Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sejumlah kabupaten di Pantai Utara Jawa atau disebut Pantura mengalami bencana hidrometeorologi basah akibat cuaca ekstrem. Bencana ini ditandai dengan munculnya intensitas curah hujan tinggi disertai petir dan angin kencang yang terpantau melalui satelit Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari menyatakan adanya konsentrasi awan yang memicu cuaca ekstrem. Ditandai adanya awan warna merah-oranye pada peta satelit di sepanjang garis pantai mulai Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Kota Salatiga. “Juga terjadi di Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Grobogan,” kata Muhari dalam keterangan tertulis pada Jumat, 15 Maret 2024.
Bencana hidrometeorologi merupakan fenomena bencana alam akibat aktivitas cuaca pada siklus atmosfer, hidrologi, atau oseanografi. Bentuknya biasanya berupa kekeringan, banjir, badai, longsor, gelombang dingin, dan lain sebagainya. Bencana hidrometeorologi di Indonesia juga dapat diakibatkan adanya fenomena La Nina atau El Nino.
Muhari menjelaskan, BNPB menghimpun data dampak fenomena hidrometeorologi melalui Pusat Pengendali dan Operasi. Kata dia, hampir seluruh wilayah pesisir di Pantura mengalami bencana banjir, angin kencang, hingga banjir bandang, dan tanah longsor. Beberapa insiden bahkan memicu korban jiwa.
Berikut Daerah-daerah di Pantura Terdampak Bencana
Laporan pertama muncul dari Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Yakni berupa banjir bandang yang menerjang Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong, pada Rabu malam, 13 Maret 2024. “Bencana ini mengakibatkan dua warga meninggal karena hanyut diterjang banjir bandang beserta rumah yang ditinggalinya,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pekalongan, Budi Rahardjo.
Kedua korban merupakan ibu dan anak yang belum dilaporkan identitasnya. Namun BPBD Pekalongan telah berhasil mengevakuasi jenazah kedua korban. Selain korban jiwa, BPBD juga mencatat sedikitnya 10 warga mengalami luka-luka akibat banjir bandang. Saat ini mereka telah mendapatkan perawatan intensif dari petugas kesehatan.
Tak hanya terjadi di Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan juga turut direndam banjir dengan ketinggian 15-60 centimeter. Banjir merendam tiga kecamatan di pusat kota sejak Rabu hingga kini. Sehingga pemerintah daerah mengungsikan 572 warga ke 9 titik di masjid, kantor pemerintah, panti asuhan, dan sekolah dasar.
Adapun banjir di Kabupaten Kendal telah merendam 24 desa yang berada di 6 kecamatan. Peristiwa ini mengakibatkan 10.835 keluarga terdampak banjir. Pejabat BPDB setempat menyebut tidak ada pengungsi. Namun pemerintah telah memberi dukungan logistik berupa makanan dan dapur umum bagi warga terdampak.
Banjir juga dilaporkan telah merendam sebagian besar wilayah Kota Semarang dan Kabupaten Semarang. Pemerintah saat ini berupaya membantu mengevakuasi para lansia, balita, atau warga sakit pergi ke tempat aman. Selain itu, mereka juga menguras genangan air menggunakan pompa-pompa yang sudah disediakan. Sedikitnya 13 pompa telah dikerahkan sebagai upaya agar banjir lekas surut.
Sedikitnya 1.500 hektare lahan pertanian di Kabupaten Kudus juga dilaporkan terendam banjir. Ini diakibatkan hujan intensitas tinggi yang menerjang sejak Senin, 11 Maret 2024. BNPB turut mendata adanya 26 desa di 7 kecamatan di Kabupaten Pati terendam banjir. Disusul banjir yang merendam 9 desa di Kabupaten Jepara.
AVIT HIDAYAT
Baca Juga: Harga Beras Naik, Padi Siap Panen Petani Demak Hancur Diterjang Banjir
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini