SAWAH di situ tak bisa ditanami lagi. Juga banyak ternak yang
mati. Bahkan perigi mulai berwarna kehijauan dan berbau busuk.
Akibatnya, penduduk yang umumnya petani itu terpaksa mencari
tanah pertanian baru.
Itu terjadi di Lawe-Lawe dan Petung, dua desa transmigran di
Kalimantan Timur -- suatu pencemaran oleh sebuah perusahaan
minyak asing, Union Oil. Sejak 1976 perusahaan itu menyedot
minyak dari dua sumur lepas pantai Balikpapan. Sekitar 20 ribu
barrel minyak kotor per hari yang disedotnya itu mengandung 50%
air. Di terminal Lawe-Lawe, hasil tambang itu disaring. Minyak
mentahnya diekspor, sedang airnya kemudian dibuang.
Air buangan inilah yang menimbulkan malapetaka. Air yang masih
mengandung hidrokarbon fosil cukup tinggi itu -- 50 ppm minyak
dari debit air 3,6 liter per detik -- dibuang secara semberono.
Limbah itu mengalir ke laut, melalui selokan dengan lebar 1
meter sepanjang 10 km, melintasi halaman rumah dan sawah
penduduk Lawe-lawe (10.000 jiwa) dan Petung (6.600 jiwa).
Bila hujan datang, air selokan yang digenangi minyak itu meluap
melanda sawah penduduk. Tanaman yang hijau menjadi kuning,
meranggas dan mati. Dan tentu saja semua jenis biota di situ
terancam pula. "Sedikitnya 60 ha sawah tak bisa diapa-apakan
lagi," kata Timan, Kepala Kampung Petung.
Koramil
Sebelum sawah terkena polusi, penduduk sebenarnya sudah
memprotes kesemberonoan Union Oil itu. "Sudah lima kali saya
lapor ke sana ke mari," kata Timan, "juga pada Koramil dan
polisi. "
Memang banyak pejabat yang datang berkunjung, termasuk para
anggota DPRD. Tapi rupanya pihak Union Oil dapat menenangkan
protes itu dengan alasan bahwa air buangan itu sudah diperiksa
di laboratorium dan tidak mengandung bahaya apa-apa.
Padahal kini, tak hanya sawah yang korban. "Bahkan hutan perawan
pun binasa, " kata Kusnan. Petani yang satu ini, tak hanya
kehilangan 3 ha sawah tapi juga banyak itiknya yang mati. "Saya
terpaksa mencari perladangan baru," katanya.
Penduduk kini mulai menuntut ganti rugi. Sementara itu pihak
Union Oil berjanji lagi. Mulai Agustus tahun depan, kata Ir.
Arya Subrata, petugas terminal Lawe-lawe yang mewakili Union
Oil, akan dipasang pipa 12 inci yang akan menggantikan selokan
itu. Tapi air limbah itu tetap akan dibuang ke laut. Tidakkah
ini akan mencemarkan laut?
Ada janji lain: Union Oil akan memasang alat baru yang dapat
menekan kadar minyak buangan dari 50 ppm menjadi 4 ppm. Limbah
itu nanti "dijamin tidak akan mencemarkan," kata Ir. Arya
Subrata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini