Kondom MASRI SINGARIMBUN KONDOM punya kaitan dengan dua hal yang dari segi moral bertolak belakang: dunia hitam pelacuran dan upaya yang mulia merencanakan keluarga. Dalam sejarah kondom banyak disebut-sebut nama Casanova, salah seorang petualang Venesia abad ke18. Secara terinci pencinta ulung ini menguraikan bagaimana dia menggunakan kondom dalam memoarnya yang tersohor. Kondom yang dipakainya transparan, dibuat dari usus binatang. Menurut Casanova, selain merupakan upaya pencegahan penyakit kelamin, "kantong preventif" ini membuat wanita bebas dari kekhawatiran akan hamil. Katanya, "mantel Inggris" ini membuat pikiran menjadi tenteram. Perkembangan teknologi kontrasepsi dan filsafat tentang seks menghasilkan berbagai jenis kondom. Untuk jangka waktu yang lama, selain dibuat dari usus binatang -- seperti usus domba dan anak lembu -- kondom dibuat dari karet yang cukup tebal karena vulkanisasi karet belum ditemukan. Kini kondom dari karet sudah sangat tipis dan kuat. Pada tahun 1970-an dihasilkan kondom dengan bermacam warna: kuning, lembayung, biru, dan hijau. Maksudnya untuk menyampaikan pesan bahwa hubungan seks itu indah dan romantis. Pada kemasannya tertulis Samoa atau Tahiti, untuk mengingatkan pemakai pada kawasan Pasifik yang romantis. Setelah Perang Dunia II terjadilah revolusi dalam teknologi kontrasepsi dengan akibat meluasnya pemakaian pil dan spiral. Di samping itu, sterilisasi tambah lama tambah populer akibat kekhawatiran akan akibat samping pil. Jenis-jenis kontrasepsi baru tersebut menggeser kondom sebagai alat kontrasepsi, yang pernah menjadi primadona di berbagai negeri industri. Umpamanya, tiga cara utama di Inggris pada tahun 1950-an adalah berturut-turut kondom, sanggama terputus, dan pantang berkala, sedangkan di Amerika Serikat adalah kondom, diafragma, dan pantang berkala. Pemakai kondom cukup banyak di Denmark dan Finlandia, tetapi yang paling menonjol di dunia adalah Jepang. Negeri Matahari Terbit ini adalah negeri kondom. Ada yang mengatakan bahwa seperempat dari kondom di dunia dikonsumsi oleh Jepang. Malah, aneh bin ajaib, pil antihamil dilarang pemakaiannya. Sampai sekarang cara-cara KB yang utama di Jepang adalah kondom dan pantang berkala. Di dalam sejarah perkembangan program KB, India telah melaksanakan program kondom yang terkenal, yang dinamakan Nirodh Program. Program tersebut dilancarkan secara besar-besaran dan cukup efektif sehingga proporsi pemakaian kondom cukup besar di sana, di samping tubektomi dan IUD. Dalam hubungannya dengan kondom, Muangthai mempunyai cerita yang tersendiri. Seorang tokoh KB dan tokoh lembaga swadaya masyarakat bernama Mechai Viravaidya sangat aktif mempopulerkan kondom. Kondom dibuatnya jadi barang mainan dengan cara anak-anak disuruh berlomba meniup kondom. Dengan demikian, konotasi negatif dari kondom dihilangkan. Dalam program KB Indonesia, peranan kondom dapat dikatakan lumayan walaupun tidak begitu menonjol. Angka-angka pada tahun 1970-an menunjukkan, secara nasional penggunaan kondom menempati nomor tiga, sesudah pil dan IUD. Pemakai kondom berkisar antara 4% dan 6% dari seluruh akseptor. Namun, popularitas kontrasepsi suntik membuat kondom tergeser menjadi nomor empat sejak tahun 1982. Kini kontrasepsi suntik ini malah sudah menjadi primadona pada tingkat nasional. Terdapat variasi antarprovinsi yang cukup penting dalam penerimaan kondom. Di Sumatera Utara proporsi pemakai kondom dapat dikatakan lumayan, tetapi yang paling menonjol adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk beberapa tahun ( 1980-1983) sekitar sepertiga dari seluruh akseptor di DIY adalah akseptor kondom. Kondom menjadi pangeran, kata orang. Karena kemanjurannya lebih rendah dari IUD, apalagi daripada sterilisasi dan implant (susuk), BKKBN mengupayakan agar kondom tidak begitu dominan. Namun bila dibandingkan dengan provinsi lainnya, proporsi pemakai kondom di DIY dewasa ini adalah yang terbesar. Belakangan ini, berkat kekhawatiran akan menjalarnya AIDS yang menakutkan itu, kondom naik daun. Siapa yang tidak khawatir akan penyakit yang fatal yang meluluhkan sistem kekebalan tubuh itu? Maka, negara tetangga Muangthai sudah mengibarkan bendera kuning. Kalau tidak waspada, jangan-jangan upaya menggaet dolar melalui industri pariwisata akan menghasilkan wabah AIDS pula. Kini delapan kota -- Yogya, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Ujungpandang, dan Medan -- mendapat prioritas untuk penanggulangan AIDS. Seminar-seminar dilangsungkan untuk menyoroti masalah penting ini. Walaupun belum ditemukan indikasi penyakit AIDS di Yogya dan berbagai kota lainnya, disoroti perilaku seksual kelompok-kelompok berisiko tinggi yakni WTS, pria tunasusila, pramupijat, pramubar, pramuklub malam, homoseksual, dan waria. Menurut para ahli, dengan memakai kondom sekitar 90 persen penyakit kelamin dapat dicegah, termasuk AIDS. Maka, pemakaian kondom perlu digalakkan dalam hubungan seks di luar perkawinan. Namun, di dalam Seminar dan Lokakarya AIDS di Denpasar baru-baru ini terungkap bahwa BKKBN mempunyai keberatan. BKKBN tidak menghendaki program KB tercemar dan citra kondom rusak karena secara resmi dicanangkan menjadi alat pencegah AIDS dan penyakit kelamin (TEMPO, 10 Agustus 1991). Sarlito Wirawan menganjurkan jalan tengah, yakni membedakan dua fungsi kondom dengan perbedaan warna. Kondom untuk KB mempunyai tanda lingkaran biru, sedangkan kondom untuk pencegah AIDS dan penyakit kelamin ditandai dengan lingkaran merah. Menurut saya, taktik pembedaan warna tidak perlu. Soalnya, warna bungkus kondom aneka ragam di pasaran, dan itu tidak perlu ditertibkan. Yang diperlukan adalah kampanye kondom besar-besaran dengan menekankan dwifungsi kondom. Satu fungsinya untuk keluarga berencana dan satu lagi untuk mencegah AIDS dan penyakit kelamin. Kalau perlu, kita berkonsultasi pada Pak Mechai dari Muangthai bagaimana cara menghilangkan noda kondom, agar kondom dapat melaksanakan dwifungsinya dengan sukses. Jangan lupa meminta nasihat pada Pak Yoop Ave yang pernah melontarkan gagasan agar kondom disediakan di hotel-hotel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini