Sungguh, saya merasa prihatin tatkala membaca berita mengenai seminar sehari para alumni Timur Tengah Cabang Jakarta (TEMPO, 23 Januari, Agama). Seminar yang, konon, untuk membantu meredakan Perang Iran-Irak, ternyata hanya berisikan pandangan-pandangan, yang memojokkan umat Islam yang bermazhab Syiah dan bangsa Iran semata sesama saudara kita dalam Islam. Ketiga pembicara - Prof. Dr. H.M. Rasjidi, Prof. Dr. Ibrahim Hosen, L.M.L., dan Dr. Fuad Fachruddin - terkesan begitu membutanya dalam mengemukakan pandangan-pandangannya, yang kelihatannya merasa paling benar. Lebih-lebih, pandangan Ibrahim Hosen, yang seenaknya saja mengatakan bahwa Syiah gerakan bertopeng agama. Ibrahim Hosen menyamakan Syiah dengan komunis. Juga, pandangan Fuad Fachruddin, yang saya rasa keterlaluan, karena mencerca Sayidina Ali dengan mengatakan bahwa tindakan Aii dalam Perang Unta tidak Islami ( telah dikoreksi, yakni "kurang Islami", bukan "tidak Islami" Lihat surat Panitia Seminar Alumni Timur Tengah, TEMPO, 6 Februari, Kontak Pembaca Red.). Pandangan ini, saya kira, bukan saja menyakiti hati kaum Syiah, tetapi juga menyakitkan hati kaum Suni. Sebab, baik Syiah maupun Suni amat menghormati dan mencintai Sayidina Ali, 'alaihi al-shalah wal al-salam, sahabat Nabi yang terkenal ke-zuhud-annya dan keberaniannya. Ia mendapatkan kepercayaan Nabi Besar Muhammad saw. menjadi pelindung putri terkasihnya, Fatimah az-Zahra, salah seorang dari empat wanita utama penghuni surga. Dengan mencerca Syiah dan bangsa Iran yang bermazhab Syiah Imamiyah (Syiah Dua Belas Imam) berarti Bapak-bapak telah membelakangi sikap para ulama dan intelektual sesama alumni Timur Tengah sendiri, para pendahulu Bapak-bapak sekalian, antara lain Syekh Muhammad Syaltut, Syehk Salim al-Bisri al-Maliki (keduanya bekas Rektor Universitas Islam al-Azhar, Kairo), dan Hasan al-Banna (tokoh Ikhwanul Muslimin). Padahal, Bapak-bapak sebagai intelektual Islam tadinya, saya kira, akan bersikap arif. Bahkan, Bapak-bapak telah membelakangi para imam mazhab Suni yang empat. Lupakah Bapak-bapak dengan hubungan yang begitu harmonisnya antara Imam Abu Hanifah dan Imam Ja'far as-Shadiq, imam ke-6 saudara kita yang bermazhab Syiah itu? Atau, Bapak tak mengetahui (atau pura-pura tak mengetahui) bahwa Imam Syafii, yang mayoritas kita di Indonesia merujuk kepadanya, begitu cinta dan hormat kepada ahlul bait (keluarga suci) Nabi Muhammad saw. dan saudara kita yang bermazhab Syiah, demikian pula sebaliknya. Jadi, menurut saya, seminar sehari itu jauh dari semangat persaudaraan sesama Islam. Daripada membuat makalah, yang tidak ada artinya sama sekali bagi persatuan Islam, lebih baik Bapak-bapak mengarahkan pena dan lidah untuk mengutuk Zionis Israel. Sebab, Zionis Israel telah melakukan pembantaian terhadap bangsa Arab Palestina yang tertindas dan mengotori Masjid al-Aqsa di Yerusalem, tempat suci umat Islam setelah Mekah dan Madinah. Dan, itu masih berlangsung terus sampai kini. Atau, Bapak-bapak tidak usah berbicara yang sia-sia, yang lebih banyak mudharat-nya daripada manfaatnya. Diam sajalah. DONI DARMAWAN, S.E. Jalan Palbatu Raya 19 Jakarta 12870
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini