Dalam suatu bangsa yang besar, pemilihan presiden mengandung arti yang sangat strategis. Memilih presiden republik ini hendaknya tidak dilakukan dengan sembrono seperti memilih belanjaan di pasar. Namun, tidak berarti harus ekstrahati-hati dan konservatif seperti meniti rambut di belah tujuh. Agar bisa berkesan rasional sekaligus cermat perlu diberikan suatu kriteria kualitas bagi calon petinggi negara yang sangat penting ini. Yakni, di samping harus memiliki bobot kepemimpinan, setidaknya diperlukan pemilikan tiga visi bagi sang calon. Pertama, visi kebangsaan, sehingga sang calon dapat tetap mempertahankan persatuan bangsa yang telah dirintis oleh Bung Karno, konsisten pada Pancasila dan UUD 1945, memiliki harga diri yang kukuh dalam pergaulan internasional, dan berorientasi kepada kerakyatan. Visi kedua adalah memiliki pandangan yang luas dalam bidang ekonomi sehingga punya komitmen untuk melanjutkan keberhasilan pembangunan Orde Baru di bawah kepemimpinan Pak Harto. Yang terakhir adalah, memiliki visi demokrasi. Demokrasi adalah jiwa yang perlu dimiliki dalam mengikuti era modernisasi dan globalisasi. Demokrasi adalah modal dasar untuk menimbulkan kualitas bangsa agar lincah bersaing di panggung internasional, baik di bidang iptek maupun sosial dan ekonomi. Berbekal kriteria tersebut wakil kita di MPR akan tidak rikuh menetapkan siapa orang yang paling layak menjadi presiden. Kalau memang Pak Harto paling tepat, beliau dimohon dengan hormat berkenan untuk dipilih kembali. Begitu pula kalau ada calon lain yang dianggap lebih tepat, pilihlah tanpa malu dan ragu demi kebaikan bangsa dan negara. Setiap pejuang dan negarawan, akan tersenyum dengan besar hati menerima apa pun keputusan yang diambil oleh rakyatnya. SOEN'AN HADI POERNOMO Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini