Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pemerintah melarang pengecer menjual elpiji 3 kilogram bersubsidi.
Kata 'elpiji' dari singkatan LPG sebenarnya tak sesuai dengan metode serapan bahasa Indonesia.
Kata 'ngegas' dalam bahasa gaul tampaknya berasal dari sumber bahasa lain.
KEPUTUSAN pemerintah melarang pengecer menjual gas bersubsidi di awal Februari 2025 membuat percakapan soal elpiji 3 kilogram atau tabung gas melon meruyak di masyarakat. Antrean orang mengular di agen-agen gas menjadi pemandangan umum dalam berbagai berita dan media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fenomena ini dapat dilihat pula sebagai peristiwa politik bahasa. Secara kimiawi, elpiji hanya terdiri atas dua komponen utama senyawa karbon berupa propana (C3H8) dan butana (C4H10). Walakin, keberadaannya telah membentuk motif kekuasaan dan debat politik di ruang publik. Ia juga kemudian menjadi tumpukan masalah dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang baru seumur jagung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Makna sederhana gas dapat kita temukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring. Gas berarti (1) zat ringan yang sifatnya seperti udara (dalam suhu biasa tidak menjadi cair), (2) uap dari bensin (bensol dan sebagainya), dan (3) tingkat wujud zat yang molekul-molekulnya bergerak bebas sehingga seluruh massa cenderung mengembang dan menempati seluruh volume wadahnya.
Kemudian ada rincian berupa contoh dalam kehidupan yang ada di alam. Contohnya adalah elpiji. Elpiji merupakan kata serapan dari istilah liquefied petroleum gas (LPG). Dulu sempat muncul istilah gas minyak cair untuk LPG, yang sejalan dengan gas alam cair untuk LNG atau liquefied natural gas, tapi kalah populer dari elpiji.
Semantik elpiji ini bertransformasi dalam dua hal, yakni tabung gas dan gas melon. Penyebutan itu, meski secara linguistik dapat dipertanyakan, telah digunakan secara luas.
Penyerapan LPG menjadi elpiji tak sesuai dengan metode serapan baku karena bersumber dari ejaan singkatan LPG. Bahasa Indonesia baku cenderung mempertahankan singkatan asing yang sudah baku, seperti MRI (magnetic resonance imaging) dan pH (potential of hydrogen) untuk derajat keasaman, kecuali ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Kasus elpiji ini juga terjadi pada laser. Meski telah menjadi bahasa Indonesia, sebetulnya laser dicomot langsung dari bahasa Inggris. Laser merupakan akronim dari light amplification by stimulated emission of radiation. Istilah itu pernah didefinisikan dalam buku Bagaimana Cara Bekerjanya? Alat Teknik Modern dalam Kehidupan Sehari-hari (Sinar Harapan, 1990). Di buku hasil penerjemahan dari bahasa Jerman yang dilakukan oleh Agung Subagio itu, laser disebut sebagai “penguat sinar dengan pemancaran yang dirangsang”.
Ada pula istilah gas dalam bahasa gaul. KBBI tak mendefinisikan gas dalam bahasa gaul, tapi istilah ini telah akrab sejak dulu dalam percakapan, baik langsung maupun di media sosial. Gas dalam bahasa gaul dapat dimaknai sebagai pengiyaan sebuah ajakan. Contohnya ketika seseorang diajak nongkrong oleh temannya, kemudian temannya menjawab “oke gas”. Makna yang sama seperti istilah gas juga terjadi pada “gaskeun”.
Pengertian gas di sini berhubungan dengan akselerasi kendaraan. Dari sini muncul idiom ngegas untuk menggambarkan orang yang marah, berbicara dengan volume tinggi, dan mengucapkan kata kasar.
Mengapa makna gas di sini berbeda dari elpiji? Tampaknya kita menyerapnya dari sumber lain, yakni bahasa Inggris Amerika. Di Amerika Serikat, orang menyebut bahan bakar minyak sebagai gas, kependekan dari gasoline, yang muncul sejak awal abad ke-20. Dari sini diturunkan istilah gas-station untuk stasiun pengisian bahan bakar umum, gas-pump untuk pompa bensin, dan gas-pedal untuk pedal akselerasi kendaraan. Dari istilah gas-pedal itulah tampaknya lahir kata ngegas untuk sesuatu yang bersifat menaik, seperti suara atau kecepatan.
Perubahan keputusan pemerintah mengenai distribusi elpiji 3 kilogram secara mendadak telah meresahkan masyarakat karena gas itu menjadi langka. Tak sedikit warganet berucap: “Februari 2024: Oke gas, oke gas. Februari 2025: Mana gas? Mana gas?” ●
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Gas, Mana Gas".