Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama menduga kebakaran di Balongan disebabkan oleh tangki yang bocor.
Penduduk mencium bau bensin yang menyengat sebelum ledakan terjadi.
Kerugian diperkirakan mencapai triliunan rupiah--terbesar dibanding kejadian sebelumnya.
UDARA di rumah Edi Sutrisno disesaki bau bensin yang menusuk hidung. Pada pukul 9 malam lewat, Ahad, 28 Maret lalu, ia tak tahan lagi berada di dalam tempat tinggalnya di Blok Wisma Jati di Desa Sukaurip, Kecamatan Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Pria 42 tahun itu memutuskan mencari hawa segar di luar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rupanya, di luar sudah heboh. Sebagaimana Edi, para tetangga mondar-mandir di teras dan pekarangan. Sejumlah anak menangis lantaran tidak nyaman bernapas. Putaran kipas angin tak sanggup mengusir bau bensin yang kian menyengat. Warga Wisma Jati kemudian bersepakat menyampaikan masalah ini kepada pengelola kilang Balongan untuk mencari sumber bau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kampung Wisma Jati hanya sepelemparan tombak dari kilang Balongan milik PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan. Pada malam itu juga, mereka beramai-ramai menuju kantor hubungan masyarakat RU VI Balongan. Lokasi kantor humas kebetulan bersebelahan dengan Wisma Jati. “Kami minta Pertamina Balongan segera mencari penyebab bau bensin yang menyesakkan napas,” kata Edi, yang lokasi kediamannya sekitar 25 meter dari pintu kantor humas kilang Balongan, menceritakan peristiwa tersebut pada Rabu, 31 Maret lalu.
Puluhan orang bergabung dalam “unjuk rasa” dadakan itu, termasuk Edi. “Kami juga meminta masker untuk warga yang sesak napas.”
Direktur Utama PT Pertamina (ketiga kiri) bertemu dengan para dokter yang menangani korban insiden tangki Kilang Pertamina Balongan di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, 30 Maret lalu. Foto: pertamina.com
Petugas satuan pengaman menghadang di depan gerbang. Tak lama, datang satu mobil tim pengamanan dalam alias pamdal yang kemudian berjaga di perempatan Wisma Jati. Emosi penduduk mulai tersulut karena aspirasi mereka tak digubris manajemen. Mereka mengusir mobil pamdal.
Demonstrasi berlanjut. Menjelang tengah malam, satu truk personel Kepolisian RI dan satu truk aparat Tentara Nasional Indonesia tiba. Beberapa di antaranya mendekati pengunjuk rasa. “Saya bilang ke polisi yang datang, ‘Coba buka masker, bau apa?’ Dia jawab, ‘Iya, bau seperti bensin.’,” Edi bercerita.
Edi dan kawan-kawan terus bertahan. Sempat ada yang melemparkan batu, yang menyebabkan kaca jendela kantor humas remuk. Polisi dan tentara meminta penduduk tidak rusuh. Aparat kemudian meminta pengunjuk rasa bergeser ke tepi jalan di perempatan Wisma Jati-Sukaurip. Alasannya, udara di sana lebih segar. Pegawai Pertamina sempat datang membawa masker untuk dibagikan kepada penduduk.
Tepat tengah malam, penduduk diminta mengungsi ke masjid dan Balai Desa Sukaurip yang berjarak sekitar 900 meter dari Kampung Wisma Jati. Tapi sebagian warga meminta diungsikan ke Gelanggang Olahraga Bumi Patra, sekitar 7 kilometer dari Wisma Jati.
•••
DI area kilang Balongan, pada malam yang sama, seorang perwira—shift supervisor alias mandor—mendapat kabar dari petugas di ruang kontrol. Menjelang tengah malam, kejanggalan terbaca pada panel: level menurun. Level adalah penunjuk volume bahan bakar minyak yang tersimpan di tangki. Level menurun artinya isi tangki berkurang. Menurut seorang pejabat Pertamina yang menceritakan kejadian tersebut, menurunnya isi tangki memantik kecurigaan karena tangki dalam “posisi diam” alias tidak sedang dalam perlakuan apa pun—diisi atau dikeluarkan isinya.
Sesuai dengan prosedur operasi standar, petugas ruang kontrol harus menyampaikan informasi ini kepada atasannya. Lantas mandor memerintahkan petugas lapangan mengecek tangki. Petugas kontrol tidak boleh meninggalkan ruangan. Mereka berkomunikasi menggunakan walkie-talkie.
Dari pengecekan di lokasi itulah diketahui bahwa bahan bakar minyak yang tersimpan di tabung T-301G mengocor. Tangki bocor! Seorang narasumber di Pertamina mengatakan petugas berusaha memindahkan bensin dengan mengalirkannya ke tabung lain. Minyak mengocor lebih dari satu jam.
Tim HSSE & Fire Fighter Pertamina berupaya memadamkan api di lokasi insiden terbakarnya tangki penyimpan BBM di Kilang Balongan RU VI, Indramayu, Jawa Barat, 31 Maret lalu. ANTARA/Humas Pertamina/Priyo Widianto
Di luar kilang, personel Polri dan TNI membantu penduduk yang akan mengungsi. Pada pukul setengah satu lebih Senin dinihari itu, dua truk yang semula mengangkut aparat untuk mengamankan demonstrasi bersiap-siap membawa masyarakat menuju masjid dan Balai Desa Sukaurip.
Belum juga penduduk mengungsi, terdengar ledakan menggelegar dari arah kilang disertai guncangan keras. Sebagian penduduk serta polisi dan tentara spontan tiarap. Beberapa di antaranya sampai meloncat ke selokan. Orang-orang kemudian memekikkan takbir bertalu-talu. “Jantung seperti berhenti,” ujar Iwan Ridwan, warga Sukaurip.
Iwan ingat betul: tidak ada kilat menyambar di sekitar lokasi, tak terdengar pula bunyi petir pada jam terjadinya ledakan.
•••
BASUKI Tjahaja Purnama bersiap meluncur ke Balongan pada Senin pagi, 29 Maret lalu. Hari itu adalah jadwal kunjungan Komisaris Utama Pertamina tersebut ke fasilitas pengolahan milik perseroan. Tapi rencana perjalanan dinas biasa itu berubah menjadi kunjungan darurat.
Pada pukul 4 subuh, Basuki alias Ahok membaca pesan penting dari seorang anggota staf bahwa kilang Balongan terbakar. Basuki menyegerakan jam keberangkatan. “Jam 7 saya jalan menuju Balongan dan bisa tiba lebih awal dari direksi yang menggelar konferensi dulu di Jakarta,” kata bekas Gubernur DKI Jakarta itu kepada Tempo, Kamis, 1 April lalu.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan bahwa kebakaran terjadi pada Senin, 29 Maret, pukul 00.45, di kluster tangki T-301. Pertamina kemudian menyetop operasi kilang untuk menghentikan pasokan bensin ke tangki penimbun. Petugas melokalisasi api supaya tidak menjalar ke kluster lain.
Api yang bermula dari tabung G menjalar ke tiga unit lain di kluster yang sama, yakni E, F, dan H. Pada saat kejadian, tabung T-301G berisi 23 ribu kiloliter bensin dari kapasitas penuhnya 26 ribu kiloliter. Kapasitas keempat tangki yang terbakar sekitar 100 ribu kiloliter. Di area kilang Balongan, ada 72 tangki dengan total kapasitas 1,35 juta kiloliter.
Menurut Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina Mulyono, penghentian operasi kilang berlangsung empat-lima hari. Selama itu, perusahaan ditaksir kehilangan produksi sekitar 400 ribu barel. Sekitar 50 persen produk kilang tersebut berupa gasolin alias bensin. Sisanya solar, kerosin, elpiji, avtur, dan propilena. Selama ini, kilang Balongan menyuplai kebutuhan bahan bakar minyak untuk Terminal BBM Plumpang di Jakarta serta Terminal BBM Cikampek dan Balongan di Jawa Barat.
Ahok mengungkapkan bahwa penyebab kebakaran adalah kebocoran tangki. Walau begitu, ia belum bisa memastikan seberapa panjang keretakan pada dinding tangki T-301G. Ahok mengatakan sebenarnya di kilang tersebut terdapat detektor kebocoran. Apalagi ada laporan mengenai bau bensin dari masyarakat kepada polisi. “Kami akan mencocokkan data. Apakah petugas kilang tahu duluan (tentang kebocoran) dari panel instrumen kontrol atau dari polisi berdasarkan laporan masyarakat,” ujarnya.
Suasana pengungsian warga yang tinggal di sekitar lokasi kebakaran kilang Pertamina Balongan di GOR Bumi Patra, Indramayu, 31 Maret lalu. Tempo/Deffan Purnama
Dugaan kebocoran tangki juga disampaikan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Inspektur Jenderal Ahmad Dofiri pada hari pertama insiden. “Ada rembesan atau bocoran di tangki itu. Ini info awal. Selebihnya nanti karena kemarin ada petir yang cukup besar dan macam-macam,” ucapnya, Senin, 29 Maret lalu. Tapi peralatan detektor petir milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tidak mencatat adanya sambaran petir di lokasi kilang Balongan pada sekitar jam nahas tersebut.
Pertamina telah membentuk tim investigasi internal, yang bekerja sama dengan kepolisian. “Kami membuka seluas-luasnya akses kepada aparat penegak hukum untuk melakukan investigasi,” tutur Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Agus Suprijanto pada Kamis, 1 April lalu. Perusahaan akan mempercepat investigasi internal sesuai dengan permintaan komisaris dalam rapat koordinasi Dewan Komisaris dengan Dewan Direksi. “Manajemen akan memberikan sanksi tegas bila ditemukan unsur kelalaian dalam insiden ini.”
Pertamina menyatakan telah memadamkan semua titik api pada empat tangki T-301, Rabu, 31 Maret lalu, pukul 14.35. Sebelumnya, tim memadamkan api di T-301H pada pukul 01.30, lalu di T-301E (06.44) dan T-301G (08.30).
Nyatanya, titik api belum mati benar. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat per Kamis, 1 April, pukul 20.30, mencatat titik api di tangki T-301F yang pada sore sudah mengecil belum betul-betul padam. “Kemudian tabung T-301G yang pada Rabu sudah padam malam ini kembali mengeluarkan titik api,” kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Jawa Barat Hadi Rahmat.
•••
KEBAKARAN di area kilang Pertamina berulang kali terjadi. Sebelum kebakaran hebat kali ini, kilang Balongan sempat mengalami shutdown karena boilernya terbakar, yakni pada awal 2021 dan Desember 2020.
Kebakaran dahsyat juga pernah terjadi di kilang Cilacap, Jawa Tengah, pada 2 April 2011 karena kesalahan teknis. Api melalap tiga tangki berisi minyak ringan (high octane mogas component)—cairan pendongkrak angka oktan bahan bakar minyak. Kerugian akibat peristiwa ini diperkirakan mencapai US$ 30 juta atau sekitar Rp 436 miliar dengan kurs saat ini. Direksi Pertamina waktu itu lantas mencopot manajer kilang, manajer produksi, manajer pemeliharaan, dan manajer engineering.
Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) memprediksi kerugian akibat kebakaran di Balongan lebih besar, yakni mencapai triliunan rupiah. Kerugian itu memperhitungkan nilai gasolin yang terbakar di empat tangki T-301 serta penghentian operasi kilang selama sedikitnya lima hari. “Ini belum bicara nilai empat tangki yang terbakar dan proyek water treatment yang sedang dibangun, yang juga ludes terbakar,” ujar Direktur Eksekutif CERI Yusri Usman.
Sementara itu, sebagian warga Blok Warung Jati mulai kembali ke rumah pada Rabu, 31 Maret lalu, meski asap hitam masih mengepul dari tangki T-301. Mereka tampak memperbaiki genteng, langit-langit, pintu, ataupun jendela yang berantakan akibat guncangan keras ketika tangki meledak.
RETNO SULISTYOWATI, DEFFAN PURNAMA (BALONGAN), AHMAD FIKRI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo