Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Banjir Bandang Berlumpur di Ternate Ternyata Imbas Erosi Gunung Gamalama, Ini Penjelasan PVMBG

PVMBG mendapati banjir bandang di Ternate ternyata dipicu tingginya tingkat erosi air permukaan pada batuan dan tanah di Gunung Gamalama.

27 Agustus 2024 | 20.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto udara sejumlah rumah warga yang rusak akibat banjir bandang di Kelurahan Rua, KotaTernate Maluku Utara, Minggu, 25 Agustus 2024. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 13 orang meninggal dunia dan 10 unit rumah rusak berat akibat diterjang banjir bandang pada Minggu dinihari pukul 03.30 WIT, dan tim gabungan terus melakukan upaya pencarian korban lainnya yang diperkirakan masih tertimbun lumpur. ANTARA/Andri Saputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Ternate - Banjir bandang di Kelurahan Rua, Kota Ternate, Maluku Utara, ternyata dipicu tingginya tingkat erosi air permukaan pada material batuan dan tanah di kawasan puncak Gunung Gamalama. Ketua Tim Gerak Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Oktory Prambada, mengatakan sebagian besar Pulau Ternate merupakan kawasan yang memiliki tipe tanah aliran bahan rombakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Infiltrasi air permukaan, dan curah hujan yang berlebih, pada material endapan aluvial ini yang kemudian memudahkan terjadinya pergerakan pada lereng yang relatif curam,” katanya melalui keterangan tertulis, Selasa, 27 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Merujuk peta geologi, ujar Oktory, kawasan gunung api itu masuk dalam endapan letusan litoral dan endapan aliran piroklastika. Endapan ini tersusun oleh breksi gunung api litik dan tuf—sebutan untuk material hasil letusan yang menjadi batuan—serta breksi berkomposisi andesit-dasit. Kawasan yang sama juga berisi fragmen lontaran erupsi gunung api berbentuk kerak roti.

Batuan dan tanah pada lereng tengah dan atas Gunung Gamalama merupakan bekas material lama yang mengendap. Material itu terendap oleh banjir bandang di masa lampau. “Bila dilihat dari bentukan morfologi lama kipas aluvial,” tutur Oktory.

Peta zona gerakan tanah milik PVMBG Maluku Utara juga menunjukkan bahwa Kelurahan Rua masuk area kerentanan gerakan tanah menengah. Wilayah ini memiliki proporsi kejadian gerakan tanah lebih besar dari 15 persen sampai dengan 30 persen dari total populasi kejadian.

Pada zona ini, Oktory meneruskan, gerakan menengah pada tanah dapat terjadi, terutama pada wilayah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir alias lereng curam, tebing pemotongan jalan, serta pada lereng yang mengalami gangguan. Tim PVMBG mengimbau masyarakat di zona rentan agar mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu.

“Gerakan tanah lama dan baru dapat terjadi atau aktif kembali jika dipicu oleh curah hujan tinggi atau gempa bumi,” ucap dia.

Wali Kota Ternate, Tauhid Soelaiman, memastikan lembaganya selalu berkomunikasi dengan berbagai instansi terkait antisipasi banjir bandang di Kecamatan Ternate Pulau. Regulator Ternate masih berfokus melanjutkan evakuasi dan pencarian korban. “Semua informasi tentu akan kami dengar.”

Hingga Selasa siang ini, masih ada 39 kepala keluarga atau 139 jiwa yang tercatat sebagai korban terdampak banjir bandang. Tim gabungan mencatat 25 unit rumah warga dan sejumlah fasilitas publik rusak berat. “Semua tim masih di lapangan,” ujar Tauhid.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus