Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Bila Union Oil Kebal Protes

Lawe-lawe & petung dua desa transmigran di kalimantan timur terkena pencemaran yang disebabkan oleh air buangan perusahaan minyak asing, union oil. mereka membuang secara sembrono.(ling)

4 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAWAH di situ tak bisa ditanami lagi. Juga banyak ternak yang mati. Bahkan perigi mulai berwarna kehijauan dan berbau busuk. Akibatnya, penduduk yang umumnya petani itu terpaksa mencari tanah pertanian baru. Itu terjadi di Lawe-Lawe dan Petung, dua desa transmigran di Kalimantan Timur -- suatu pencemaran oleh sebuah perusahaan minyak asing, Union Oil. Sejak 1976 perusahaan itu menyedot minyak dari dua sumur lepas pantai Balikpapan. Sekitar 20 ribu barrel minyak kotor per hari yang disedotnya itu mengandung 50% air. Di terminal Lawe-Lawe, hasil tambang itu disaring. Minyak mentahnya diekspor, sedang airnya kemudian dibuang. Air buangan inilah yang menimbulkan malapetaka. Air yang masih mengandung hidrokarbon fosil cukup tinggi itu -- 50 ppm minyak dari debit air 3,6 liter per detik -- dibuang secara semberono. Limbah itu mengalir ke laut, melalui selokan dengan lebar 1 meter sepanjang 10 km, melintasi halaman rumah dan sawah penduduk Lawe-lawe (10.000 jiwa) dan Petung (6.600 jiwa). Bila hujan datang, air selokan yang digenangi minyak itu meluap melanda sawah penduduk. Tanaman yang hijau menjadi kuning, meranggas dan mati. Dan tentu saja semua jenis biota di situ terancam pula. "Sedikitnya 60 ha sawah tak bisa diapa-apakan lagi," kata Timan, Kepala Kampung Petung. Koramil Sebelum sawah terkena polusi, penduduk sebenarnya sudah memprotes kesemberonoan Union Oil itu. "Sudah lima kali saya lapor ke sana ke mari," kata Timan, "juga pada Koramil dan polisi. " Memang banyak pejabat yang datang berkunjung, termasuk para anggota DPRD. Tapi rupanya pihak Union Oil dapat menenangkan protes itu dengan alasan bahwa air buangan itu sudah diperiksa di laboratorium dan tidak mengandung bahaya apa-apa. Padahal kini, tak hanya sawah yang korban. "Bahkan hutan perawan pun binasa, " kata Kusnan. Petani yang satu ini, tak hanya kehilangan 3 ha sawah tapi juga banyak itiknya yang mati. "Saya terpaksa mencari perladangan baru," katanya. Penduduk kini mulai menuntut ganti rugi. Sementara itu pihak Union Oil berjanji lagi. Mulai Agustus tahun depan, kata Ir. Arya Subrata, petugas terminal Lawe-lawe yang mewakili Union Oil, akan dipasang pipa 12 inci yang akan menggantikan selokan itu. Tapi air limbah itu tetap akan dibuang ke laut. Tidakkah ini akan mencemarkan laut? Ada janji lain: Union Oil akan memasang alat baru yang dapat menekan kadar minyak buangan dari 50 ppm menjadi 4 ppm. Limbah itu nanti "dijamin tidak akan mencemarkan," kata Ir. Arya Subrata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus