Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Olah raga lari: masokhisme ?

Ulasan tempo dalam catatan pinggir tentang lari marathon thamrin-sudirman race dimana pesertanya mengidap masokhisme, adalah terlalu berlebihan. dan tentang olah raga lari tak menghasilkan tubuh yang elok. (kom)

15 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAKTU membaca Catatan Pinggir, TEMPO No. 16 tanggal 17 Juni 1978 yang mengulas tentang lari marathon Thamrin-Sudirman Race, saya tertawa terbahak-bahak sampai keluar air mata. Wah, kali ini Catatan Pinggir terlalu jauh mengulasnya, mbah. Waktu saya berdiri di garis start Thamrin-Sudirman Race, memang banyak orang mempergunakan kaos beriklan TEMPO. Saya pikir pasti TEMPO akan membuat berita dalam kolom olah raga. Tetapi tidak nyana, kalau diulas dalam Catatan Pinggir. Dan kemudian ulasannya sampai ke luar pinggir. Betapa tidak 1700 pelari yang muncul pagi itu dikatakan mengidap Masokhisme, yaitu tentang keanehan jiwa yang merasakan nikmat di saat tersiksa sampai-sampai, kata Catatan Pinggir, seorang pelari jauh konon bisa mengetahui hubungan gaib antara kedua rasa itu (apa pula yang gaib, bah, pen!). Orang kadang-kadang boleh berlebihan terhadap sesuatu, tetapi jangan sampai keterlaluan. Ini contohnya, Catatan Pinggir menulis . . . . . Ada yang terjatuh, pingsan atau kesakitan. Ada yang mencret di tengah jalan, dengan kotorannya mengalir dari celananya ke paha. Sesudah masuk finish, saya tidak melihat satupun orang yang mencret, sampai keluar kotoran dari celananya sambil berlari. Saya punya kesan, Catatan Pinggir dalam mengulas sesuatu itu kadang-kadang seperti dalam bahasa Jawa koyo yok-yok O (sok lebat). Dengan kegemarannya kutip sana, kutip sini, tepat atau tidak tepat. Dikutipnya kaya William James Varieties of Religious experience, yang kaget menemukan betapa miripnya bahasa pelari jauh dengan bahasa kaum mistik. Seorang pelari jauh disamakan dengan seorang ahli kebatinan (mistik). Kalau nanti ada buku yang menulis bahwa ada kemiripan atau persamaan antara pelari dengan seorang pemungut puntung rokok, jangan-jangan dengan kaget dikatakan: betapa miripnya antara atlit pelari dengan pemungut puntung rokok! Satu contoh lagi .... Apalagi jika diterus-teruskan lari toh tak menghasilkan tubuh yang elok yang muncul dari singlet basah kuyup setelah hampir tiap hari 15 km itu biasanya badan yang mirip orang cacingan -- dengan pipi kempot. Beratus-ratus juta orang di dunia melakukan olahraga lari (di Amerika Serikat saja ada 50 juta pelari -- The Christian Science Monitor -- dikutip Indonesian Observer tanggal 7 Juni 1978), berpuluh-puluh ribu atlit melakukan latihan ketahanan tubuh dengan berlari-lari jauh, apakah mereka semua bercita-cita mempunyai tubuh bak orang cacingan, dengan pipi kempot? drs. B.W. SUBEKTI Perumahan Lemigas B I Cipulir -- Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus