Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seluas 18,19 hektare (Ha) di Jawa Timur pada Rabu, 21 Agustus lalu. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyebut api melahap lahan di dua wilayah, yaitu Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebanyak 12 Ha lahan terbakar di Bondowoso dan 6,19 Ha lainnya di Situbondo," kata Muhari melalui keterangan tertulis, Kamis, 22 Agustus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan laporan terakhir yang diterima BNPB, kata Muhari, penegak hukum masih mencari penyebab kebakaran tersebut. Dia menyebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di kedua kabupaten sudah berkomunikasi dengan berbagai unsur, mulai dari polisi hutan, Perusahaan Umum (Perum) Perhutani, serta pihak lainnya untuk kebutuhan pemadaman api.
"Tim BPBD Kabupaten Bondowoso masih terus berupaya memadamkan api di lokasi kejadian," katanya.
Muhari memastikan operasi pengendalian karhutla di enam provinsi prioritas masih dilanjutkan hingga November 2024. Langkah itu kian urgen mengingat titik api terus bermunculan selama masa kemarau.
Pada perayaan HUT ke-79 RI yang dipusatkan di Ibu Kota Nusantara (IKN), satelit NASA mendeteksi ratusan titik panas alias hotspot di 52 kabupaten dan kota yang tersebar di 18 provinsi. Merujuk Sipongi, sistem pemantauan karhutla milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), adak 208 hotspot yang terdeteksi hingga Sabtu siang, 17 Agustus 2024.
Data hotspot dikumpulkan dari semua satelit NASA, yaitu Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA20. Sebagian besar hotspot memiliki tingkat kepercayaan menengah. Dalam data itu, hanya empat titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi, dua titik panas lainnya rendah.
Titik panas terbanyak muncul di Jawa Timur, yakni 65 hotspot. Ada juga Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur yang masuk daftar lima provinsi dengan titik panas terbanyak per 17 Agustus 2024.
Sekitar empat hari sebelum HUT ke-79 RI, Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Wilayah Sumatera juga menerbitkan catatan soal 750,83 Ha lahan yang terbakar di Sumatera Selatan sepanjang Januari-Juli 2024. Kepala BPPIKHL Sumatera, Ferdian Kristanto, mengatakan 308,56 Ha dari luasan yang terbakar itu merupakan lahan gambut, sedangkan 442,26 Ha sisanya adalah lahan mineral.
“Lokasi dengan kasus kebakaran dengan jenis lahan gambut paling tinggi ada di Kabupaten Musi Banyuasin,” katanya melalui keterangan tertulis, Selasa, 13 Agustus 2024.