Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Tidak Sesipil Itu, Ferguso...

Makna kata sipil lebih luas dari sekadar antonim dari personel militer. Berhubungan dengan bahasa Belanda dan Inggris.

30 Juni 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ISTILAH sipil mencuat lagi belakangan ini setelah muncul kontroversi seputar rencana revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia yang akan memperluas jabatan sipil yang bisa diisi militer. Istilah itu juga selalu muncul ketika masyarakat membahas kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan aparatur sipil negara dan masyarakat sipil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak kecil, makna kata sipil yang terpatri dalam pikiran saya adalah kecil atau tentang hal kecil. Boleh jadi makna itu tertanam karena saya sering mendengar ungkapan bahasa Sunda pada 1970-an seperti “Ah, sipil eta mah!”, yang bisa dimaknai sebagai “Gampang, itu hal kecil”. Ungkapan itu sepadan dengan ungkapan pada ragam cakap yang bertahan saat ini seperti “cincailah” atau “lapan enamlah”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Makna kata sipil sebagai hal kecil ini juga tercatat dalam Kamus Basa Sunda (2006) yang disusun oleh R.A. Danadibrata yang menerakan sublema perkara sipil yang dimaknai juga sebagai perkara enteng (ringan). Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hanya menerakan maknanya sebagai “perkara (sengketa) antara seseorang dan orang lain (bukan perkara pelanggaran atau kejahatan)” dan perkara perdata untuk sublema perkara sipil.

Makna kecil atau tentang hal kecil pada kata sipil itu makin terasa kuat ketika kita mengamati “karakter bunyi”. Dalam amatan saya, bunyi il pada suku kata akhir biasanya menimbulkan kesan kecil atau bersifat kecil, seperti pada kata pil, kutil, upil, sentil, kecil, mungil, dan bintil. Sebagai pembuktian bahwa bunyi il membawa makna kecil, bisa kita bandingkan kata bintil dengan bentol. Di KBBI kata bintil dimaknai sebagai bintul (bercak) kecil (seperti bekas digigit nyamuk), sedangkan bentol adalah bintik-bintik (agak besar) yang timbul pada tubuh.

Saya juga mencoba membandingkan kata sipil dengan kata sepele, yang berasal dari bahasa Jawa. Ada kedekatan bunyi di antara keduanya. Apakah makna kata sipil, yang berkaitan dengan hal kecil, mudah, atau enteng, itu terpengaruh oleh penggunaan kata sepele pada masyarakat? Ataukah makna itu muncul karena ada perubahan bunyi pada perkembangan kata seupil (sekecil upil) dalam ragam cakap?

KBBI tidak menerakan makna hal kecil, mudah, atau enteng itu dalam lema sipil. Kamus acuan pengguna bahasa Indonesia itu tampaknya hanya menyerap satu makna dari kata civiel (bahasa Belanda), yang berkenaan dengan penduduk atau rakyat (bukan militer). Makna tersebut selaras dengan dua jenis kepegawaian di Indonesia, yakni sipil (nonmiliter) dan militer. Lantas, bagaimana pemaknaan bentuk-bentuk frasa dengan kata sipil yang hidup di masyarakat, seperti perkara sipil, perang sipil, teknik sipil, dan masyarakat sipil?

Dari empat frasa yang kerap muncul itu, perkara sipil dan perang sipil masih ada dalam KBBI sebagai sublema (turunan) sipil. Perkara sipil dimaknai sebagai perkara perdata atau sengketa antarorang yang bukan kejahatan. Sementara itu, perang sipil, yang merupakan padanan dari civil war, merujuk ke sublema perang saudara.

Berbeda dengan kedua frasa tersebut, istilah teknik sipil dan masyarakat sipil tidak ditemukan dalam KBBI. Bahkan teknik sipil juga tidak ditemukan dalam glosarium “Pasti” (padanan istilah) Badan Bahasa, padahal ia sudah sangat umum digunakan di perguruan tinggi. Apakah hal itu karena KBBI merujuk kamus bahasa Inggris dan Belanda yang hanya menerakan istilah tersebut untuk persona, seperti civil engineer dan civiel-ingenieur? Apakah karena itu juga KBBI menyertakan kata sipil pada pemaknaan lema insinyur dan sarjana teknik (sipil, listrik, pertambangan, pertanian, mesin, dan sebagainya)?

Dalam masyarakat sipil, tampaknya para pekamus Badan Bahasa tidak menerakannya dalam KBBI karena sudah ada istilah masyarakat madani, padanan dari civil society. Namun ketiadaan itu perlu dipertimbangkan lagi karena istilah tersebut lazim digunakan oleh penutur bahasa Indonesia sekarang.

Ternyata sipil itu tidak sesipil yang saya bayangkan. Sipil bukan hanya antonim dari personel militer seperti yang dimaknai KBBI.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Tidak Sesipil Itu"

Tendy K. Somantri

Tendy K. Somantri

Pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan, Bandung

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus