Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Dagelan gaya malacanang

Sejak keadaan darurat th 1973, kekuasaan marcos semakin hebat. politisi-politisi banyak mengungsi ke as. dari hasil pemilu 16 juni, marcos bertahan karena dukungan elite yang diberi keuntungan, dan dukungan asing.

4 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM suatu seminar tentang Asia Tenggara, ada seorang peserta dari Filipina. Dia seorang dosen Universitas Filipina di Manila. Pandangan-pandangannya cukup tajam dan analistis, dan dalam waktu singkat bisa diketahui bahwa dia seorang Marxis. Walaupun demikian, dia tetap mengajar dan belum sampai pada taraf yang sudah diambil oleh banyak temannya: bergabung dengan gerilya NPA (New People's Army -- Tentara Rakyat Baru) dalam usaha menumbangkan Marcos. Dengan segera timbul pertanyaan: kok bisa sampai begitu? Kalau guru-guru yang dalam masyarakat tradisional Asia menjadi penutan masyarakat sudah rela masuk hutan, tentu ada masalah-masalah yang sangat fundamental yang dihadapi oleh masyarakat Filipina. Bagi dosen-dosen tersebut, Marxisme bukan lagi suatu ilmu yang fashionable seperti di negara-negara maju di Barat, tapi sudah menjadi kerangka operasional untuk berjuang. Bahkan tidak hanya kaum Marxis yang bergabung dengan gerilya. Banyak pastor dari aliran Teologi Pembebasan merelakan diri untuk meninggalkan parokinya dan ikut bergerilya. Bahkan yang tidak bergerilya pun banyak yang secara legal membongkar penyalahgunaan kekuasaan dekat tempat tinggalnya. Baru-baru ini, seorang pastor Santo Jesuit di kota Kibawe, Filipina Selatan, Godofreno Alingal, dibunuh oleh pembunuh-pembunuh bayaran. Pastor Alingal dianggap berbahaya karena menerbitkan buletin khusus tentang pelanggaran hak asasi serta juga menjadi saksi penting dari peristiwa perkosaan yang dilakukan pejabat lokal. Dalam perkembangannya NPA memang mulai terlihat sebagai wadah persatuan untuk penentang-penentang bersenjata Marcos yang berasal dari kalangan Katolik. Ada intelek tuil dari University of the Philipines (UP), ada pastor dari hirarki Gereja. Rupanya Teologi Pembebasan dari Amerika Latin sangat kuat pengaruhnya di Filipina. Sandinista di Nikaragua adalah contoh dari front persatuan semacam itu. Hingga kini, tiga pastor masih menjadi menteri dari pemerintahan Nikaragua. Laras Bedil Juga Mereka yang bergerilya tentunya beranggapan, kerangka politik legal formal sudah tertutup untuk reformasi struktural masyarakat Filipina. Sejak Keadaan Darurat tahun 1973, kekuasaan Presiden Marcos tambah hebat. Jumlah tentara sekarang sudah 200.000 orang, hampir tiga kali lipat dari sebelumnya. Pasukan bayaran yang tadinya dihapus dan peredaran senjata gelap yang dihentikan, toh masih banyak juga. Cuma, sekarang yang memilikinya adalah penguasa-penguasa lokal, yang dibiarkan berbuat begitu, asal saja tetap mendukung Marcos. Kalau dulu, politisi-politisi kaya yang beroposisi juga bisa memelihara pasukan sewaan, asal cukup mampu. Kaum intelektuil yang kecewa itu akhirnya sampai pada kesimpulan: laras bedil juga yang harus berbicara. Senjata mereka beli saja dari tentara yang mau berdagang. Atau, dari pelayar-pelayar Moro dan Sulu, yang sudah sejak abad ke-18 terkenal sebagai pedagang senjata gelap. Akibatnya, NPA-pun bisa memperluas wilayah operasinya. Kalau tadinya NPA terutama bergerak di wilayah tradisional di Luzon Tengah, maka sekarang sudah tersebar di seluruh Luzon. Juga sudah mulai beroperasi di wilayah selatan, seperti di Kotabato dan sekitar Davao di Mindanao. Bahkan NPA sudah berbagi wilayah operasi dengan gerilyawan MNLF dari kaum Muslim Moro. Walaupun terdapat perbedaan ideologi, namun kerjasama antara kedua front gerilyawan jalan terus. Ini berarti gerilya bersenjata menentang Marcos sudah bersifat nasional, melintang dari Luzon ke Mindanao. Ini pun suatu hal yang tentunya tidak dikira Marcos pada tahun 1973. Walaupun sudah mengadakan embargo Angkatan Laut terhadap Filipina Selatan, toh Marcos masih belum bisa mengimbangi pelaut-pelaut ulung Sulu. Sampai akhirnya Komandan Wilayah Selatan, Laksamana Romulo Espaldon yang keponakan Imelda Marcos itu, diganti oleh Brigjen Delfin Castro karena dianggap terlalu lunak. Padahal Espaldon itu cukup rajin membakari desa-desa orang Moro. Armada VII Tapi oposisi terhadap Marcos tidak melalui gerilya saja. Politisi-politisi lama yang kaya tentu tidak tahan kalau masuk hutan dan bersembunyi terus. Kebanyakan mengungsi ke Amerika, seperti Raul Manglapus ataupun Benigno Aquino, yang sekarang tinggal di Harvard University, setelah bebas dari penjaranya Marcos. Mereka bekerjasama dengan politisi yang masih berada di Filipina. Organisasinya adalah UNIDO, dipimpin bekas senator yang juga kaya, Gerardo Roxas. Bekas-bekas senator ini walaupun menentang Marcos, tapi kuat kedudukan ekonominya, bahkan pemilik dari bir San Miguel yang terkenal itu. Cara perjuangannya adalah melalui pembentukan pendapat umum di AS dan memelihara keutuhan pengikut-pengikutnya yang lama di Filipna. Siapa tahu, suatu waktu Marcos bisa diganti dan mereka menyediakan diri melalui UNIDO sebagai wadah pengganti yang damai, sebagai alternatif dari cara kekerasan NPA dan MNLF. Cukup kuatkah Marcos untuk bertahan? Kekuatannya tentu tidak bisa diukur dari Pemilu 16 Juni yang merupakan dagelan itu. Tapi Marcos akan bisa bertahan karena sedikitnya dua hal. Pertama, dukungan elite yang telah diuntungkannya selama 8 tahun, khususnya tentara Filipna, serta pengusaha-pengusaha nasional. Yang kedua, dukungan pihak asing, khususnya AS. Menteri Pertahanannya Marcos, Juan Enrile adalah jebolan West Point dan punya teman di Pentagon. Armada VII juga punya pangkalan di Filipina sedang Mindanao masih besar kansnya untuk modal asing, terutama untuk kelapa sawit dan pertambangan. Di suatu negara di mana masih diizinkan adanya calon resmi presiden yang berkampanye untuk menjadikan Filipina negara bagi AS yang ke-15, dukungan dari AS ini memang sangat menentukan, serta menjadi katalisator buat massa, apakah jalan damai UNIDO atau jalan gerilya NPA yang populer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus