Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Nasib Lau Dan Tok, Tok, Kelotok

Taksi air merupakan kendaraan rakyat paling populer di sungai-sungai di kalimantan tengah. Sewa pun jauh lebih rendah dari motor tempel yang banyak dipakai untuk angkutan jarak dekat.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAU alias Suyanto, tadinya hanya seorang supir truk di Palangkaraya. Namun suatu malam, arwah Bawi Kuwu (perempuan pingitan) yang terkungkung dalam Batu Banama (batu berbentuk kapal) di Tangkiling, 30 Km dari Palangkaraya, berkenan memberikan nasib baik padanya. Setelah bersemedi di batu keramat itu, tahun lalu dia berhasil menebak nomor Undian Harapan yang tepat, dan menang Rp 75 juta. Dia segera membeli 4 taksi air a Rp 4 juta untuk angkutan sungai di trayek Banjarmasin-Palangkaraya dan Kualakapuas-Muarateweh. Anak-anak muda suku Banjar dari kampung halamannya di sungai Kapuas, Mandomai diangkatnya jadi awak kapal. Begitu cerita Ardan, juragan alias nakhoda KM Hernita, salah satu kapal sungai milik jutawan muda itu. Investasi Suyanto di sungai memang tepat. Sebab taksi air adalah kendaraan rakyat paling populer untuk perjalanan jauh di sungai-sungai Kal-Teng. Dan masih langka. Buktinya hanya setiap dua hari ada yang berangkat dari Palangkaraya ke hilir. Harga karcisnya yang murah - Rp 750 untuk trayek Palangkaraya-Kualakapuas yang jauhnya kurang lebih 500 Km, atau 12-14 jam berlayar - membuatnya selalu sarat penumpang. Fungsinya seperti bis atau kereta api kelas rakyat di Jawa. Bentuknya sederhana saja: sebuah peti terapung di atas chassis perahu dengan satu ruang utama di mana 30 penumpang lebih duduk di atas tikar atau berbaring dempet-dempetan. Di sela-sela kaki dan tubuh penumpang, teronggoklah keranjang, kopor, rantang untuk bekal bermalam di sungai, serta barang-barang cangkingan lainnya. Dari langit-langit yang hanya « - 1 meter tingginya, bergantungnlah bayi-bayi yang didudukkan atau ditidurkan kedalam selendang. Di bagian depan, ruang penumpang itu dipotong sedikit dengan sekat tripleks untuk ruang nakhoda. Sedang ruang mesin di bagian belakang hanya dipisahkan dengan kawat kasa dari ruang penumpang. Komunikasi antara juragan dan masinis hanya berjalan lewat seutas tali nilon penarik pukulan bel, yang sesekali disentakkan oleh nahkoda sesuai dengan kode pengatur kecepatan mesin. Longboat Dalam perjalanan mudik ke Palangkaraya, atap peti terapung itu tak tampak karena sarat ditimbuni pisang, sayur mayur, karung dan keranjang yang hanya ditutup terpal penangkis hujan yang menyirami bumi Kalimantan dengan curah 6-10 ribu mili setahun. Selain di atas atap, masih ada ruang barang tersembunyi. Yakni di ruang palka di bawah lantai papan di ruang penumpang. Di situlah biasanya disimpan karung-karung beras dan benda-benda berat lainnya sebagai stabilisator jalannya kapal. Untuk jarak pendek dan bila tak membawa banyak barang, rakyat biasanya naik longboat: sampan beratap rendah dan bertubuh ramping panjang, yang digerakkan motor tempel bensin campur bertenaga 6 PK (bandingkan dengan mesin disel taksi air yang bisa mencapai 33 PK). Meskipun tenaganya lebih kecil, tapi karena penumpangnya lebih sedikit -- yang pendek 5 orang, yang panjang 10 orang -- kecepatannya lebih tinggi dari taksi air. Tapi tarifnya juga 2 x lipat. Saking rendahnya, perahu bermotor ini mudah oleng, dan penumpang sering kecipratan air. Terutama kalau disalib motor balap (speedboat). Selain taksi dan sampan panjang, ada juga perahu kelotok yang dapat disamakan dengan becak di darat karena paling murah tapi juga paling lambat. Alat angkutan sungai ini pada dasarnya adalah perahu tradisionil dengan penumpang sampai 10 orang, dan dilengkapi mesin disel hasil rakitan dalam negeri yang bersuara 'tok, tok, tok'. Makanya disebut kelotok. Kendaraan ini populer untuk lalulintas antar kampung, untuk menyeberangi sungai, dan sebagai penghubung muara-muara anjir (terusan-terusan yang digali Belanda awal abad ini). Meskipun frekwensi kecelakaan di sungai lebih rendah dari pada di darat, keselamatan pelayaran di sungai cukup Askan. Pemancar radio Direktorat Lalu Lintas & Angkutan Sungai, Danau & Ferry (DLLASDF) seperti yang dipakai untuk berkomunikasi dengan kapal-kapal di sungai Kapuas Bohang, Kalimantan Barat, belum dikenal di propinsi Reynout Sylvanus ini. Para juragan lebih banyak mengandalkan pengenalan medan, tradisi, intuisi, dan teknologi yang masih sangat sederhana. Padahal sungaisungai di propinsi yang besarnya 1¬ x pulau Jawa itu merupakan urat nadi ekonomi dan perhubungan yang paling vital. Hapuskan Bayangkan saja: dari 2000 sungai dan anak sungai di Kal-Teng ada 10 sungai besar yang dianggap ekonomis karena tidak banyak terpengaruh dalam dan arusnya oleh pasang surut air sungai dan laut. Yang utama adalah Barito yang hilirnya bermuara di Kal-Sel, Kapuas, Kahayan, Katingan dan Mentaya. Lewat sungai-sungai berikut anak sungai dan anjirnya ini para pedagang hasil bumi berselisih jalan dengan rakit-rakit kayu meranti ramin dan agatis yang mau diekspor atau digergaji di hilir. Juga anak sekolah, pejabat yang sedang turne, serta guru-guru dan pegawai-pegawai rendahan dari hulu yang milir ke Palangkarya mengurus gaji yang sering terlambat 3-4 bulan, bedayar di sungai itu. Air tenang jangan disangka tak berbuaya. Tapi lebih-lebih lagi yang ditakuti para pengemudi dan penumpang adalah kayu-kayu tenggelam yang tersembunyi ibarat ranjau di bawah permukaan. Makanya harapan para juragan adalah agar pengerukan Anjir Sarapat oleh DLLASDF juga diikuti dengan pemeliharaan kebersihan dan kedalaman alur sungai dari ranjau-ranjau kayu itu. Dan bukan sekedar pembersihan kiambang-kiambang oleh tongkang-tongkang 'Dinas Sampah Sungai'. Namun apa yang ada di benak Dirjen Perhubungan Darat Sumpono Bayuaji lain lagi. "Hapuskan kapal kayu, karena tidak aman" kata Sumpono Bayuaji, "lalu ganti dengan kapal fibreglass, atau paling baik lagi: kapal besi". Sebagai tahap pertama, ada pinjaman dari Yugoslavia untuk pembuatan 22 bis sungai dan 22 truk sungai yang bakal dilayarkan di Kalimantan dan Jambi. Lantas, mau dikemanakan ratusan - ba'nkan ribuan -taksi, longboat, kelotok dan sampansampan yang sudan mendarah-daging dalam kehidupan penduduk perairan sungai Kalimantan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus