KORAN pagi saya menulis bahwa malam tahun baru kemarin ini milik
orang-orang berduit. Buktinya begini, katanya. Pada malam old
and new itu merekalah yang mampu menghadiri pesta-pesta di
hotel, restoran, kelab malam, diskotik, bioskop, dan ruang
tertutup.
Bagi saya tak jelas apa yang dimaksud dengan "ruang tertutup"
itu, tapi jelas di ruang tertutup saya tidak ada pesta dan tidak
ada duit. banyak. Maka itu, tulis koran pagi saya, "Dalam tahun
baru itu benar-benar jadi milik mereka." Jadi ini benar-benaran.
Lalu, kalau orang kebanyakan bagaimana? Ini jawabnya (tapi tak
usah pakai "benar-benar"): mereka itu bukan pemilik malam tahun
baru. Buktinya, kata koran saya, "mereka tidak bisa ke
mana-mana." Nah, jadi kalau anda tidak bisa ke mana-mana, anda
tidak bisa memiliki malam. Dan kalau siang anda tidak bisa ke
mana-mana, maka anda juga tidak bisa memiliki siang. Wah salah!
Sebaiknya begini: kalau siang anda pergi ke luar rumah, maka
hilanglah hak milik anda atas slang .
"Peninjauan"
Saya pikir, masih mendingan jadi wakil orang kebanyakan. Koran
pagi saya memberitakan bahwa wakil rakyat yang resnli itu masih
bisa ke mana-mana. Dipimpin oleh kepalanya sendiri, para wakil
rakyat ini pada malam old and new "melakukan peninjauan" di
hotel dan diskotik dan kelab malam (ruang tertutup tidak disebut
lagi).
Maaf. Itu tanda petik bukan saya yang bikin, tapi koran saya.
Pokoknya, sekarang saya tahu apa yang harus saya katakan
seandainya saya nanti kepergok di kelab malam dan ruang
tertutup. Saya bilang saja Saya ini sedang meninjau dan sedang
diskusi dengan pramuria tentang ekologi dan pomparlisasi dan
Pakta Warsawa.
Ingat, saudara, saya ini pegawai negeri, dan saya yakin anda
sudah lupa bahwa pegawai negeri itu dilarang masuk kelab malam.
Maka itu ada sekarang terlintas ambisi pada saya untuk jadi
wakil rakyat dengan tugas khusus meninjau pramuria. Saya juga
berambisi bereksperimen dengan pramuria, sebab tugas sarjana itu
bereksperimen.
Maaf kalau saya tadi mengukir langit secara begitu, dan tidak
secara orang-orang lain yang berpidato menyambut tahun baru
kita. Tapi ukiran saya masih jauh lebih mudah dilaksanakan dari
pada gantangan asap mereka.
Sudah ah, kita kembali lagi saja kepada kenyataan. Begini
sesungguhnya. Malam tahun baru itu saya tetap tinggal di rumah.
Soalnya sih bukan apa-apa. Saya sekedar menuruti kebiasaan dan
kesukaan saja. Yakni tinggal di rumah malam hari. Kalau anda tak
suka, ya terserah. tapi pokoknya saya sukai juga orang-orang
seperti anda. Misalnya kalau anda itu penjual karcis bioskop
malam, atau kalau anda itu pramuria kelab malam.
Jadi, orang yang malam-malam suka di luar rumah itu tidak aneh.
Cuma, selama ini saya selalu menyangka bahwa siang dan malam itu
bukan punya siapa-siapa, atau punya kita semualah. Maka kenapa
saya sekarang ini merasa seperti kecolongan? Bayangkan. Begitu
lonceng pembuka tahun baru iu bunyi "klonang!", maka langsung
saja malam itu sudah jadi milik orang kaya dan orang dansa.
Bagaimana ini? Ini bener-beneran atau sekedar asbun saja? Anda
tahu, zaman sekarang ini kita sudah tidak tahu lagi mana yang
asbun dan mana yang bunben. Tahun yang lalu misalnya ada
wartawan yang menulis tentang orang yang ditangkap polisi karena
dia minta limapuluh rupiah kepada tante nyonya. Ah, ini wartawan
asbun! kata saya. Eh, ternyata dia itu wartawan bunben.
Koran bilang ada orang yang ketahuan nyolong enam milyar tidak
pernah ditangkap. Ah, koran asbun! Eh, koran bunben! Pagi ini
ada berita tentang Komres 942 di Kudus yang menangkap seorang
haji M.R. yang punya bisnis jualbeli wanita. Asbun! Asbun!!!
Kalau kafir yang berbisnis begitu, itu baru bunben, sebab dia
itu kafir.
Kok Gampang . . .
Ya, saudara pembaca. Sampai ketika Bing Crosby itu diberitakan
mati, saya nyeletuk "Asbun! Bing Crosby tidak bisa mati !"
Buktinya, pada malam old and new itu saya masih mendengar
suaranya dalam puluhan nyanyian, dan kalau besok saya mau dengar
dia lagi, itu gampang saja. Pokoknya, itu jugalah sebabnya saya
malam itu ada di rumah. Dan sekarang malam itu dibilang telah
jadi milik pedansa dan jutawan.
Maka keruan saja saya jadi bertanya. saya ini sekarang masih
punya apa? Kok gampang saja milik seseorang itu diaku oleh orang
lain'? Kok gampang saja milik bersama itu dianggap milik orang
kaya?
Semua rekaman Bing di lemari saya ini saya anggap milik saya,
dan saya memilikinya dengan cara yang sah menurut segala hukum
dan agama dan kepercayaan di dunia. Tapi sekarang ini saya
kurang pasti lagi. Saya tahu sekarang bahwa seandainya ada lagu
Bing yang bernama "Dollar" atau "Oom Sup", maka seluruh Bing
Crosby saya bisa diangkut petugas tanpa "search warrant' kata
Mannix dan Kojak dan Barretta dan Bold One (perkara keadilan
sosial dan kepastian hukum dan hak asasi manusia saya tidak
pelajari dari pidato tuan besar, tapi dari film seri di TVRI.
Terima kasih banyak TVRI!).
Ya, semua Bing Crosby saya dan buku saya dan kemerdekaan saya
bisa diangkut petugas. Kalau anda bilang "tidak bisa", maka apa
dasar anda? Sekarang ini kan tahun baru? Para pangeran dan
Punakawan dan nayaka dan cakrawati dan punggawa dan ishwara dan
ishwari kepingin juga punya milik baru. Tadinya saya sangka
bahwa semua sudah mereka miliki. Minyak sudah, tanah air sudah,
hukum sudah, ideologi sudah, keadilan sudah, suara rakyat sudah,
bahkan pangeran-pangeran muda di kampus yang belum pernah terjun
ke tengah rakyat dan ke desa sudah pula memiliki hati nurani
rakyat. Semua 'sudah' itu kan sudah cukup banyak menurut takaran
saya. Eh, ternyata belum.
Milik mereka ternyata belum lengkap. Belum seluruh darulfana
dan darussalam dan rijalulgaib mereka genggam. Misalnya saja
kaos oblong. Maka itu sekarang ada proyek memiliki kaos oblong.
Bisa dimulai dengan yang akai tulisan dulu. Kalau ada kaos
pakai tulisan, sita. Kecuali kalau tulisannya itu misalnya
"Eveready" atau "Quaker State" atau "Automobile Rally" .... tapi
saya tentu bisa salah, sebab zaman sekarang ini tidak pernah
pasti mana yang ben dan mana yang sal.
Seorang pemilik kaos oblong yang bertuliskan Hong-PingPa berkata
bahwa proyek memiliki seluruh angkatan muda sedang diperbaiki.
Akan proyek untuk memiliki Ibu Pertiwi, itu sekarang sudah
mencapai tahap "perseneling dua", kata seorang pemilik hati
nurani rakyat.
Agaknya, proyek untuk memiliki semua siang dan selnua malam itu
tergolong yang paling gampang, asal anda tahu caranya. Misalnya
begini. Anda putar lagu "Hak Asasi Manusia", lalu berjoget. Nah,
tanpa jadi jutawan atau wakil rakyat, anda sudah jadi pemilik
malam. Kalau mau jadi pemilik siang, ah itu gampang juga!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini