Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Bagaimana Menerjemahkan Xanana?

Kalau ABRI tak mampu mengamankan Timor Timur, memang, menjelang rakyat Timor Timur memilih, PBB akan sah untuk mengatur.

12 April 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesulitan di Timor Timur sekarang justru terjadi karena kian tampak harapan. Pada saat ini, kian tampak harapan kian terasa pula pelan-pelannya jalan menuju ke harapan itu. Pilihan cara terbaik untuk penyelesaian Timor Timur sudah menyingsing, yaitu pemberian kesempatan bagi rakyat di wilayah itu untuk memilih: merdeka dari Indonesia atau jadi bagian yang otonom dari RI. Pemberian suara langsung?dengan kata lain sama dengan ''referendum"?sudah diterima oleh Pemerintah Indonesia. Maka, semua pihak lebih baik tetap pada pilihan cara ''from the bullet to the ballot". Bentrok berdarah di Liquica yang menimbulkan banyak korban, sayangnya, membuktikan bahwa ABRI tak bisa menjaga perdamaian di Timor Timur. Belum lagi laporan yang mengatakan bahwa ABRI bukan saja memihak pada kelompok pro-integrasi, tetapi juga mengedrop senjata pada kelompok sipil itu. Dengan senjata ini, pro-integrasi yang membentuk kelompok dengan berbagai nama menyerang kubu pro-kemerdekaan. Tak ada tampak niat mencegah kekerasan itu dilakukan. Tetapi jika karena itu Xanana Gusmao bermaksud ''memaklumkan perang", maksud ini tidak menguntungkan siapa saja secara strategis. Apalagi di suatu masa ketika, akhir bulan ini, masalah Timor Timur kembali masuk meja perundingan yang difasilitasi Sekjen PBB Kofi Annan. Maka ucapan Xanana perlu ditimbang baik-baik?oleh dia sendiri, kalangan pejuang kemerdekaan Timor Timur, dan Pemerintah Indonesia. Reaksi Pemerintah Indonesia yang berlebihan menimbulkan kesan sikap kurang berpikir panjang, apalagi main ancam: memindahkan Xanana ke LP Nusakambangan, sebagaimana diusulkan Menteri Feisal Tanjung. Pernyataan Xanana, dalam keadaan kesal dan setelah menerima laporan bentrok berdarah di Liquica, perlu diterjemahkan sebagai seruan agar kejadian di Liquica itu tidak terulang. Para pemimpin rakyat di Timor Timur?baik yang pro-kemerdekaan maupun pro-integrasi?sendiri lebih jernih menangkap pernyataan Xanana. Tak banyak yang setuju jika itu berarti mengobarkan perang lebih luas. Xanana sendiri kemudian menjelaskan: ia tak menyebutkan perang itu sebagai baku tembak dan saling bunuh. Perang lebih diartikan sebagai usaha pembelaan diri. Iklim perang itu, kata Xanana, toh sudah tercipta ketika kelompok sipil pro-integrasi menyatakan pendiriannya dengan senjata?yang kalau tidak datang resmi dari ABRI, tidak juga dikontrol dan dibereskan oleh ABRI. Kenyataan yang terakhir ini memang menyebabkan seruan Xanana akan terdengar keras sampai ke PBB. Tafsir dari seruan itu: undangan kepada tentara PBB ke Timor Timur, dengan tugas pertama melucuti senjata dari tangan sipil. Kalau ABRI tak bisa melucuti senjata di tangan para sipil, tak bisa memberi ketenteraman pada rakyat Timor Timur untuk berpikir jernih mengenai masa depannya, berpaling ke tentara PBB merupakan pilihan terbaik yang ada. Kalau TNI menolak kehadiran tentara PBB, ya, ia harus berbuat sesuatu yang berarti untuk kedamaian di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus