HARI Ibu baru saja Iewat. Seharusnya kita hormat-hormat pada wanita. Lelucon dalam bahasa Inggris ini memang agak kelewatan mencandai wanita: Apahah bedanya antara seorang nice secretary dengan seorang good secretary akan menyampaikan salam, "Good morning, Boss!" Sedangkan seorang nice secretary akan berkata, "Boss, it's morning!" mungkin sambil tergopoh-gopoh bangun. Ha-ha! Sudah tahu letak lucunya, bukan ? jelasnya: bos tidur di sebelah sekretaris dan kesiangan hangun. Tetapi affair antara bos dan sekretaris ternyata sudah soal kuno. Karena sekarang wanita-wanita cantik yang berada di kantor-kantor bukan lagi sekadar sekretaris atau juruk ketik. Sudah makin banyak eksekutif wanita dalam dunia bisnis sekarang. Cantik, mempunyai gaji yang cukup untuk membeli pakaian semarak dan mendukung kehidupan yang comfortable, cerdas, serta lancar bergaul. kelompok ini memang telah menciptakan panggung cinta tingkat tinggi dalam bisnis masa kini. Situasi ini didukung pula oleh kenyataan banyaknya eksekutif pria di atas 40 tahun yang sudah punya kedudukan dan gajinya tetapi telah kehilangan kemesraan dengan istrinya yang dinikahinya dulu ketika dia masih "belum apa-apa". Ketika dia masih seorang salesman dan istrinya masih bisa menanggapi pembicaraan tentang kegagalanya menjual mesin es krim kepada toko di sudut jalan itu. Tetapi sekarang dia vice president dan istrinya jadi tidak mengerti mengapa suaminya bicara tentang bisnis jutaan dolar, tetapi masih mengomel kalau istrinya minta tambahan 20 dolar. Dulu ia memang menjadi ragu ketika pada pernikahannya penghulu bertanya, "Peter, apakah kau berjanji akan mencintai istrimu lebih daripada koran pagi?" Sekarang bukan lagi koran pagi yang menggodanya untuk turun dari ranjang meninggalkan istrinya. Tetapi seorang penasihat hukum perusahaannya yang cantik dan selalu nenunggu untuk bersma-sama makan pagi di hotel berbintang lima. Apa sebenarnya yang menjadi pelatuk bagi kejadian-kejadian seperti ini? Man is forced to be alone by the very nature of society, tulis Susan Polis Schutz. yang banyak menulis untuk kartu-kartu ucapan. Semakin tinggi kedudukan seseorang akan semakin sendirian dan kesepian dia Kamarnya semakin besar, dan di situ dia akan semakin terpuruk dalam kesepian yang menggigit. Beberapa tahun yang lalu ada sebuah buku yang cukup laris di Amerika, berjudul Lonely in America, karangan Suzanne Gordon. Mana bisa orang menderita kesepian di Amerika yang selalu berdegup dan berdenyut kencang itu? Jawabnya mungkin bisa kita temukan di Time Square karena di situ adalah terminal orang-orang kesepian yang mencoba menemukan makna eksistensinya. Beberapa hari yang lalu kita pun sempat membaca tentang seorang pria Inggris yang selama dua tahun berhasil mengelabui istrinya bahwa sebenarnva ia telah dipecat karena korupsi. Tiap pagi ia bangun dan pergi ke stasiun. Tetapi, dua jam kemudian, setelah istrinya pun pergi ke kantor, ia menyelinap pulang ke rumah untuk menyensur surat-surat yang datang. Lalu ia menyembunyikan surat-surat tagihan yang diakibatkan oleh korupsinya. Kemudian la kembali ke stasiun menunggu sore, sebelum melangkah pulang ke rumah. Suzanne Gordon dalam hukunya itu menulis bahwa kaum pria tidak mempunyai banyak pilihan untuk menumpahkan kesulitan yang sedang dihadapinya bahwa pria diam tidaklah berarti bahwa ia tidak merasakan sakitnya himpitan kesulitan itu. Dan itu membuatnya merasa kesepian. Seorang istri mengeluh karena suaminya tidak lagi bisa berkomunikasi dengannya. Tetapi suaminya membantah, "Lho, kemarin sore 'kan saya berbicara tentang sofa yang baru kau beli. Dan bahwa aku tak suka warnanya serta harganya yang agak kemahalan." Si istri tampaknya mempunyai suami, tetapi sebetulnya ia tidak punya siapa-siapa. Dalam dunia yang penuh persaingan, seorang pria eksekutif harus berada di atas segalanya: pekerjaannya, kariernya, dan perasaannya. Bila la mempunyai masalah di atas sana, sering kali ia tidak menemukan siapa pun yang dapat mendengarkan pengakuannya. Sebab, mengakui kelemahan berarti berisiko kehilangan karier yang selama ini dibina. Dan dalam kesepian itulah seseorang mudah terpana akan kehadiran seorang wanita yang mampu memgerti kesulitan-kesulitan seorang eksekutif puncak. Tetapi wanita itu tidak lebih dari a pillow to cry on. Seorang eksekutif puncak harus mampu mengatasi kesendiriannya dengan kebersamaan dalam tim manajemennya. Karena pseudotogetherness - kebersamaan yang palsu - adalah justru kesepian yang mencekam. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini