Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengkritik proyek lumbung pangan atau food estate sebagai kejahatan lingkungan.
Food estate gagal terbangun dengan baik padahal hutan-hutan telah habis ditebangi.
Menyerang Prabowo Subianto sebagai penanggung jawab proyek food estate.
DI mata politikus, seperti Hasto Kristiyanto, sebuah urusan begitu mudah menjadi bahan pujian sekaligus cacian. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan ini ujuk-ujuk mempersoalkan proyek lumbung pangan alias food estate pemerintahan Joko Widodo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selepas acara penganugerahan Museum Rekor-Dunia Indonesia untuk PDI Perjuangan di Ciawi, Jawa Barat, pada 15 Agustus lalu, Hasto menuding food estate sebagai proyek gagal yang membuat hutan-hutan lenyap karena digunduli untuk dijadikan perkebunan singkong. Bahkan dia menyebutnya sebagai kejahatan lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanya dalam hitungan 394 hari, Hasto berubah 180 derajat dari pendukung menjadi pengkritik keras salah satu program strategis nasional yang diluncurkan pada Juli 2020 itu. Pada acara pembekalan Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan ke-10 di Universitas Palangka Raya, 17 Juli 2022, Hasto mendukung food estate serta mengapresiasi prajurit Tentara Nasional Indonesia yang terjun langsung menanam singkong di hutan Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Hasto memang tak menyebut penyeleweng proyek ini. Namun mudah dibaca bahwa telunjuk Hasto mengarah kepada penanggung jawab salah satu proyek food estate di Kalimantan Tengah, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Karena itu, pernyataan Hasto bahwa food estate adalah kejahatan lingkungan segera bisa kita lihat sebagai manuver politik menyerang Jokowi dan Prabowo sekaligus belaka.
Serangan Hasto seiring dengan kecenderungan Presiden Jokowi mendukung Prabowo sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024, ketimbang menyokong koleganya di PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo. Secara jumlah partai, Prabowo lebih banyak pendukungnya ketimbang Ganjar. Elektabilitasnya pun terus mengungguli Ganjar, yang stagnan sejak dideklarasikan pada 21 April 2023.
Kalau memang peduli pada kerusakan lingkungan akibat proyek food estate, mengapa Hasto dan politikus PDI Perjuangan baru melek sekarang? Ke mana saja mereka ketika liputan media, seperti temuan majalah ini pada Oktober 2021, mengungkap fakta bahwa food estate Prabowo Subianto merusak hutan Kalimantan sementara singkong tak kunjung tumbuh. Tiga desa di sekitar proyek food estate terendam banjir ketika hujan turun.
Tak hanya merusak lingkungan, proyek ini juga sarat konflik kepentingan. Selain memakai tentara, pelaksana proyek adalah PT Agro Industri Nasional (Agrinas). Perusahaan ini didirikan Yayasan Karyawan Kementerian Pertahanan yang dikelola oleh orang-orang politikus Partai Gerindra dan tentara anak buah Prabowo.
Baca artikel:
- Bencana Proyek Lumbung Pangan
- Main-Main Lumbung Pangan
- Peran Agrinas dalam Proyek Food Estate
- Mengapa Food Estate Gagal?
Bila proyek food estate di Gunung Mas berlanjut, kerusakan lingkungannya bisa lebih parah. Sekitar 2.000 hektare lahan food estate merupakan permukiman, kebun karet rakyat, permakaman umum, dan rumah bersertifikat hak milik. Sekitar 18 ribu hektare lahan proyek lumbung pangan juga merupakan habitat orang utan Kalimantan yang langka dan dilindungi.
Kini, lima bulan menjelang Pemilu 2024, food estate menjadi bola panas yang mudah digocek politikus seperti Hasto dkk untuk mendiskreditkan lawan politik. Kerusakan lingkungan akibat food estate adalah fakta, menggorengnya untuk kepentingan politik kian menunjukkan para politikus tak sebenarnya peduli pada program pemerintah yang merusak dan tak direncanakan secara matang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kejahatan Lingkungan dalam Gocekan Politikus"