Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Berita Tempo Plus

Tentang Pewaris dan Membawahi

Masyarakat kita lebih suka kalimat yang familier (meskipun tidak tepat) daripada kalimat yang terkesan aneh (padahal tepat).

26 Maret 2023 | 00.00 WIB

Bahasa
Perbesar
Bahasa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Masyarakat kita lebih akrab dengan penggunaan kata-kata yang tidak pada tempatnya.

  • Masyarakat kita dinilai lebih terbiasa mengimitasi daripada memahami.

  • Masyarakat kita lebih suka kalimat yang familier (meskipun tidak tepat) daripada kalimat yang terkesan aneh (padahal tepat).

KETIKA mendengarkan pidato dalam beberapa pembukaan seminar akhir tahun lalu, saya berkali-kali menemukan praktik kesalahan berbahasa dalam penggunaan kata “pewaris”. Lebih dari dua kali saya mendengar kalimat generasi muda sebagai pewaris bangsa. Fenomena ini kembali mengingatkan saya pada cuitan Presiden Joko Widodo di akun Twitter pada 23 Juli 2015 dan cuitan di akun resmi Sekretariat Kabinet RI pada 1 November 2016. Pada Juli 2015, Presiden berkata bahwa anak-anak adalah pewaris pertiwi, sedangkan pada November 2016 Presiden mengatakan para ulama sebagai pewaris nabi. Memangnya apa yang salah dengan kalimat-kalimat yang mengandung kata “pewaris” tersebut?

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Akhmad Idris

Akhmad Idris

Dosen bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bina Insan Mandiri Surabaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus