tinggal menyerahkan Kisman kepada rekannya dari Komdak. Namun ada juga hambatan. Antara lain karena berita koran. Beberapa perwira yang menggarap peristiwa ini nampak dongkol karena jaring-jaring yang mereka pasang tidak membawa hasil. Sebab orang yang diincar ternyata kabur lantaran ada berita yang terlalu cepat disiarkan. "Bisa sih bisa tapi makan waktu lebih lama ujar seorang Letnan Kolonel. Ia sedikit mengeluh karena anak buahnya meleset menangkap para pelaku yang tadinya sudah di ambang jaring. Lolosnya dua pelaku utama Boy dan lit inilah yang, masih menutup tabir mengapa sampai terjadi kerusuhan yang menewaskan Leindhard. Sebelumnya ada kabar bahwa almarhum semasa hidupnya sering berbuat tidak baik di Angel. Misalnya emoh bayar. Keluhan itu beberapa kali keluar dari Ayu, sang kasir kepada kawan-kawannya Dan hal ini rupanya sampai ke telinga Boy, yang kebetulan berpacaran dengan Ayu. Dalam pemeriksaan awal di muka polisi, Ayu mengingkari keluhannya ini, sedangkan Boy sampai sekarang masih menjadi buronan. Almarhum Leindhard sendiri bulan ini sedianya akan menikah. Hubungannya dengan ibu tiri dan saudara-saudara tirinya juga baik Jumat pagi sebelum keributan itu terjadi Leindhard memberikan sejumlah uang kepada ibu tirinya, untuk merayakan ulang tahun saudara tirinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus