Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

TikTok dan Penyebaran Informasi Palsu

TikTok menjadi tempat penyebaran disinformasi dan pengaburan fakta. Ancaman nyata terhadap integritas proses demokrasi.

9 September 2024 | 00.00 WIB

Ilustrasi: Tempo/J. Prasongko
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/J. Prasongko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Pemerintah di berbagai negara telah melarang TikTok karena khawatir platform ini menjadi sumber penyebaran propaganda.

  • Sifat multimodal dari konten video membuat informasi dapat terserap dengan cepat dan tersimpan lebih lama.

  • Konten disinformasi berbungkus musik dan elemen hiburan lainnya memiliki efek yang halus serta memikat.

DISINFORMASI dalam bentuk video yang menghibur di TikTok jauh lebih berbahaya daripada konten yang terang-terangan mengandung ujaran kebencian. Ketimbang teks, format audiovisual membuat informasi palsu lebih sulit dikenali. Efeknya halus, tapi berdampak besar. 

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo

Artikel ini diterbitkan pertama kali di Australian Outlook di bawah lisensi Creative Commons dan dapat dipublikasikan ulang dengan atribusi.

Dialektika Digital merupakan kolaborasi Tempo bersama KONDISI (Kelompok Kerja Disinformasi di Indonesia). KONDISI beranggotakan para akademikus, praktisi, dan jurnalis yang mendalami dan mengkaji fenomena disinformasi di Indonesia. Dialektika Digital terbit setiap pekan.

Redaksi menerima tulisan opini dari luar dengan syarat: panjang sekitar 5.000 karakter (termasuk spasi) atau 600 kata dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebutkan lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail: [email protected] disertai dengan foto profil, nomor kontak, dan CV ringkas.

Ika Idris

Ika Idris

Co-director Monash Data & Democracy Research Hub. Penulis buku Misguided Democracy in Malaysia & Indonesia: Digital Propaganda in Southeast Asia

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus