Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Bermula Di Cangkringan

Ikan karper, ikan pemakan tumbuhan air yang berasal dari sungai amur, cina. pemijahannya secara buatan kini sudah banyak berhasil dimana-mana. penelitian masih berlangsung.(ling)

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Bermula Di Cangkringan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
IKAN grasscarp (Ctenophary ngodon idella Val.) atau ikan kalper pemakan tumbuhan air berasal dari Sungai Amur di negeri Cina. Orang Cina menyebutnya Koan, sedang di Amerika Serikat dan Uni Soviet ikan itu dikenal sebagai White Amur. Ikan itu bisa berkembang pesat dan rakus sekali memakan berbagai tumbuhan air. Ia bisa tumbuh sampai 32 kg beratnya. Tumbuhan yang dicernanya menjadi sumber makanan berharga bagi manusia dalam bentuk dagingnya yang lezat dan bergizi. Dalam keadaan kering daging itu mengandung sekitar 80% protein kasar, dan dalam keadaan timbangan basah sekitar 18%. Tapi selain sebagai sumber protein berharga, ikan karper di berbagai negeri kini diperkenalkan sebagai hewan pengendali gulma air. Ketika (tahun 1970) ikan itu pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat, misalnya, sekitar 20.000 ha danau diliputi gulma air di negara-bagian Arkansas. Lima tahun kemudian semua danau itu bebas gulma akibat ditanamnya ikan itu di sana. Kini Arkansas jadi salah satu penghasil ikan grasscarp terbesar di dunia, sementara dagingnya yang putih lezat tak berminyak itu sangat digemari orang. Dengan kondisi lingkungan yang baik ikan grasscarp bisa mencapai berat 1 kg dalam waktu satu tahun. Sesudah itu pertumbuhannya 2-3 kg setiap tahun, bahkan sampai 4,5 kg di daerah tropis. Lee Chan Lui dari Pusat Penelitian Perikanan Batu Berendom di Malaka, Malaysia, bahkan menyatakan bahwa ikan itu di tempatnya bisa tumbuh dari ukuran sejari (20 gr) sampai 22,5 kg dalam waktu enam bulan. "Sekali ukuran itu tercapai, ikan itu bisa bertambah satu kg setiap bulan," kata Lee. Artinya dalam satu tahun ikan itu bisa mencapai berat 8 - 8,5 kg dari ukuran sejari. Dengan pertumbuhan seperti itu, grasScarp dapat melalap sejumlah besar gulma air. Ikan kecil pun yang seberat 1,5 kg memakan gulma itu sejumlah beberapa kali lipat berat tubuhnya dalam satu hari. Sedang ikan besar dalam kondisi baik memakan rata-rata jumlah yang sama beratnya dengan tubuhnya. Tapi hanya 65% dicernakannya, sisanya dikeluarkan lagi dalam bentuk butiran padat. Kotoran ikan ini ternyata juga sangat bermanfaat karena masih banyak mengandung mineral. Ini merupakan pupuk bagi plangton yang pada gilirannya menjadi makanan utama berbagai jenis ikan lain. Kenyataannya bila grasscarp dibudidayakan bersama berbagai jenis ikan lain seperti tawes (Punctius javanicus), tambakan (Heleostoma temincki) atau Mola (Hypothalmichthris molitrix), produksi secara menyeluruh naik. Ikan grasscarp sangat menyukai ganggang (H. verticillata). Tapi dalam keadaan makanan yang disukai tidak ada atau sedikit jumlahnya, ikan ini mau juga makan akar janji (S. cucullata maupun S. molesta) dan eceng gondok (Eichornia crassipes). Karper ini jelas bukan pemakan parasit dan sangat berbeda dengan ikan tawes, misalnya, yang pemakan segala (omnivore). Di Malaysia, tempat jenis karper ini secara intensif dibudidayakan, secara rutin ia diberi makan sejenis rumput darat. Tapi sifatnya sebagai pemakan gulma air jelas sangat berharga pula bagi pengendalian gulma itu -- seperti eceng gondok -- di berbagai perairan. Pengendalian gulma air cepat terwujud jika terdapat lebih 75 ikan per hektar. Hasil panen sebesar 165 kg ikan per hektar bisa diperoleh dalam daerah beriklim sedang, bahkan mungkin panen 1.500 kg per hektar di perairan tropis yang banyak diliputi gulma. Pembudidayaannya biasanya dilakukan bersama berbagai jenis ikan lain yang masing-masing punya sumber makanan tersendiri. Pertama kali grasscarp masuk Indonesia tahun 1949 dari Thailand dan dipelihara di Balai Penelitian Perikanan Darat (BPPD) Bogor. Dari stock ini beberapa ekor kemudian dipelihara di BBI Pakem di Sleman (DIY), namun usaha memijahkannya tidak berhasil. Baru pertengahan tahun 1975 usaha itu dimulai lagi ketika BBI Wonocatur -- juga di Sleman -- memperoleh 150 benih ikan itu. Sisa 30 ekor (antaranya hanya 2 jantan) dari jumlah ini dua tahun kemudian dipindahkan ke BBI Sentral Cangkringan -- masih di Sleman juga -- dan baru di tempat ini ikan grasscarp itu berhasil dipijah. Di BBI Cangkringan itulah ditemukan teknologi baru dalam pemijahannya. Saat itu, awal 1979, BBI Cangkringan mencoba cara hipopisasi tanpa melalui stripping (pengurutan perut). Dengan sistem Cangkringan itu, ikan grasscarp disuntik dengan cairan kelenjar hypophyse yang diambil dari ikan mas sejati (Cyprinus carpio L). "Karena yang digunakan otak ikan donor, maka donornya mati, " ujar Ir Bram Djokosantoso dari Dinas Perikanan DIY. Percobaan itu menggunakan seekor betina dengan berat 0,75 kg dan dua ekor jantan dengan berat 1,25 kg. Baik induk betina maupun jantan disuntik dengan cairan kelenjar hipopisa. Sesudah itu keduanya dimasukkan ke dalam happa, kerangkeng pemijahan khusus yang dapat diatur peredaran airnya. Sehari kemudian ternyata sudah kelihatan telurnya, yang bentuknya hampir sama dengan telur ikan tawes. Setelah diambil dan dibersihkan ternyata jumlahnya diperkirakan mencapai 55.000 butir. Telur itu kemudian ditetaskan dalam lima buah corong penetasan dan sore hari sudah mulai menetas. "Dalam tempo 12 sampai 24 jam," ujar Ir. Djokosantoso. Hampir separuh dari jumlah telur semula berhasil menetas dan ini tiga hari kemudian dipindahkan ke dalam kolam pendederan seluas 798 mÿFD. Pada hari ke-7 dalam kolam ini anak ikan diberi makanan berupa campuran konsentrat dan katul dengan perbandingan 1 : 1. Setelah 38 hari anak ikan kemudian ditangkap dan ternyata hidup 18.770 ekor. Pemijahan dengan sistem ini diulang lagi bulan Oktober tahun itu juga, dan dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ikan grasscarp dapat dipijahkan setelah disuntik dengan cairan kelenjar hipopisa. Masalahnya sekarang ialah apakah benih ikan grasscarp yang ditanam di waduk Wonogiri dapat berkembang secara alamiah penuh, tanpa suntikan kelenjar hipopisa. Ir. Djokosantoso optimistis. "Saya pikir habitat di sini dengan di sana (Cina) tidak terlalu berbeda," ujarnya. "Buktinya beberapa ikan yang diimpor dari Taiwan bisa berkembang di sini." Ia maksud ikan Mola (hypothalmichthis molitrix) dan ikan kijing (Anodonta woodiama Lea). Tapi sampai pertengahan tahun 70-an ikan grasscar) tak berhasil dipijahkan secara alamiah di kebanyakan perairan di luar negeri leluhurnya. Memang pernah ia segera memijah setelah sekali dimasukkan benihnya di perairan seperti di Uni Soviet, Jepang dan Meksiko, tapi itu merupakan kasus unik. Pemijahannya secara buatan kini sudah banyak berhasil di mana-mana. Arkansas, misalnya, menghasilkan jutaan anak ikan gasscarp setiap tahun, sedang tekniknya sudah merupakan rutin. Menurut Drs. Anthon Sukahar, seorang dosen UGM, mungkin masa transisi bagi ikan grasscarp di danau aduk Wonogori agak lama. "Berapa lama ikan itu bisa menyesuaikan diri, perlu penelitian khusus," katanya. Memang penelitian ini di seluruh dunia masih berlangsung. Soalnya pemijahan alamiah di daerah tropis tampaknya tidak lazim. Ini oleh banyak peneliti disimpulkan bahwa ikan itu membutuhkan suatu perubahan suhu musiman yang berarti sebagai perangsang untuk bertelur dan membuahinya. Penelitian terhadap soal ini serta banyak faktor lain yang mengendalikan pemijahan grasscarp masih sangat diperlukan. Usaha Indonesia yang berhasil jelas sumbangan berharga bagi penelitian itu yang saat ini dilakukan di puluhan pusat penelitian perikanan terbesar di berbagai negeri di dunia. Apalagi jika percobaan di danau Waduk Wonogiri kelak ternyata berhasil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus