RENCANA TVRI untuk menyiarkan pelajaran bahasa Arab mulai ulang tahunnya yang ke-28, 24 Agustus 1990 mendatang, tentu akan disambut gembira banyak orang, terutama mereka yang sedang belajar atau ingin belajar bahasa Arab. Bahasa ini penting sekali bagi orang yang ingin menelaah kitab-kitab agama dan memperdalam ajaran agama Islam dari sumber pertama. Juga bagi mereka yang akan melanjutkan studi agama ke salah satu negara di Timur Tengah. Pelajaran bahasa Arab sebenarnya tidak terbatas hanya untuk bidang agama. Dalam dunia sastra, misalnya, klasik atau modern, bahasa ini menarik juga untuk dipelajari. Aliran-aliran yang ada dalam sastra modern, novel, cerita pendek, drama, kritik sastra dan puisi, cukup mengundang perhatian, dan turut memberikan beberapa tawaran alternatif kepada kita untuk mencari perbandingan dengan sastra dunia. Dalam dunia internasional, seperti di PBB, bahasa Arab juga sudah disahkan pemakaiannya. Tetapi kita juga perlu menyadari, dengan menguasai bahasa Arab tidak berarti orang akan lebih mudah mencari pekerjaan di kantor-kantor, seperti halnya penguasaan bahasa Inggris misalnya. Nilai dan fungsi kedua bahasa ini memang berbeda. Pada tahun-tahun belakangan ini, buku-buku berbahasa Arab, khususnya bidang keagamaan yang perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, makin lama terasa makin banyak jumlah dan ragamnya. Tetapi mencari tenaga penerjemahnya rasanya tidak begitu mudah. Kalau kita mengambil contoh dari bahasa-bahasa lain -- Urdu, Iran, Turki, dan Inggris -- yang sudah banyak menerjemahkan karya-karya dari bahasa Arab, dalam bidang agama atau budaya tidak seharusnya Indonesia, dengan jumlah umat Islamnya yang sering dibanggakan, jauh tertinggal di belakang. Dengan banyak menerjemahkan literatur Islam ke dalam bahasa Indonesia, bukan tidak mungkin bahasa Indonesia akan menjadi salah satu acuan kepustakaan Islam yang dapat diandalkan. Sekaligus ini berarti mempertinggi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, bukan saja ke dalam, tetapi juga ke kawasan lain di luar Indonesia. Siapa tahu lambat laun bahasa Indonesia dapat menduduki tempat yang layak dalam kepustakaan Islam sehingga menjadi bahasa Islam kedua atau ketiga di dunia. Selama ini, seperti dinyatakan kedua penulis tafsir Quran terkenal Abdullah Yusuf Ali dan Maulana Muhammad Ali, bahasa Islam yang kedua adalah bahasa Inggris. Pernyataan ini beralasan sekali. Tetapi bagaimanapun, untuk menuju ke arah itu bahasa pertama perlu lebih dahulu dikuasai dengan baik. Selama ini orang yang memang sudah telanjur tidak menguasai bahasa Arab, tetapi menguasai salah satu bahasa asing dengan baik, khususnya bahasa Inggris, memperdalam ajaran agamanya melalui bahasa itu mengingat sekarang tidak sedikit kitab penting dalam bahasa Arab, seperti terjemahan Quran dan tafsirnya, serta beberapa kumpulan hadis Nabi dan kitab fikih yang penting, sudah ada terjemahannya dalam bahasa Inggris. Malah baru-baru ini sudah terbit pula Quran terjemahan versi Inggris-Amerika yang pertama kali dalam sejarah, diterjemahkan oleh seorang Amerika muslim, Dr. T.B. Irving (Ta'lim Ali), yang akan disusul dengan tafsirnya. Bagi mereka yang "sudah telanjur tidak menguasai bahasa Arab", pelajaran bahasa ini melalui TVRI merupakan tawaran tersendiri, dan sekaligus barangkali berlaku dalil bahwa orang yang sudah menguasai salah satu bahasa asing akan lebih mudah mempelajari bahasa asing lainnya. Bahasa apa pun yang kita pelajari, sama saja, gampang-gampang sulit. Anggapan orang bahwa bahasa Arab lebih sulit dipelajari sama sekali tidak benar. Sama halnya dengan bahasa-bahasa lain, bahasa ini bila kita pelajari dengan sungguh-sungguh akan dapat kita kuasai dengan baik meskipun tidak berarti pelajaran itu dapat begitu saja diajarkan. Kalaupun ada juga yang dirasa agak sulit barangkali hanya pada huruf dan pengucapan bagi mereka yang belum pernah mempelajari dari dasar. Tekanan yang lebih mendesak tentunya pada cara pengajaran, sistematika, dan metodenya, di samping tenaga pengajar, sarana, dan alat-alat bantu yang memadai, termasuk kemampuan TVRI menyelenggarakan dan menayangkan film-film yang diperlukan untuk menunjang acara itu. Sebagai perbandingan: orang begitu bergairah belajar bahasa Inggris lewat TVRI, selain karena motivasi tertentu, juga didorong oleh adanya film-film berbahasa Inggris yang ditayangkan televisi hampir setiap malam. Features semacam ini akan merupakan salah satu faktor yang akan membuat orang lebih bergairah belajar bahasa itu, sebagai lauk-pauknya. Bagaimana dengan pelajaran bahasa Arab? Dapatkah pelajaran yang melalui audio-visual ini juga dilengkapi dengan film-film cerita? Teringat saya pada pengalaman beberapa tahun yang lalu. Menjelang akhir tahun 1987, dua orang pemimpin sebuah lembaga film dan televisi Arab di Mesir datang ke Indonesia, menawarkan jasanya dengan menyediakan beberapa seri film dakwah Islam. Yang sudah selesai dibuat, menurut keterangan mereka, antara lain seri sejarah Islam, dari masa Nabi sampai perjuangan Jamaluddin Afgani, dan akan dilanjutkan sampai masa-masa sesudah itu. Ada pula seri dakwah berupa penerangan agama untuk berbagai tingkat laki-laki dan perempuan, dan ada pula khusus untuk anak-anak. Disebutkan juga ketika itu, pola ini sudah berjalan di beberapa negara, antara lain di Malaysia. Ketika mereka mengatakan bahwa kesulitan yang dihadapi di Indonesia soal dubbing, mengalihkan percakapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, saya katakan bahwa film demikian tidak perlu di-dub. Selama percakapan dalam film itu dilakukan dalam bahasa Arab baku, bukan bahasa percakapan (colloquial), ia justru akan lebih disukai, dan lebih bermanfaat, karena ini dengan sendirinya juga akan membantu orang yang sedang belajar bahasa Arab. Soal pengertiannya, secara umum cukup dilengkapi dengan titling, seperti yang biasa berlaku dalam film-film bahasa asing lainnya. Ada manfaat lain yang dapat kita pikirkan dalam pembuatan seri film sejarah Islam itu. Bukan tidak mungkin di kemudian hari kita mengadakan kerja sama perfilman dengan melanjutkan seri film sejarah di Indonesia, seperti yang mungkin dibuat untuk Turki dan negara-negara lain. Saya tidak tahu pasti sampai berapa jauh usaha mereka menawarkan jasanya itu kepada Pemerintah Indonesia. Kabarnya, mereka pernah menawarkan film-film itu kepada Departemen Penerangan dan Departemen Agama. Film-film serupa ini, selain berisi dakwah dan pelajaran agama, saya kira juga akan merupakan lauk-pauk yang bermanfaat untuk pelajaran bahasa. Dan ini memang perlu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini