Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Imperialisme sabun

Perusahaan multinasional seperti ibm, unilever, dan union carbide mulai melancarkan offensifnya. perusahaan-perusahaan itu memanipulir pola konsumsi, gaya hidup & citarasa masyarakat dgn promosi pemasaran.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAKTU awal tahun enampuluhan Bung Karno meneriaki imperialisme yang sekarat, rupanya ia salah lihat. Sebab sekarang mulai nampak, menggigilnya imperialisme saat itu, bukan mau mati tapi sedang tiwikromo: berobah bentuk menjadi lebih mengerikan. Kedua lengannya memang copot kena pedang gerakan kemerdekaan nasional, tetapi segera tumbuh seribu tangan baru. Kepaianya memang retak terhimpit solidaritas internasional, tetapi kepala-kepala baru muncul, lima, seratus bahkan seribu muka menyeringai. Kini raksasa ini mulai merayapkan kembali tangannya. Ia tidak menjual idiologi dan mengobral darah lagi, tetapi menjual sabun, obat-obatan, minuman, bier, sepeda motor, mobil, uang, komputer bahkan harapan dan impian. Ia tidak melakukan penindasan dan perampasan, tetapi menciptakan ketergantungan dan mengikat perlahan-lahan kedaulatan. Ia tidak bertahta di kemaharajaan, tetapi terbang di awanawang tanpa dangka kahyangan. Ia bisa nglurung tanpa bala (tentara), tetapi cukup dengan modal, teknologi dan kendali. Ia bisa menang tanpa ngasrake (menaklukkan) karena presiden, gubernur dan semua perangkat pemerintahan tidak perlu goyah kedudukannya karena kemenangannya. Ia punya seribu nama telapi tak satupun tepat dapat merangkum gambaran wujudnya. Ia bernama multinational, transnational, world's corporates, global shopping center dan lain-lain. Wujudnya berupa perusahaan maha raksasa yang operasi usahanya menjangkau banyak negara: FNCB, Union Carbide, G.M., IBM, Caltex, Unilever, Goodyear, Mitsui, Inco adalah beberapa contohnya Apapun namanya, ia adalah sistem usaha yang pengaruhnya terhadap kehidupan, layak mendapat perhatian sewajarnya. *** Operasi melintasi batas nasional perusanaan-perusahaan maharaksasa dari Amerika. Eropa Barat dan Jepang itu seperti dajal yang lahap menggelembungkan labanya jual barang dan jasa, patent, lisensi, penggunaan merk usaha dan membayangi mangsanya dengan memanipulir impian dan persepsi bawah sadar mereka lewat iklan dan promosi. Lewat offensifilya ke banyak negara, jangkauan pasar diperluas. Sumber bahan mentah dicari di mana saja. Utamanya dari negara yang bisa murah dibeli, mudah, dekat dan "tidak banyak cingcong". Dengan menyebarkan usaha ke banyak empat, risiko kegoncangan karena faktor-faktor ekstern disebar, sehingga kebangkrutan makin kecil kemungkinannya. Masalah pelik menghadapi kerja multinational itu timbul karena ia memegang banyak bendera, dipancangkan pada tiga tiang kepentingam Pertama kepentingan strategi perusahaan secara keseluruhan. Kedua kepentingan pemerintah nasional di mana cabang-cabang usaha (subsidiaries) beroperasi. Dan yang paling penting diingat kepentingan negara-negara lain, khususnya tempat induk usahanya berdomisili. Masing-masing kekuatan itu besar pengaruhnya terhadap perilaku kegiatan usaha sang multinational. Kebijaksanaan yang diambil demi salah satu dari ketiga kepentingan itu, langsung menusuk dan dirasakan pengaruhnya terhadap pemenuhan kepentingan yang lain dalam suatu sistim di mana kekuatan komponen-komponennya tidak seimbang, maka komponen yang lemah akan selalu tersedot oleh kekuatan komponen yang kuat. Dari ketiga komponen kepentingan tadi, bisa diterka mana yang kuat, mana yang lemah. *** Nah, sekarang apa akibat yang mulai dirasakan dari interaksi antara kekuatan ketiga kepentingan di atas. Secara tak sadar, kini dirasakan berkembangnya hegemoni tanpa ideologi. Pola konsumsi, gaya hidup dan citarasa masyarakat diolah dan dimanipulir oleh promosi pemasaran produk-produk perusahaan multinational lewat media advertensi secara sangat intensip. Perhatikan pengaruh Coca Cola, Aspirin, Honda, IBM dan lain-lain dalam kehidupan di mana-mana. Karena dipaksa oleh bekerjanya kekuatan dari tiga kepentingan itu, perusahaan multinational bila perlu tidak segan-segan menggunakan cara yang dapat merusak moral pengambil keputusan. Ada dengan tekanan untuk pemojokan, bahkan intimidasi dan penyuapan. Tercatat misalnya usaha ITT menggulingkan Presiden Salvador Allende dari Chili. Penyuapan Tanaka, Pangeran Bernards dan sejumlah pejabat negara berwibawa lainnya oleh Lockheed pemojokan dan intrik yang diungkapkan dalam kasus LNG di Aceh. Ini semua hanya sekelumit contoh. Sementara itu, karena motif keuntungan semata-mata, pola kegiatan perusahaan multinational cenderung menciptakan kesejahteraan yang timpang dan merangsang gaya hidup yang sangat boros. Tiap peserta kelebihan pendapatan langsung dicegat dengan variasi produksi yang telah disiapkan. Barang-barang dan teknologi yang dijual secara terencana dibuat cepat usang atau ketinggalan zaman. Sasaran inceran adalah strata masyarakat berpendapatan tinggi. Mereka ini terus menerus dirangsang untuk menjadi konsumtip. Belum lagi kelicikan memindah-mindahkan industri yang mencemari, dari negara yang mulai galak, ke negara yang masih belum tahu. ** "Pertumbuhan ekonomi" yang dibawa oleh perusahaan multinational itu secara inher(nt meningkatkan intensitas ketergantungan ekonomi di antara berbagai negara melalui matarantai subsidiariesnya di negara tersebut. Celakanya perilaku dari sistem ikatan ini sebagian terbesar di luar jangkauan pengendalian otoritas pemerintahan negara-negara itu. Kehendak otoritas pemerintahan suatu negara untuk mencapai tujuan nasional tidak selaln bisa didukung sepenuhnya oleh perusahaan multinational karena adanya tiga kekuatan kepentingan di atas. Jadi makin besar peranan perusahaan multinational dalam kehidupan sosial ekonomi, berarti makin tinggi intensitas penetrasinya terhadap kedaulatan nasional suatu negara dalam menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaannya. Ketergantungan penyediaan kebutuhan pokok seperti sabun mandi, sabun cuci, margarine, pasta gigi, minyak goreng dan keterikatan pada pelayanan teknologi atas jantung sistem administrasi dan pertahanan pada perusahaan multinational, bisa sangat vulnerable buat bangsa itu. Unilever, IBM misalnya memegang peranan penting di bidang ini di Amerika Latin, Asia dan Afrika. Begitu pula penggalian sumber-sumber alam dan mineral. Apa kita juga sudah siap menghadapi berbagai kemungkinan itu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus