Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JIKA blue energy dan Super Toy lahir di Republik Mimpi, barangkali rakyat tak perlu kelewat cemas. Seperti bisa disaksikan di layar televisi, Republik Mimpi dipimpin pelawak, dengan kabinet didominasi menteri dan wakil presiden badut. ”Rakyat” memberikan aplaus pada setiap humor yang dilontarkan, bukan untuk program hebat yang ditelurkan.
Blue energy di Republik Mimpi pasti lucu banget. Air bening disulap menjadi biang minyak, amboi, sungguh banyolan orisinal. Lalu sekarang: padi varietas baru, Super Toy HL-2, dikisahkan bisa dipanen tiga kali dalam satu musim tanam. Total hasilnya dahsyat: 42,5 ton gabah per hektare. Pasti rakyat Republik Mimpi terpingkal-pingkal. Hasil kawin silang padi Rojolele Jawa dengan Pandanwangi itu konon menghasilkan malai dengan bulir padi bernas supergompyok.
Jangan-jangan penemu Super Toy terinspirasi tubuh cecak. Begitu buntut cicak putus dibetot, tak berapa lama muncul yang baru. Padi biasa sekali panen harus dibabat habis dan diganti tanaman padi baru. Tapi tunggul padi Super Toy konon akan tumbuh lagi sampai tiga kali setiap musim tanam. Sebuah revolusi besar, penemunya harus mendapat Hadiah Nobel—kalau semua ini bukan bualan. Ilmu pertanian baru sampai penemuan: dari tunggul padi biasa setelah dipanen memang akan tumbuh tanaman baru, akan muncul bulir dan ”cangkang” baru, tapi isinya kopong.
Petani di Republik Indonesia hanya tahu padi jenis paling hebat pun hasilnya cuma 5-6 ton per hektare. Kalau Super Toy digembar-gemborkan supertinggi hasilnya, pastilah swasembada pangan di depan mata. Ini cocok dengan target Presiden Yudhoyono dalam pidato anggaran pada pertengahan Agustus lalu.
Super Toy jelas dipercaya sebagai galur luar biasa, sehingga segalanya dibuat spesial. Panen perdana dilakukan Presiden Yudhoyono. Seperti lewat jalur bebas hambatan, Super Toy tak memiliki sertifikat lolos uji dari Departemen Pertanian—yang menjadi tanda bahwa benih itu laik ditanam petani. Kendati begitu, tetap saja Super Toy menyebar jauh ke berbagai tempat.
Gampang diterka, penyimpangan itu dimaklumi karena ada dukungan orang Istana. Yang membawa padi ”ajaib” itu ternyata sama dengan yang memperkenalkan blue energy ke Istana. Bahkan kali ini, mungkin saking yakinnya bakal menggemparkan, namanya dipasang di belakang jenis padi itu: HL. Dia Heru Lelono, anggota staf khusus presiden bidang otonomi dan pengembangan daerah.
Di tangan ”orang dekat” Presiden, langkah koreksi tak sempat dilakukan. Padahal, tiga tahun lalu di persawahan Sanden, Bantul, ketika dicoba di tiga petak sawah, hasilnya biasa-biasa saja. Bukan diteliti penyebabnya, padi itu malah ditanam di area yang jauh lebih luas di Purworejo, Jawa Tengah, di sawah seluas 103 hektare. Presiden Yudhoyono ikut panen. Panen berikutnya pada awal September gagal, petani menuntut ganti rugi dan membakar padi yang kopong.
Ada kesan, para penghuni Istana selalu kehilangan sikap realistisnya setiap kali menghadapi temuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sepertinya ada keasyikan mencoba cara-cara instan untuk memetik hasil besar. Presiden Yudhoyono sudah membantah keterlibatannya di proyek Super Toy, tapi semestinya ia mendesak Heru Lelono untuk mengganti kerugian petani. Setelah mengganti rugi petani, sulit membayangkan Heru masih bertahan di Istana—dengan atau tanpa desakan Presiden.
Seandainya dua kasus itu terjadi di Republik Mimpi, rakyat pasti lebih mudah tertawa. Tapi di Republik Indonesia, kita sulit menerima irasionalitas di jantung Istana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo