Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Berita Tempo Plus

Sepi Masapi di Danau Poso

Nelayan risau terhadap dampak pengerukan di daerah aliran Sungai Poso di Sulawesi Tengah. Siklus hidup ikan sidat terhalang bendungan dan perangkap.

3 April 2021 | 00.00 WIB

 PLTA  Poso 1 di desa Saojo kecamatan Pamona Utara, kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 11 Maret 2021. Tempo/Sofyan Siruyu
Perbesar
PLTA Poso 1 di desa Saojo kecamatan Pamona Utara, kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 11 Maret 2021. Tempo/Sofyan Siruyu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Nelayan pencari ikan sidat risau akan dampak pengerukan di daerah aliran Sungai Poso, Sulawesi Tengah.

  • Populasi ikan sidat di Danau Poso tidak diketahui pasti karena belum ada pendataan tahunan.

  • Jalur ruaya ikan dan restocking atau tabur benih ikan merupakan beberapa upaya menjaga populasi ikan sidat di Danau Poso.

FERDILIUS Toumbo, yang akrab disapa Papa Devi, adalah seorang to ponyilo. Dalam bahasa Pamona—salah satu suku terbesar di Kabupaten Poso—sebutan itu berarti orang yang mencari ikan sidat atau masapi bagi orang Sulawesi. Pria 42 tahun itu bersama istri dan tiga anaknya tinggal di rumah sederhana di pinggir Danau Poso, Kelurahan Pamona, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Tempat kerja Ferdilius adalah mulut danau tepat di belakang rumahnya hingga ke arah sungai.

Saban pagi, mulai pukul 06.30 hingga 10.30, Ferdilius menyusuri area bebatuan besar yang membentang di sepanjang mulut danau sampai ke selatan. Senjata yang ia gunakan adalah panah berbahan kayu sepanjang 1 meter. Ferdilius juga membawa senter dan kacamata renang. Senter diperlukan saat mencari masapi yang bersembunyi di bawah rongga batu, sementara kacamata dipakai ketika air danau keruh. Dia bisa menyelam hingga kedalaman 10 meter untuk melepaskan panah. Pada sore hari, dia menyiapkan peralatan monyilo—mencari masapi memakai tombak yang disebut sarompo.

Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Poso, Ferdilius adalah satu dari sekitar 30 to ponyilo. Para pencari masapi ini kini risau terhadap pengerukan sungai yang dilakukan PT Poso Energy karena berpengaruh besar pada buruan mereka. Perusahaan tersebut memiliki dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di antara Danau Poso dan Teluk Tomini, yang merupakan jalur ruaya atau migrasi masapi.

Sampai Jumat, 1 April lalu, Manajer Lingkungan dan Corporate Social Responsibility PT Poso Energy Irma Suriani tidak merespons pesan WhatsApp ataupun panggilan telepon Tempo, yang hendak meminta konfirmasi mengenai pengerukan sungai. Sebelumnya, pengelola PLTA itu menjelaskan kepada Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Rusli Palabbi dalam kunjungan pada Ahad, 28 Maret lalu, bahwa pengerukan tersebut bertujuan meningkatkan debit air untuk operasi dua pembangkit listriknya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus