WAKTU membaca Catatan Pinggir, TEMPO No. 16 tanggal 17 Juni 1978
yang mengulas tentang lari marathon Thamrin-Sudirman Race, saya
tertawa terbahak-bahak sampai keluar air mata. Wah, kali ini
Catatan Pinggir terlalu jauh mengulasnya, mbah. Waktu saya
berdiri di garis start Thamrin-Sudirman Race, memang banyak
orang mempergunakan kaos beriklan TEMPO. Saya pikir pasti TEMPO
akan membuat berita dalam kolom olah raga. Tetapi tidak nyana,
kalau diulas dalam Catatan Pinggir. Dan kemudian ulasannya
sampai ke luar pinggir.
Betapa tidak 1700 pelari yang muncul pagi itu dikatakan
mengidap Masokhisme, yaitu tentang keanehan jiwa yang merasakan
nikmat di saat tersiksa sampai-sampai, kata Catatan Pinggir,
seorang pelari jauh konon bisa mengetahui hubungan gaib antara
kedua rasa itu (apa pula yang gaib, bah, pen!).
Orang kadang-kadang boleh berlebihan terhadap sesuatu, tetapi
jangan sampai keterlaluan. Ini contohnya, Catatan Pinggir
menulis . . . . . Ada yang terjatuh, pingsan atau kesakitan. Ada
yang mencret di tengah jalan, dengan kotorannya mengalir dari
celananya ke paha. Sesudah masuk finish, saya tidak melihat
satupun orang yang mencret, sampai keluar kotoran dari celananya
sambil berlari.
Saya punya kesan, Catatan Pinggir dalam mengulas sesuatu itu
kadang-kadang seperti dalam bahasa Jawa koyo yok-yok O (sok
lebat). Dengan kegemarannya kutip sana, kutip sini, tepat atau
tidak tepat. Dikutipnya kaya William James Varieties of
Religious experience, yang kaget menemukan betapa miripnya
bahasa pelari jauh dengan bahasa kaum mistik. Seorang pelari
jauh disamakan dengan seorang ahli kebatinan (mistik). Kalau
nanti ada buku yang menulis bahwa ada kemiripan atau persamaan
antara pelari dengan seorang pemungut puntung rokok,
jangan-jangan dengan kaget dikatakan: betapa miripnya antara
atlit pelari dengan pemungut puntung rokok!
Satu contoh lagi .... Apalagi jika diterus-teruskan lari toh tak
menghasilkan tubuh yang elok yang muncul dari singlet basah
kuyup setelah hampir tiap hari 15 km itu biasanya badan yang
mirip orang cacingan -- dengan pipi kempot. Beratus-ratus juta
orang di dunia melakukan olahraga lari (di Amerika Serikat saja
ada 50 juta pelari -- The Christian Science Monitor -- dikutip
Indonesian Observer tanggal 7 Juni 1978), berpuluh-puluh ribu
atlit melakukan latihan ketahanan tubuh dengan berlari-lari
jauh, apakah mereka semua bercita-cita mempunyai tubuh bak
orang cacingan, dengan pipi kempot?
drs. B.W. SUBEKTI
Perumahan Lemigas B I
Cipulir -- Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini