Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhammad Tito Karnavian
BARD O’Neill, pakar terorisme Amerika Serikat, berkata, ”If guerilla warfare is the weapon of the weak, then terrorism is the weapon of the weakest”. Menurut dia, terorisme adalah taktik pihak yang jauh lebih lemah untuk menekan lawan agar mau mendengar dan menerima tuntutan politisnya. Insiden teror Mumbai pada 26-29 November lalu kembali menunjukkan betapa berbahayanya taktik ini. Hanya dengan kekuatan sepuluh orang, teroris mampu membuat dampak luar biasa.
Beruntung, kepolisian India dapat menangkap hidup salah satu pelaku, Ajmal Amir Kasab. Jika tidak, otoritas India akan sulit mengungkap jaringan yang terlibat tindakan teror tersebut dalam waktu singkat. Dari tersangka itu dapat diperoleh banyak keterangan tentang perencanaan dan eksekusi operasi mereka. Ia mengaku berasal dari kelompok Lashkar-e-Toiba.
Hasil investigasi ini pun membawa implikasi politis amat luas, karena Lashkar-e-Toiba (LeT) merupakan kelompok insurgen Pakistan yang punya hubungan erat dengan pemerintah Pakistan, khususnya Inter-Service Intelligence (ISI).
Pada masa Perang Afganistan-Soviet era 1980-an, Pakistan menjadi front line Blok Barat untuk menghentikan ekspansi Soviet ke Asia Tengah. Dalam operasi ini, ISI menjadi ujung tombak yang mengatur dukungan Barat kepada pejuang Taliban di Afganistan, termasuk memfasilitasi dan mengirim para mujahidin Pakistan dan internasional.
Setelah Soviet kalah, mujahidin Pakistan berpindah ke Kashmir. Kawasan obyek sengketa Pakistan-India tersebut dijadikan tempat jihad baru. Sebagian bergabung dengan Lashkar-e-Toiba, sayap militer Markaz Dawa wal Irshad pimpinan Profesor Hafiz Muhammad Saeed. Kelompok yang muncul pada 1991 ini aktif mendukung militer Pakistan melawan India.
Setelah serangan teroris ke gedung World Trade Center pada 11 September 2001, Lashkar yang memiliki hubungan erat dengan Al-Qaidah ini dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Amerika, Inggris, Australia, dan sejumlah negara lain. Karena tekanan dari pihak Barat, Pakistan, di masa Presiden Pervez Musharraf, menyatakan kelompok ini dilarang.
Ternyata Pakistan tidak benar-benar melarang kelompok ini, demi kepentingan melawan India. Mereka dibiarkan membentuk organisasi politik legal di Pakistan bernama Jama’at-ud-Dakwah (JUD) dan sayap klandestin militer yang berpusat di Kashmir. Sayap militer ini terus aktif melakukan aksi militan melawan India, terutama dengan taktik teror.
Awalnya kelompok ini beroperasi di Kashmir saja dan menyerang unit-unit militer India, yang menduduki dua pertiga wilayah Kashmir. Namun mereka memperluas daerah operasi dengan menyerang sasaran sipil di wilayah India. Gedung parlemen India menjadi sasaran serangan pada 2001, dan pada 2006 kelompok ini mengebom kereta api di Mumbai.
Jika teror Mumbai 2008 ini dilakukan Lashkar-e-Toiba, dampak utamanya adalah makin buruknya hubungan India dan Pakistan. India sudah menuntut Pakistan bertindak tegas terhadap kelompok ini. Sedangkan bagi pemerintah Pakistan, jika laskar ini ditindak, kekuatan konfrontasi dengan India atas Kashmir berkurang. Tekanan juga menimbulkan resistensi politik domestik dari pendukung JUD. Namun, jika Pakistan tidak menindaknya, India dapat mengancam dengan kekuatan bersenjata, yang dapat memicu perang nuklir kedua negara.
Teror Mumbai ini juga pasti mengubah sikap Amerika dan sekutunya terhadap jaringan LeT. Kedekatan LeT dengan Al-Qaidah dan jatuhnya korban warga negara Blok Barat membuat AS dan sekutunya menekan Pakistan agar membersihkan LeT. Serangan Mumbai pun tidak dianggap sebagai masalah India dan Pakistan semata.
Insiden ini juga akan memperkuat alasan pemerintah Obama memfokuskan operasi melawan teror di Afganistan dengan target jaringan Al-Qaidah, yang diperkirakan berbasis di perbatasan Pakistan-Afganistan. Aksi LeT di Mumbai ini merupakan indikasi kuat bahwa Al-Qaidah masih hidup. Keterlibatan LeT juga akan menjadi pintu masuk Amerika mengintervensi Pakistan, yang selama ini keberatan jika Amerika Serikat masuk ke wilayah Pakistan untuk menyerang jaringan Al-Qaidah di negara itu.
Asia Tengah memang merupakan center of gravity aksi terorisme global. Meski belum ditemukan bukti hubungan langsung antara jaringan LeT dan jaringan teror di Indonesia, LeT dan Al-Jamaah al-Islamiyyah merupakan kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaidah. Jadi, pemerintah Indonesia tidak boleh terlena dengan keberhasilannya selama ini menumpas aksi terorisme di dalam negeri. Modus teror Mumbai bisa dijadikan bahan antisipasi untuk pencegahan teror serupa di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo