Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KESIBUKAN pada hari pemungutan suara Pemilihan Umum 2024 yang dibayangkan Ati Wahyuni buyar. Anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) 28 tahun itu seharusnya sedang mengurus rencana hari pencoblosan di tempat pemungutan suara (TPS) 9 Desa Cangkring Rembang, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, hari ini, 14 Februari 2024. Dia tak menyangka perannya di pesta demokrasi lima tahunan tersebut harus tertunda akibat banjir yang sepekan terakhir melanda Demak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Air bah merendam kampung Ati sejak Jumat, 9 Februari lalu. Ati, yang tengah mengandung lima bulan, sempat mengungsi ke rumah kerabatnya di Desa Kedondong, Kecamatan Demak. Namun, sejak dua hari lalu, dia kudu pindah lagi dan bermalam di Sekolah Dasar Negeri Gajah I. Enam kelas di sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Gajah tersebut kini dipakai oleh sekitar 130 pengungsi dari empat desa yang terkena dampak banjir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Khawatir terkena imbas banjir lagi. Soalnya desa di samping (Desa Kedondong) sudah terendam," katanya kepada Tempo, kemarin, 13 Februari 2023.
Setelah mendapat kabar, Ati memastikan pemungutan suara di desanya ditunda hingga waktu yang belum bisa ditentukan. Penundaan pemilu tergolong pengalaman baru bagi warga Desa Cangkring Rembang, yang memiliki 9 TPS dengan 2.074 pemilik hak suara. Ati sebenarnya sudah dua kali menjadi anggota KPPS, yakni saat pemilihan Bupati Demak pada 2020 serta pemilihan kepala desa serentak. Namun dia belum bisa memperkirakan bagaimana tata cara pemilu susulan kelak.
Muhammad Ali Fatuhal Arifin, Ketua KPPS yang diikuti Ati, mengatakan formulir C pemberitahuan sudah didistribusikan ke seluruh KPPS di Cangkring Rembang sebelum banjir menerjang. Namun pemberitahuan tersebut belum terkirim ke warga desa. Pria 36 tahun itu menyatakan sempat hendak menggelar rapat bersama para anggotanya. Namun rencana ini urung terlaksana. “Sementara ini para anggota KPPS menyebar, mengungsi di sejumlah tempat,” kata Ali. Menurut dia, para anggota KPPS masih menunggu informasi dari panitia pemungutan suara Cangkring Rembang ataupun dari level Kecamatan Karanganyar.
Relawan menggunakan perahu karet berpatroli untuk mengevakuasi warga di permukiman yang terendam banjir di Karanganyar, Demak, Jawa Tengah, 9 Februari 2024. ANTARA/Aji Syawan
Cangkring Rembang hanya satu dari banyak wilayah di Demak yang harus menunda pemilu akibat banjir. Air merendam kabupaten tersebut sejak Senin pekan lalu akibat hujan berkepanjangan di wilayah hulu. Kenaikan debit air membuat tanggul di sejumlah sungai jebol.
Banjir meluas ke jalanan dan permukiman. Akibat genangan setinggi lebih dari 1 meter, jalur Pantai Utara Demak-Kudus pun lumpuh sejak Kamis, 8 Februari lalu. Banjir juga tercatat merendam lahan pertanian seluas 2.965 hektare.
Kepala Komisi Pemilihan Umum Jawa Tengah Handi Tri Ujiono sebelumnya menyatakan ada 108 TPS di Kecamatan Karanganyar yang diusulkan menunda pemungutan suara. Jumlah TPS itu mewakili 26.351 pemilih. "Atas mitigasi kondisi, (ada) usulan penundaan pemungutan," ujarnya pada Senin lalu.
Dari catatan KPU, delapan desa di kecamatan tersebut terendam banjir secara total. Wilayah yang habis ditelan air itu mencakup Desa Karanganyar yang memiliki 19 TPS, Undaan Lor 7 TPS, Undaan Kidul 9 TPS, Ngemplik Wetan 8 TPS, Wonorejo 18 TPS, Cangkring Rembang 10 TPS, Wonoketingal 19 TPS, serta Cankring 15 TPS. Keseluruhan, ada 123 TPS dari 13 desa di Karanganyar yang terkena dampak banjir. Namun sebagian TPS masih bisa beroperasi pada hari ini.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Demak Siti Ulfaati (kiri), Bupati Demak Eisti'anah dan Wakil Bupati Ali Makhsun memeriksa logistik pemilu di Wonosalam, Demak, Jawa Tengah, 7 Februari 2024. ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif
Siaga Bencana di Masa Pemungutan Suara
Kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) kembali mengumumkan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi pada puncak penyelenggaraan Pemilu 2024. Berbekal analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), BNPB menyatakan tujuh daerah masuk dalam skala proritas penanganan darurat bencana yang diperkirakan terjadi pada 13-20 Februari, bertepatan dengan periode pemungutan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara.
Tujuh daerah skala prioritas penanganan darurat bencana hidrometeorologi tersebut meliputi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Banten, dan DKI Jakarta. Data tiga tahun terakhir menunjukkan daerah-daerah tersebut paling berisiko terkena dampak bencana yang dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem. Sedangkan tujuh provinsi itu juga merupakan daerah dengan jumlah pemilih tetap dan TPS terbanyak.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bencana hidrometeorologi rentan terjadi saat fase puncak musim hujan hingga akhir Februari 2024. Hasil analisis cuaca BMKG menunjukkan, sampai dengan 20 Februari mendatang, curah hujan berpotensi dalam level tinggi, yaitu 150-300 milimeter per hari. BMKG bahkan memperkirakan intensitas curah hujan bisa lebih tinggi lagi.
"Kita masih perlu mengatasi kondisi bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi di puncak musim hujan ini," kata Abdul Muhari, kemarin. "Intensitas hujan yang cukup tinggi bisa membuat bencana ikutan menjadi besar, seperti kenaikan volume air dan tanggul jebol."
Warga menumpang kendaraan pengangkut gabah untuk menembus banjir yang menggenangi jalur utama jalan Semarang-Purwodadi KM 36, di Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, 7 Februari 2024. Antara/Aji Styawan
Selain di Demak, banjir menerjang Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada Ahad, 11 Februari lalu, akibat meluapnya Sungai Cipelang yang diikuti jebolnya sejumlah tanggul. Hingga kemarin, setidaknya enam desa di Kecamatan Kertajati, Majalengka, masih terendam banjir kendati air mulai surut. Enam desa tersebut meliputi Desa Babakan, Desa Kertajati, Desa Palasah, Desa Bantarjati, Desa Kertawinangun, serta Desa Pakubeureum. Banjir akibat luapan Sungai Cipelang ini juga menerjang sebagian wilayah Kecamatan Ujungjaya di Kabupaten Sumedang yang berbatasan dengan Kecamatan Kertajadi.
Bencana banjir di Kecamatan Kertajati beberapa hari terakhir membuat pemerintah daerah dan KPU Jawa Barat waswas. Pasalnya, terdapat 26 TPS di lokasi banjir tersebut. Di sisi lain, bencana lainnya berupa tanah longsor juga terjadi di Desa Sukamanah, Kecamatan Bencana, Majalengka.
Kemarin, dalam kunjungannya ke Kecamatan Kertajati, penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin memastikan telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Majalengka dan KPU setempat untuk memastikan pemungutan suara di lokasi banjir tetap terselenggara hari ini. Perbaikan tanggul yang jebol di 12 lokasi tengah dikebut. Selain itu, menurut dia, pemerintah daerah menyiapkan alternatif solusi berupa rencana TPS keliling untuk memastikan pemilih di lokasi bencana dapat menggunakan hak pilihnya.
"Tadi dengan Pak Bupati mencari solusi apakah memungkinkan untuk dilakukan TPS keliling. Jadi TPS yang menjemput bola, TPS yang mendekati pemilihnya," kata Bey pada Selasa, 13 Februari 2024. "Nanti disepakati oleh KPPS, Bawaslu, dan instansi terkait.”
Ancaman bahala bukannya tak ada di luar tujuh provinsi yang dinyatakan BNPB sebagai daerah proritas penanganan darurat bencana selama masa Pemilu 2024. Di Nusa Tenggara Barat, misalnya, banjir juga menerjang sebagian wilayah Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Sumbawa, dan Kabupaten Dompu sejak pekan lalu.
Ketua Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Bima, Junaidin, menyatakan telah meminta KPU Kabupaten Bima mencari lokasi pengganti untuk 13 TPS di Kabupaten Bima yang rusak akibat banjir, yakni di Kecamatan Belo, Bolo, dan Madapangga. Opsi lokasi TPS baru diutamakan di dataran tinggi. "Saya sudah dminta di dalam gedung sehingga pemilih yang datang untuk mencoblos tidak repot," kata Junaidin kepada Tempo, kemarin.
Warga mencari ikan di tengah sungai Cisadane yang mengering di Tangerang, Banten, 13 Oktober 2023. ANTARA/Muhammad Iqbal
Bukan Fenomena Alam Biasa
Sebelumnya, kalangan pakar iklim memperingatkan bahwa cuaca ekstrem belakangan ini bukan fenomena alam biasa. Pemanasan lobal telah mencapai fase mendidih (glbal boiling) yang kemudian berdampak pada tidak stabilnya kondisi iklim serta cuaca global.
"Cuaca ekstrem harus dilihat dalam perspektif perubahan iklim global, sebab sudah terjadi eskalasi," kata Erma Yulihastin, peneliti klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kepada Tempo.
BRIN pada awal bulan ini merilis kajian perubahan iklim Indonesia 2021-2050. Hujan dan kekeringan ekstrem diperkirakan akan meningkat signifikan di masa mendatang, terutama di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan. Dampak dserupa juga akan dialami masyarakat di Kalimantan bagian tengah, selatan, dan timur--termasuk lokasi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Sedangkan sebagian besar wilayah Pulau Jawa terancam mengalami suhu maksimum yang lebih tinggi.
Erma mengimbau pemerintah menyiapkan mitigasi cuaca ekstrem pada puncak musim hujan. Intensitas hujan yang berada di atas ambang batas 109 milimeter per hari. Dari catatan BRIN, cuaca ekstrem tersebut berpeluang memicu banjir besar, khususnya di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek. "Peluang bahaya dan risikonya besar," ujarnya.
JAMAL ABDUN NASHR (DEMAK) | AKHYAR M.NUR (BIMA) | AHMAD FIKRI | ALIF ILHAM FAJRIADI | IRSYAN HASYIM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo