Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PARA penampil di layar televisi—petinggi, narasumber, dan awak televisi sendiri—tampak terbelah dalam mengucapkan akronim atau singkatan Covid-19 secara lisan. Ada yang utuh menuturkannya dalam bahasa Inggris, “covid nineteen”; sebagian yang lain melisankannya “covid sembilan belas”. Dari sisi demokrasi berbahasa, pilihan atas kedua ragam pengucapan itu bolah-boleh saja. Namun, repotnya, pelaku kedua ragam ucapan tersebut dalam posisi berinteraksi langsung—berdiskusi, berwawancara, atau melapor dari lapangan—dalam ruang dan waktu bersamaan. Alunan “rima” komunikasi, jadinya, terasa tak selaras.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo