Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat 2024 sebagai tahun terpanas di Indonesia menurut catatan pengukuran suhu udara selama ini. Tren ini sesuai dengan pemanasan global yang telah sebelumnya dikonfirmasi oleh Badan Meteorologi Dunia (WMO) kalau suhu rata-rata 2024 telah melampaui batas kenaikan 1,5 derajat Celsius dibandingkan masa praindustri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Batas kenaikan 1,5 derajat Celsius pernah disepakati negara-negara di dunia dalam Konferensi Iklim 2015 di Paris, Prancis. Tujuannya menghindarkan bumi dari dampak perubahan iklim yang lebih ekstrem.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekalipun 2024 yang terpanas sepanjang sejarah pencatatan suhu udara, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerangkan, anomali suhu rata-rata tahunan Indonesia belum sampai menyentuh angka +1,5 derajat berdasarkan rata-rata klimatologisnya. Sepanjang periode 1991-2020, suhu rata-rata di Indonesia sebesar 26,7 derajat Celsius dan pada 2024 sebesar 27,5 derajat.
"Anomali suhu udara rata-rata 2024 sebesar 0,80 derajat Celsius, urutan pertama sepanjang periode pengamatan 1981 hingga 2024 di Indonesia," katanya kepada Tempo, Jumat, 17 Januari 2025.
Dwikorita merinci pada 2016, suhu rata-rata tahunan sebesar 27,27 derajat celcius dengan nilai anomali 0,59 derajat, anomali pada 2019 sebesar 0,37 derajat, pada 2020 sebesar 0,45 derajat, dan pada 2023 sebesar 0,49 derajat Celsius.
Meski Indonesia belum melampaui batas kenaikan suhu 1,5 derajat, menurut Dwikorita, kenaikan suhu global bakal ikut memberikan dampak langsung berupa kenaikan muka laut yang signifikan. Diterangkannya, air laut memuai ketika suhu meningkat sehingga meningkatkan volumenya. Sementara itu, es di kutub dan gletser mencair, menambah volume air laut.
Perubahan massa es di Antartika dan Greenland juga mempengaruhi keseimbangan air laut yang dapat memicu banjir pantai, erosi pantai, kerusakan infrastruktur. Pengungsi iklim menjadi konsekuensi yang tidak dapat dihindari. "Oleh karena itu, penting untuk mengambil tindakan mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim," kata Dwikorita.
Dampak lainnya, kata dia, pola hujan yang semakin berubah. Dwikorita menjelaskan, intensitas dan frekuensi hujan semakin ekstrem karena pemanasan global, terutama di wilayah tropis. Curah hujan meningkat sekitar 10-20 persen di Asia Tenggara, termasuk sebagian wilayah Indonesia.
Namun, kata dia, beberapa wilayah lain mengalami penurunan curah hujan. "Perubahan pola hujan ini berpotensi menyebabkan bencana banjir, kekeringan, dan gangguan terhadap pertanian, infrastruktur, dan kehidupan manusia," ucapnya.
Konfirmasi WMO dan Pengukuran Global
Sebelumnya, pada 10 Januari lalu, WMO menyatakan bahwa tahun 2024 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah manusia dan untuk pertama kalinya melampaui batas kenaikan 1,5 derajat Celsius. BMKG-nya dunia ini juga memperingatkan bahwa manusia sedang mendorong iklim Bumi ke wilayah yang belum diprediksi dan terpetakan.
Data suhu yang dikumpulkan oleh berbagai lembaga dan institusi di seluruh dunia sedikit bervariasi, terutama karena perbedaan dalam cara pengukuran dan analisis suhu laut selama beberapa dekade. Beberapa kumpulan data tersebut berada tepat di bawah angka 1,5 derajat celcius, tetapi yang lainnya jauh di atas angka tersebut.
Sebagai misal, Layanan Cuaca Kantor Meteorologi Inggris memperkirakan suhu rata-rata 2024 sebesar 1,53 derajat Celsius di atas suhu pra-industri, dengan margin kesalahan 0,08 deraja. Itu berarti 0,07 derajat Celsius di atas suhu rata-rata 2023, tahun terhangat yang pernah tercatat. Sementara itu, Layanan Perubahan Iklim Uni Eropa Copernicus memperkirakan suhu 2024 sebesar 1,6 derajat Celsius di atas suhu pra-industri di kawasan itu dan 0,12 derajat di atas rekor tahun 2023.
Berkeley Earth, sebuah kelompok penelitian iklim di California, Amerika Serikat, menemukan kenaikan 1,62 derajat Celsius pada 2024. Itu adalah yang kedua kalinya penelitiannya menemukan kenaikan suhu rata-rata global telah menembus 1,5 derajat Celsius setelah 2023. Sedangkan data dari NASA menempatkan kenaikan suhu sedikit lebih rendah, yakni pada 1,47 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri dan Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat(NOAA) menemukan kenaikan 1,46 derajat.
WMO menemukan kenaikan rata-rata 1,55 derajat Celsius berdasarkan enam kumpulan data, dengan margin kesalahan 0,13 derajat.
Pilihan Editor: WMO Beri Konfirmasi 2024 Tahun Terpanas dalam Sejarah Manusia