Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MULAI sekarang jangan lagi ikut-ikutan memikirkan reshuffle. Biarlah urusan bongkar-pasang kabinet itu sepenuhnya menjadi urusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY sudah diberi amanat oleh rakyat untuk memimpin, jadi beri kesempatan kepadanya untuk berpikir dengan tenang. Komentar, saran, dan kritik sudah banyak diberikan: oleh Wakil Presiden sampai kolumnis. Sekarang tinggal menunggu.
Presiden hendak mengumumkan perombakan kabinet pada awal Mei, itu terserah dia. Mau mengendapkan soal ini supaya lebih marem, itu juga tergantung dia. Bahkan mau menunda sampai usia pemerintahan genap tiga tahun pun suka-suka Presiden. Tak seorang pun bisa mendikte Presiden, dan pasti Presiden juga tak mau diatur-atur. Rakyat tak perlu repot mikirin yang masuk wilayah prerogatif Presiden. Dalam bahasa SBY, rakyat jangan ikut gaduh.
Rakyat harus percaya saja bahwa segalanya sudah ter-ukur dan tertangani dengan baik di tangan Presiden. Jangan pernah berpikir Presiden bertindak asal-asalan dengan reshuffle. "Saya punya konsep dan saya jelaskan penataan kabinet itu perlu," begitu katanya. Jadi sudahilah bertanya kapan, kapan, dan kapan. Apa tidak dengar Presiden berkata, "Pemerintah memerlukan situasi agar bisa bekerja dengan baik. Reshuffle dimungkinkan apabila mempunyai tujuan yang oleh saya itu dipandang perlu untuk dijalankan."
Perlu dan tidak perlu seharusnya didasarkan pada penilaian kinerja. Rakyat tidak boleh sekali-kali percaya bahwa Presiden tidak tahu prestasi kabinetnya. Yakinlah Presiden tahu ada banyak menteri yang underperform, terlibat konflik kepentingan karena bisnisnya merugikan rakyat, ringan tangan mengurus soal yang tidak semestinya, ada yang suka menjajakan usaha pribadinya, ada yang lebih sibuk menjaga citra ketimbang kerja, juga ada yang sakit.
Tidak mungkin Presiden memasabodohkan penilaian orang bahwa Kabinet Indonesia Bersatu belum optimal melaksanakan tugas-tugas pokoknya. Angka rapornya masih merah dalam memberantas korupsi, memerangi kemiskinan, mengurangi pengangguran, serta memperbaiki layanan pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran belum banyak dirasakan.
Maka, yang diperlukan bukan obat biasa, melainkan sejenis antibiotik. Yang dibutuhkan bukan reshuffle yang terbatas, melainkan perombakan menyeluruh. Bukan tiga, lima, atau tujuh menteri yang harus diapkir, kalau perlu separuh kabinet ditukar orang baru. Presiden pasti tahu: yang dibutuhkannya zakenkabinet dengan anggota profesional, bukan kabinet akomodasi partai.
Hanya dengan cara itu masyarakat bisa percaya bahwa kalaupun reshuffle jadi dilaksanakan, itu untuk mendongkrak kinerja dan bukan menyenangkan partai-partai. Walaupun Partai Golkar kelihatan paling sibuk dengan isu rombak kabinet, seharusnya warga yakin sajalah bahwa Presiden tidak takut kepada tekanan partai pemenang pemilu itu. Berprasangka baiklah bahwa Presiden tidak sedang melakukan barter antara kursi kabinet untuk Partai Golkar dan dukungan parlemen terhadap sikap RI yang pro-resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap nuklir Iran.
Walaupun Presiden bicara tentang rombak kabinet di kebun duren, yakinlah ia sedang serius. Kita anggap sajalah ia sedang menyiapkan skuad terbaik untuk memperbaiki "kesebelasan"-nya yang tak kunjung bangkit dari papan bawah. Soal tim baru nanti memuaskan atau mengecewakan, tak perlu ribut, Anda tinggal menghakiminya di kotak pencoblosan suara pada 2009 nanti.
Ya, kan? Buat apa repot.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo