BARU November mendatang Waduk Serbaguna Wonogiri di Jawa Tengah
akan diresmikan. Sementara lingkungan waduk itu, yang dibangun
sejak pertengahan 1976, belum stabil. Ini terutama karena proses
pembusukan dan pendangkalan air danau masih berlangsung. Namun
usaha memperbaiki keadaannya terus dilakukan. Salah satu cara
ialah dengan penebaran benih ikan. Antara lain Fakultas Biologi
UGM di Yogyakarta (6 Juni) menebar 100.000 benih ikan tawes
(Punctius javanicus) dan 500 benih ikan grasscarp (karper
pemakan tumbuhan -- Ctenopharyngodon idella Val.).
Tapi kenapa tawes dan karper sengaja dipilih? Ikan karper
memakan rumput-rumputan yang mengganggu (gulma, kata Ir. Bram
Djokosantoso dari Dinas Perikanan Provinsi DIY. Ikan yang
berasal dari daratan Cina itu (lihat box) diharapkannya
menunjang gizi masyarakat. "Danau itu akan bisa dimanfaatkan
sebagai sumber penghasilan, semacam danau yang bergizi," sambung
Anthon Sukahar, dosen ilmu mengenai ikan dari UGM.
Benih ikan itu, bantuan Menteri Pertanian, diambil dari Balai
Benih Ikan (BBI) Wonocatur (tawes) dan dari BBI Sentral
Cangkringan (grasscarp). Kedua BBI itu berlokasi di Sleman
(DIY). Tawes termasuk pemakan segala (omnivora), sedangkan
karper termasuk pemakan rumput (herbivora). Tapi "antara kedua
jenis ikan ini tidak ada konflik ," kata Dra. Tjut Sugandawaty
Djohan, dosen ekologi dari UGM.
"Waduk Wonogiri punya prospek cerah bagi perikanan," ujar Dra.
Harminani S. Djalal Tanjung. Dosen Limnologi (Ilmu Perairan
Pedalaman) serta dosen Pencemaran Lingkungan di Fakulus Biologi
UGM itu hampir satu bulan sebelumnya bersama Tjut Sugandawaty
memimpin sekelompok mahasiswa melakukan praktikum Limnologi di
danau Waduk Wonogiri itu.
Hasil sementara penelitian yang dilakukan di tiga tempat
mengungkapkan nilai Pll air danau itu baik, antara 5,7 dan 7.
Juga tidak terlalu keruh kecuali di satu tempat yaitu Keduang.
Yang lebih menggembirakan ialah ditemukan 45 genus zooplankton
(plangton hewani), dan 50 genus phytoplankton (plangton nabati).
Plangton amat penting menunjang kehidupan berbagai jenis ikan.
Bahkan anak ikan grasscarp dalam minggu-minggu pertama
kehidupannya memakan plangton itu. Tapi konsentrasi ,plangton
itu "belum diketahui apakah merata atau tidak," ujar Harminani
hati-hati. Soalnya penelitian masih digodok lebih lanjut.
"Sampai sekarang ternyata ikan tawes cocok dan bertahan dalam
lingkungan waduk yang baru itu," ujar Anthon Sukahar lagi,
sementara penebaran jenis grasscarp baru dalam taraf coba-coba.
Soalnya ikan grasscarp itu memakan tumbuhan air yang mengapung.
Padahal di sana belum banyak tumbuhan semacam itu. "Paling tidak
satu bulan kemudian akan kita lihat lagi perkembangannya,"
sambung Harminani.
Penebaran ikan itu tak diragukan lagi akan membantu masyarakat
di sekitar danau buatan itu. Lambat laun sebagian petani di sana
akan menjadi nelayan. "Para petani di Wonogiri masih mengerjakan
tanah kritis karena tak bisa berbuat lain," ujar Ir. Suminto,
pimpinan Proyek Bengawan Sala. "Mereka akan tertolong jika waduk
ini nanti penuh ikan."
Kemelaratan yang menyeluruh didaerah Wonogiri kini mengakibatkan
ribuan wanitanya mencari nafkah di Kota Sala, kebanyakan dengan
cara melacur. Di kompleks WTS Silir, misalnya, 80% penghuninya
berasal dari Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri. Juga kompleks WTS di
Gunung Pare, Sukoharjo serta beberapa tempat WTS lainnya,
kebanyakan penghuninya berasal dari Wonogiri. Dengan Waduk
Wonogiri itu, diharapkan ada perubahan total bagi masyarakat di
sekitarnya dan di daerah pengaliran Bengawan Sala. "Kadan kita
terlalu memeras alam," ujar Prot. Musa Suryowinoto ketika
mengucapkan pidato saat menebar benih ikan itu. Dekan Fakultas
Biologi UGM itu mengatakan bahwa dulu Bengawan Sala banyak
ikannya tapi sekarang banyak yang musnah. "Ini adalah usaha
penyembuhan baru. "
Bupati Wonogiri juga menyambut baik usaha penebaran benih ikan
itu. "Agar terjadi perubahan mental dan masyarakat Wonogiri bisa
hidup," kata R. Soediarto kepada TEMPO. "Pada waktunya nanti
akan menjadi mata pencaharian dan berangsur-angsur kita ubah
menjadi masyarakat nelayan," sambungnya.
Bengawan Sala, sungai terpanjang di Jawa (600 km), mempunyai
tabiat merusak pada musim hujan, berupa banjir. Tapi bila musim
kering, selalu kekurangan air, hingga banyak tanah tidak
menghasilkan apa pun. Maka sejak Pelita I pemerintah
memprioritaskan pembangunan wilayah Bengawan Sala. Dengan
bantuan Jepang, Badan Pelaksana Proyek Bengawan Sala kemudian
menyusun rencana induk, dan Waduk Serbaguna Wonogiri itu
akhirnya dibangun.
Luas genangan di Waduk Wonogiri: 88 kmÿFD. Tinggi bendungannya:
39,9 m. Panjang bendungan: 1.440 m. Dan kapasitas menampung
air: 750 juta m3. Untuk pembangunannya, sedikitnya 67.500 jiwa
dipindahkan, bahkan ditransmigrasikan hampir 10.150 jiwa, dan 50
desa dilenyapkan.
Selain dapat mengendalikan banjir di sebelah hilirnya, terutama
sampai Surakarta, Waduk Wonogiri ini juga berguna untuk mengairi
daerah irigasi seluas 23.200 ha meliputi empat kabupaten --
Klaten, Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen. Ia akan menghasilkan
pula tenaga listrik sebesar 12,4 MW. Masih ada lagi, sekeliling
waduk sangat menarik untuk dijadikan obyek wisata. Akan ramai
pula di sana berbagai kegiatan olahraga, selain memancing dan
menjala ikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini